BAB I
KONSEP PENYAKIT KOCH PULMONAL
(TUBERKULOSIS PARU)
A.
Pengertian
Tuberculosis
paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis
dengan gejala bervariasi (Mansjoer,1999)
Tuberculosis
paru adalah merupakan infeksi kronik yang disebabkan oleh pembentukan granuloma
pada jaringan yang terinfeksi (isselbacker,1999).
Jadi tubercolusis paru atau koch pulmonal
adalah penyakit infeksi kronik yang disebabkan mycobacterium tuberculosis dan
pembentukan granuloma pada daerah yang terinfeksi dengan gejala yang
bervariasi.
B.
Etiologi
Mycobacterium tuberculosis
yang berbentuk batang dan mempunyai sifat asam (Price.1995).
C.
Patofisiologi
Basil
tuberculosa mula-mula memasuki paru atau tempat lain pada individu yang sehat
kemudian menimbulkan respon peradangan non spesifik dengan sedikit atau sama
sekali tanpa gejala.
Basil yang
menyebabkan peradangan tersebut kemudian berada dalam ruang alveolus dan dapat
juga meningkatkan metabolisme tubuh sehingga akan terjadi peningkatan kebutuhan
terhadap energi. Setelah itu klien akan mengalami gejala batuk, malaise, anoreksia
dan mual. Di samping basil tuberculosis membengkitkan peradangan, basil
tersebut dapat menjadi aktif dalam bentuk droplet muda yang tersebar diudara
saat klien batuk maupun bicara.
Alveoli
yang terserang akan mengalami atau timbul gejala pneumonia. Kemudian bakteri
terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel basil menjadi infeksi lesi
primer kemudian difagosit oleh makrofag. Nekrosis bagian sentral dibawah
kelenjar limfe regional. Lesi mamberikan gambaran yang relatif padat dan
seperti kayu/perkejuan.
Hal ini
akan menyebabkan penumpukan sekresi dalam paru, lesi primer dan kelenjar limfe mengalami
fibrosis lalu menjadi jaringan parut dan mengalami pengapuran. Fibrosis pada
paru tersebut menjadikan berkurangnya jumlah jaringan paru fungsional, pengembangan
paru kurang maksimal dan jumlah oksigen yang masuk berkurang.
Apabila daya tahan tubuh kuat maka komplek primer dapat sembuh
dengan sendirinya, namun bila daya tahan tubuh lemah maka akan timbul fokus
reinfeksi endogen yang menyebabkan kembalinya efektifitas lesi. Basil dalam
lesi kembali di fagosit oleh makrofag dibawa kekelenjar limfe dan saluran darah
menimbulkan penyebaran yang luas yang bisa menyebabkan tuberculosis milien
(Price,1999).
D.
Manifestasi klinik
Gejala umum TB paru adalah:
1. Batuk lebihdari 4
minggu
2. Malaise
3. Gejala flu
4. Demam derajat rendah
5. Batuk darah (haemomtu)
(Mansjoer,
1999).
Banyak
asimtomatis dan baru terdeteksi dengan adanya kelainan radiologi dada pada
pemeriksaan rutin atau adanya tes Tuberculin/mantouk tes positif
(waspadji,1995).
Gejala terbanyak adalah:
1. Demam
Menyerupai demam influensa, tapi kadang
mencapai 40 0C di pengaruhi oleh upaya daya tahan tubuh dan berat
ringannya infeksi kuman.
2. Batuk
Terjadi karena adanya iritasi pada
bronkus, tetapi mungkin terjadi setelah penyakit berkembang dalam jaringan.
3. Sesak napas
Di temukan pada penyakit yang sudah
lanjut, inflamasi sudah 1/2 bagian paru.
4. Malaise
Yang sering terjadi adalah: Anoreksia,
badan makin kurus, sakit kapala, berkeringat pada malam hari tanpa ada
kegiatan.
E.
Pengkajian fokus dan
pemeriksaan penunjang
Untuk menegakkan diagnosa pada
penyakit paru dilaksanakan pemeriksaan penunjang sebagai berikut.
1. Laboratorium ;
biasanya ditemukan
a.
Anemia
b.
Inkositasis ringan dengan predominasi limpositosis
c.
LED meningkat terutama pada masa akut, dapat
kembali normal pada tahap penyembuhan
2. Foto thorax PA dengan atau tanpa lateral
Karakteristiknya
a.
Bayangan lesi terletak pada lapang paru atas
segmen apikal lobus bawah
b.
Bayangan berawan (patchy) atau bercak (noduler)
c.
Adanya kavitas tunggal atau ganda
d.
Kelainan bilateral terutama dilapangan atas paru
e.
Adanya kalsifikasi
f.
Bayangan milier
3. Pemeriksaan sputum
BTA (Bakteri Tahan Asam)
Pada anak sering tidak dijumpai adanya
basil TBC pada pemeriksaan BTA
4. Tes mantouk/Tuberculin
a.
Sangat penting untuk mendiagnosisTuberculosis pada
anak.
b.
Hasil positif pada orang dewasa kurang bermakna.
c.
Positif menunjukkan reaksi immunitas selluler yang
timbul setelah 4-6 minggu infeksi pertama
F.
Patways keperawatan
|
BAB II
KONSEP KEBUTUHAN DASAR
OKSIGENASI
A.
Pengertian
1. Oksigenasi adalah
salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk mempertahankan
kelangsungan hidup sel-sel tubuh.
2. Oksigenasi adalah
pembuatan suplemen oksigen melalui kanule atau sungkup oksigen biasanya dipakai
bila PO2 kurang dari 60 mmHg diberikan untuk memenuhi kebutuhan O2
tubuh yang tak bisa dicapai dengan respirasi normal.
3. Respirasi adalah
proses keluar masuknya udara keparu-paru dan terjadi pertukaran gas.
Yang berperan dalam proses
respirasi adalah paru-paru dan dinding dada (rangka, otot, pernapasan,
diagfragma, isi abdomen dan dinding abdomen).
B.
Review Anatomi dan fisiologi
sistem pernapasan.
Tujuan
utama respirasi adalah untuk menyediakan oksigen bagi sel-sel tubuh membawa
karbondioksida darinya. Agar respirasi dapat berlangsung harus ada satu jalan
untuk membawa oksigen tubuh dan sistem serkulasi yang mengantarkannya pada
sel-sel tubuh serta mengeluarkan CO2 dari sel-sel tersebut. Transpor
O2 berlangsung melalui sistem pernapasan atas dan bawah. Saluran
pernapasan atas terdiri dari:
1. Hidung dan nasofaring
2. Mulut dan urofaring
3. Laring
Saluran pernapsan bawah
dibentuk oleh:
1. Trakhea
2. Saluran utama broncus
3. Bronchiolus duktus
alveolus yang kemudian berakhir dialveoli
Paru-paru
sendiri terdiri dari beberapa lobus, paru-paru kanan terdiri dari tiga lobus
yaitu atas, tengah dan bawah. Paru-paru kiri terdiri dari dua lobus yaitu atas
dan bawah.
Ada 3 macam proses yang terjadi
saat respirasi yaitu:
1. Ventilasi meliputi
pergerakan keluar masuknya udara melalui cabang-cabang Trakheobronkial
sehinggga oksigen sampai pada alveoli dan O2 dibuang.
2. Perfusi adalah
istilah untuk aliran darah pada kapiler paru-paru disebut juga sebagai transpor
O2
3. Difusi adalah
pergerakan gas CO2 dan O2 melentasi membaran alveolar
kapiler yang alirannya dimulai dari daerah dengan konsentrasi yang lebih besar
ke daerah dengan konsentrasi yang lebih kecil, menimbulkan keseimbangan
alveolar.
Udara yang
dihirup dibersihkan dari semua partikel yang berdiameter lebih dari 2 nm
sebelum mencapai alveoli. Pembersihan terdapat partikel-partikel, seperti debu
dan bakteri memungkinkan sterilisasi pada alveolus. Benda-banda asing disaring
melalui mekanisme sel-sel globet pada lapisan epitel saluran pernapasan yang
menghasilkan sejumlah substansi mukepolisakarida yang tebal yakni mukus yang
menyelimuti saluran pernaasan dan menyaring partikel-partikel tersebut. Silia yang
ditemukan sepanjang percabangan saluran pernapasan seperti bronki akan
mendorong mukus dan benda-benda asing menuju faring yang kemudian akan
dikeluarkan dengan batuk dan bersin.
C.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi kebutuhan oksigen antara lain:
1. Faktor fisiologi
a.
Menurunnya kemampuan mengikat O2
seperti pada anemi
b.
Menurunnya konsentrasi O2 yang di inspirasikan
seperti pada obstruksi saluran pernapsan bagian atas.
c.
Hipovolemi sehingga TD menurun yang menyebabkan
terganggunya O2
d.
Mengingkatnya metabolisme seperti adanya infeksi,
demam, ibu hamil, luka dan lain-lain.
e.
Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada
seperti pada kehamilan, obesitas, muskulus skeletal yang abnormal, penyakit
kronis seerti TBC.
2. Faktor perkembangan
a.
Bayi prematur disebabkan kurang pembentukan
surfaktan
b.
Bayi dan todler adanya resiko saluran pernapasan
akut
c.
Anak usia sekolah resiko ispa dan merokok
3. Faktor perilaku,
Nutrisi, exercise, merokok, substanse abuse(alkohol dan obat-obatan),
kecemasan.
4. Lingkungan : tempat kerja
(polusi), suhu lingkungan, ketinggian tempat dari permukaan laut.
Perubahan perubahan fungsi
jantung yang mempengaruhi kebutuhan oksigen:
1. Gangguan konduksi
Gangguan konduksi seperti disritmia
(takikardi/bradicardi)
2. Perubahan cardiac
output
Menurunnya cardiac output seperti pada
pasien decom menimbulkan hipoksia jaringan.
3. Kerusakan fungsi katub
seperti pada stenosis, obstrusi, regurgitasi darah yang mengakibatkan ventrikel
bekerja lebih keras.
4. Myocardial
iskhemia/infark mengakibatkan insufisiansi suplai darah dari arteri koroner ke
miocardium.
Untuk kasus
penyakit obstruksi paru pemberian oksigen atau oksigenasi harus diperhatikan
dan pemberiannya tak boleh lebih dari 2 l/mnt, karena dapat menekan stimulus
pernapasan.
Perubahan-perubahan fungsi
pernapasan yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi:
1. Hiperventilasi
a.
Merupakan upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah CO2
dalam paru-paru agar pernapasan lebih cepat dan dalam.
b.
Dapat disebabkan karena ; kecemasan,
infeksi/sepsis, keracunan obat-obatan dan ketidakseimbangan asam basa seperti
pada asidosis metabolik
c.
Tanda dan gejala ; takikardi, napas pendek, nyeri
dada, menurunnya konsentrasi, disorientasi
2. Hipoventilasi
Terjadi ketika ventilasi alveolar tidak
adekuat untuk memenuhi kebutuhan O2 atau mengeluarkan CO2
dengan cukup. Biasanya terjadi pada keadaan atelektasis (kolap paru), tanda dan
gejalanya adalah nyeri kepala, penurunan kesadaran, disorientasi, kardiak
disritmia, ketidak seimbangan elektrolit, kejang dan kardiak ares.
3. Hipoksia
Tidak adekuatnya kebutuhan O2 seluler
akibat defisiensi O2 yang di inspirasi atau meningkatnya penggunaan
O2 pada tingkat seluler. Dapat disebabkan oleh : Menurunnya
hemoglobin, berkurangnya konsentrasi O2 (dipuncak gunung) ketidak
mampuan jaringan mengikat O2, menurunnya disfungsi O2
dari alveoli kedalam darah. Sepertti pada pneumonia, menurunnya perfusi
jaringan dan kurangnya atau gangguan ventilasi.
Tanda-tanda hipoksia adalah: kelelahan,
kecemasan, menurunnya kemampuan konsentrasi, nadi meningkat, pernapasan cepat
dan dalam, sianosis, sesak napas dan clubbing.
D.
Pengkajian
1. Riwayat keperawatan
a.
Masalah pernapasan yang pernah dialami
1). Pernah mengalami
perubahan pola pernapasan
2). Pernah mengalami
batuk
3). Pernah mengalami
nyeri dada
4). Aktivitas apa saja
yang menyebabkan terjadinya gejala-gejala diatas
b.
Riwayat penyakit pernapasan
Apakah sering mengalami ISPA,
alergi, batuk, asma, TBC, dan lain-lain
c.
Riwayat kardiovaskuler
Pernah mengalami pemyakit
jantung atau peredaran darah
d.
Gaya hidup
Merokok, keluarga perokok,
lingkungan kerja dengan perokok
2. Pemeriksaan fisik
a.
Mata
1). Konjungtiva pucat
(karena anemi)
2). Konjungtiva sianosis
(karena hipoksia)
3). Konjungtiva terdapat
pethechia (karena emboli lemak/endokarditis)
b.
Kulit
1). Sianosis periver
(vasokonstriksi dan menurunnya aliran periver)
2). Sianosis secara umum
(hipoksemia)
3). Penurunan turgor
(dehidrasi)
4). Edema
5). Edema periorbital
c.
Jari dan kuku
1). Sianosis
2). Clubbing finger
d.
Mulut dan bibir
1). Membran mukosa
sianosis
2). Bernapas menggunakan
mulut
e.
Hidung
Pernapasan dengan cubing
hidung
f.
Vena leher
Adanya distensi/bendungan
g.
Dada
1). Retraksi otot bantu
pernapasan (karena peningkatan aktivitas pernapasan, dispnea/obstruksi jalan
pernapasan)
2). Pergerakan tidak simetris
antara dada kiri dan dada kanan)
3). Tachil premitus
(getaran pada dada karena udara/suara melewati saluran/rongga pernapasan)
4). Suara napas normal
(vesikuler, bronkovesikuler,bronkhial)
5). Suara napas tidak
normal (crecherlrales, ronchi, wheezing, friction rubepleural friction)
6). Bunyi perkusi
(resonan, hyperesonan, dullness)
h.
Pola pernapasan
1). Eupnea (pernapasan
normal)
2). Tacypnea (pernapasan
cepat)
3). Bradypnea (pernapasan
lambat)
3.
Pemeriksaaan penunjang
a.
Tes untuk menentukan keadekuatan sistem konduksi
jantung.
EKG dan Exerise stress tes
b.
Tes untuk menentukan kontraksi miokardium aliran
darah.
1). Echocardiographi
2). Angiografi
c.
Tes untuk mengukur ventilasi dan oksigenasi.
1). Tes fungsi paru
dengan spirometer
2). Tes astrup
3). Oksimetri
4). Pemeriksaan darah
lengkap
d.
Melihat struktur sistem pernapasan
1). X-ray Thoraks
2). Bronkhoskopi
3). CT Scan paru
e.
Menentukan sel abnormal/infeksi sistem pernapasan.
1). Kultur apus
tenggorokan
2). Sitologi
3).
Spesimen Sputum (BTA)
E.
Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang
mungkin timbul berkaitan dengan konsep kebutuhan dasar oksigenasi.
1. Tak efektifnya
bersihan jalan napas
Yaitu keadaan dimana klien tidak mampu
membersihkan sekret/slem sehingga menimbulkan obstruksi saluran pernapasan.
a.
Kemungkinan berhubungan dengan
1). Menurunnya energi dan
kelelahan
2). Infeksi
trakheobronkial
3). Gangguan kognitif dan
persepsi
4). Trauma
5). Bedah thorak
b.
Kemungkinan data yang ada
1). Suara napas tidak
normal
2). Perubahan jumlah
pernapasan
3). Batuk produktif
4). Sianosis
5). Demam
6). Kesulitan bernapas
(dispnea)
c.
Kemungkinan masalah klinik
1). ARDS, cystic febrosis
2). Pneumonia, injuri
dada
3). Ca paru, Gangguan
neuromuskuler
4). COPD
d.
Tujuan yang di harapkan
1). Saluran pernapasan
pasien menjadi bersih
2). Pasien dapat
mengeluarkan sekret
3). Suara napas dan
keadaan kulit menjadi normal
2.
Tak efektifnya pola napas.
Adalah keadaan dimana pola inhalasi dan ekshalasi
pasien tidak mampu karena adanya gangguan fungsi paru.
a.
Kemungkinan berhubungan dengan
1). Obstruksi trakhel
2). Perdarahan aktif
3). Menurunnya ekspansi
paru
4). Infeksi paru
5). Depresi pusat
pernapasan
6). Kelemahan otot
pernapasan
b.
Kemungkinan data
1). Perubahan irama
pernapasan dan jumlah pernapasan
2). Dispnea
3). Penggunaan otot bantu
pernapasan
4). Suara pernapasan
tidak normal
5). Batuk disertai dahak
6). Menurunnya kapasitas
vital
7). Kecemasan
c.
Kondisi klinik berhubungan dengan
1). Penyakit kanker,
infeksi pada dada
2). Penggunaan otot dan
keracunan alkohol
3). Trauma dada
4). Myasthenia gravis,
guillianbarre syndrome
d.
Tujuan yang diharapkan
1). Pasien dapat
mendemonstrasikan pola pernapasan yang efektif
2). Data obyektif
menunjukkan pola pernapasan yang efektif
3). Pasien merasa lebih
nyaman dalam bernapas
3. Gangguan pertukaran
gas
Yaitu suatu kondisi dimana
klien mengalami penurunan pengiriman oksigen dan kerbondioksida diantara
alveoli peru dan sistem vaskuler.
a.
Kemungkinan penyebab
1). Penumpikan cairan
dalam paru
2). Gangguan suplai
oksigen
3). Obstruksi saluran
pernapasan
4). Bronko spasme
5). Atelektasis
6). Edema paru
7). Pembedahan paru
b.
Kemungkinan data ditemukan
1). Sesak napas
2). Penurunan kesadaran
3). Nilai AGD tidak
normal
4). Perubahan tanda vital
5). Sianosis/takhikardi
e.
Kondisi klinik berhubungan dengan
1). COPD
2). CHF
3). Asma
4). Pneumonia
f.
Tujuan yang diharapkan
1). Dapat menurunkan
tanda dan gejala gangguan pertukaran gas
2).
Pasien dapat menunjukkan peningkatan perubahan
pertukaran gas seperti tanda vital, nilai AGD, dan ekspresi wajah rileks
F.
Intervensi dan rasional
Dx 1. Tidak efektifnya
bersihan jalan napas
Intervensi
|
Rasional
|
1. Sediakan alat
suction dalam kondisi baik
2. Monitor jumlah,
bunyi napas, AGD, efek pengobatan bronkhodilator
3. Pertahankan intake
cairan 3000ml/hari jika tidak ada kontra indikasi
4. Terapi inhalasi dan
latihan pernapasan dalam dan batuk efektif
5. Bantu oral hygine
setiap 4 jam
6. Mobilisasi pasien
setiap 3 jam
7. Berikan pendidikan
kesehatan: efek merokok, alkohol menghindari alergen, latihan bernapas.
|
1. Peralatan dalam
keadaan siap
2. Indikasi dasar
kepatenan/gangguan saluran pernapasan
3. Membantu
mengencerkan sekret
4. Mengeluarkan sekret
5. Memberikan rasa
nyaman
6. Mempertahankan
sirkulasi
7. Mencegah komplikasi
paru
|
Dx 2. Pola pernapasan
Intervensi
|
Rasional
|
1. Berikan oksigen
sesuai program
2. Monitor jumlah
pernapasan, penggunaan otot bantu pernapasan, batuk, bunyi paru, tanda vital,
warna kulit, AGD.
3. Laksanakan program
pengobatan
4. Posisi pasien
fowler
5. Bantu dalam terapi
inhalasi
6. Alat-alat emergensi
disiapkan dalam koneksi baik
7. Pendidikan
kesehatan: perubahan gaya hidup, menghindari alergen, tehnik bernapasdan
tehnik relaksasi
|
1. Mempertahankan
oksigen arteri
2. Mengetahui status
pernapasan
3. Meningkatkan
pernapasan
4. Meningkatkan
perkembangan paru
5. Membantu mengeluarkan
sekret
6. Kemungkinan terjadi
kesulitan bernapas yang akut
7. Perlu adaptasi baru
dengan kondisi sekarang
|
Dx 3. Pertukaran gas
Intervensi
|
Rasional
|
1. Monitor/kaji, catat
tanda vital,nyeri kesulitan bernapas, hasil laboratorium, reaksi sternal,
penggunaan otot bantu pernapasan, penggunaan oksigen, X ray.
2. Jaga alat emergenci
dan pengobatan tetap terhadap tersedia seperti ambu bag, ET, tube, suction,
oksegen.
3. Suction jika ada
indikasi
4. Monitor intake dan
out put cairan
5. Berikan terapi inhalasi
6. Berikan posisi fowler/semi
fowler
7. Batasi pengunjung
8. Berikan nutrisi
tinggi protein, rendah lemak
9. Pendidikan
kesehatan tentang: napas dalam, latihan bernapas, mobilisasi, kebutuhan
istirahat, efek merokok dan alkohol
10. Jelaskan tentang
teknik suction pada keluarga
|
1. Data dasar untuk
pengkajian lebih lanjut
2. Persiapan emergensi
terjadinya masalah akut pernapasan
3. Meningkatkan
pertukaran gas
4. Menjaga
keseimbangan cairan
5. Melonggarkan
saluran pernapasan
6. Mengurangi
kesulitan bernapas
7. Mengurangi tingkat
kecemasan
8. Menurunkan kebutuhan
energi pencernaan
9. Membantumenghemat
energi
10. Dapat mengerjakan
sendiri di rumah jika memungkinkan
|
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KDM
OKSIGENASI PADA Tn.J DENGAN KP (Koch
Pulmonal)
DI RUANG MAWAR RSUD TUGUREJO.
A.
Pengkajian
1.
Data personal
Nama : Tn.Johan
No RM : 113235
Jenis
kelamin : Laki-laki
Umur : 49 tahun
Alamat : Gringsing, Batang, jl.Galar X/20
Status
perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh
Diagnosa
medik : Koch pulmonal
Tindakan
medik : Oksigenasi
2.
Riwayat kebutuhan oksigen dan karbondioksida
a.
Keluhan utama: mengatakan sesak napas, nyeri pada
ulu hati, batuk berdahak, pusing dan dada sakit
b.
Penjelasan tentang keluhan utama: Kurang lebih
satu hari sesak napas, batuk tak berhenti-henti, sebelumnya pernah sakit
seperti ini kurang lebih 1 tahun yang lalu, dada dan ulu hati sakit karena sering
batuk.
c.
Apakah anda pernah mengalami masalah pernapasan
dan perubahan bunyi: ya, bunyi whizing dan ronchi
d.
Pernah mengalami sakit pernapasan. TBC kurang
lebih 1 bulan, sembuh kurang lebih 1 tahun yang lalu
e.
Obat yang digunakan saat sesak napas dan batuk
pilek: lupa karena sudah lama
f.
Batuk berdahak paling sering malam dan pagi hari
dengan dahak warna kehijauan kental
g.
Apakah anda merokok: ya, kurang lebih 1 bungkus 1
hari sebelum sakit, setelah sakit mencoba untuk berhenti dan sekarang tidak
merokok.
h.
Dalam keluarga hanya saya yang dulunya merokok dan
sekarang tidak lagi
i.
Nyeri dirasakan saat batuk dan bernapas seperti
diremas.
j.
Pernah mendapat pengobatan pernapasan kurang lebih
1 tahun yang lalu .
k.
Berapa dosis yang anda dapatkan. Minum obat 1 hari
sekali ada 4 macam selama 1 bulan tetapi tak tuntas dan sering tak diminum
karena setelah diminum terasa mual
3.
Kajian fisik
a.
Penampilan fisik : tampak sakit berat, tampak
lemah dan tak berdaya dan terpasang O2 2 lt/mnt
b.
Tingkat kesadaran : Compos mentis
c.
TB: 165 cm, BB: 50 kg
d.
Status gizi cukup
e.
TTV: TD; 130/90mmHg, N;100x/mnt, S; 380C,
RR; 30x/mnt
4.
Kondisi sistem
a.
Sistem pernapasan
1). Hidung normal
berlendir
2). Pharing/laring:
normal
3). Trachea: simetris
4). Rongga dada/paru-paru
a). Inspeksi bentuk
normal, keadaan napas clubing
b). Palpasi : fokal
fremitus dada kiri, kanan depan kurang bergerak
c). Perkusi : Suara yang
ditimbulkan hipersonor
d). Auskultasi: Suara
napas bronkial, suara tambahan whezing, ronkhi
b.
Sistem integumen
1). Kebersihan kulit:
cukup
2). Kelainan yang tampak:
cianosis ringan
3). Palpasi: kelembaban:
demam teraba hangat dan turgor tak terdetksi
c.
Penunjang laboratorium
1). Sputum tes (-)
2). Haematologi:
a)
Hb;14,4gr/dl, c) Leukosit: 9,540 e)
LED: 50m/j
b) Ht; 45,3% d)
Eritrosit: 5,8300/mm3
5.
Tes diagnostik
a.
Ro thorax
b.
Jantung tak membesar < 50%
c.
Pulmo: gerakan vaskuler kanan, bercak
kesuraman(+), kedua lobus atas fibrosis (+).
d.
Diafragma kanan letak rendah sinus tumpul
B.
Pengelompokan data
1. Data Subyektif:
a.
Pasien mengatakan sesak napas,
b.
Pasien mengatakan kepalanya pusing
c.
Pasien mengatakan nyeri ulu hati dan dada sakit.
2. Data Obyektif:
a.
Batuk berdahak (+)
b.
Terpasang O2 2 lt/mnt
c.
Nadi100x/mnt
d.
Sianosis ringan
e.
Suara napas tambahan whezing dan ronchi
C.
Analisa data
No/tgl/Jam
|
data
|
problem
|
etiologi
|
DX 1
14 juni 2006
08.00
DX 2
14 juni 2006
08.30
|
DS:
mengatakan sesak napas.
DO:
batuk
berdahak, dispnea, penggunaan otot pernapasan, RR 30 x/mnt, suara napas
tambahan ronchi dan whezing
DS:
Pasien
mengatakan sesak napas dan dada sakit
DO:
Sianosis
ringan, TD; 130/90mmHg, N; 100x/mnt, S; 380C, thorak bercak
kesuraman kedua lobus atas parenkim
|
Pola napas tidak efektif
Gangguan pertukaran gas
|
Obstruksi jalan napas adanya penumpukan sekret
Kerusakan perenkim paru
|
D.
Diagnosa keperawatan
1. Tidak efektifnya pola
napas berhubungan dengan obstruksi jalan napas adanya penumpukan sekret yang
ditandai dengan
DS: Pasien mengatakan sesak napas
DO: Batuk berdahak, pernapasan 30x/mnt,
dipsnea, penggunaan otot bantu pernapasan positif dan adanya suara napas
tambahan whezing dan ronchi
2. Gangguan pertukaran
gas berhubungan dengan kerusakan parenkim paru yang di tandai dengan
DS: Pasien mengatakan sesak napas dan
dadanya sakit
DO: Sianosis ringan, Ro thorak bercak
kesuraman pada kedua lobus atas dan parenkim paru
E.
Intervensi dan rasional
1. Tujuan: Setelah dilakukan
perawatan kurang lebih 2 x 24 jam pola napas kembali efektif.
2. Kriteria hasil:
a.
Pasien mendemonstrasikan pola napas efektif
b.
Pasien merasa lebih nyaman dalam bernapas
c.
Data obyektif: klien menunjukkna pola pernapasan
yang efektif.
Dx 1. Pola pernapasan
Intervensi
|
Rasional
|
1. Berikan oksigen
sesuai program
2. Monitor jumlah
pernapasan, penggunaan otot bantu pernapasan, batuk, bunyi paru, tanda vital,
warna kulit, AGD.
3. Laksanakan program
pengobatan
4. Posisi pasien
fowler
5. Bantu dalam terapi
inhalasi
6. Alat-alat emergensi
disiapkan dalam koneksi baik
7. Pendidikan
kesehatan: perubahan gaya hidup,menghindari alergen, tehnik bernapas dan
tehnik relaksasi
|
1. Mempertahankan
oksigen arteri
2. Mengetahui status
pernapasan
3. Meningkatkan
pernapasan
4. Meningkatkan
perkembangan paru
5. Membantu
mengeluarkan sekret
6. Kemungkinan terjadi
kesulitan bernapas yang akut
7. Perlu adaptasi baru
dengan kondisi sekarang
|
1. Tujuan: Setelah
dilakukan tindakan keperawtan kurang lebih 2 x 2 jam gangguan pertukaran gas
dapat teratasi.
2. Kriteria hasil
a.
Sesak napas berkurang atau hilang
b.
Dada sakit berkurang/ hilang
c.
Tanda vital dalam batas normal
Dx 2. Pertukaran gas
Intervensi
|
Rasional
|
1. Monitor/kaji, catat
tanda vital,nyeri kesulitan bernapas, hasil laboratorium, reaksi sternal,
penggunaan otot bantu pernapasan, penggunaan oksigen, X ray.
2. Jaga alat emergenci
dan pengobatan tetap terhadap tersedia seperti ambu bag, ET, tube, suction,
oksegen.
3. Suction jika ada
indikasi
4. Monitor intake dan
out put cairan
5. Berikan terapi
inghalasi
6. Berikan posisi
fowler/semi fowler
7. Batasi pengunjung
8. Berikan nutrisi
tinggi protein, rendah lemak
9. Pendidikan
kesehatan tentang: napas dalam, latihan bernapas, mobilisasi, kebutuhan
istirahat, efek merokok dan alkohol
10. Jelaskan tentang
teknik suction pada keluarga
|
1. Data dasar untuk
pengkajian lebih lanjut
2. Persiapan emergensi
terjadinya masalah akut pernapasan
3. Meningkatkan
pertukaran gas
4. Menjaga
keseimbangan cairan
5. Melonggarkan
saluran pernapasan
6. Mengurangi
kesulitan bernapas
7. Mengurangi tingkat
kecemasan
8. Menurunkan
kebutuhan energi pencernaan
9. Membantu menghemat
energi
10. Dapat mengerjakan
sendiri di rumah jika memungkinkan
|
F.
Implementasi dan evaluasi
no/dx
|
Implementasi
|
evaluasi
|
Dx 1.
Jam 08.30
|
1. Memberikan oksigen
sesuai program
2. Memonitor jumlah
pernapasan, penggunaan otot bantu pernapasan, batuk, bunyi paru, tanda vital,
warna kulit, AGD.
3. Melaksanakan
program pengobatan
4. Memberikan posisi
fowler
5. Menyiapkan
alat-alat emergensi dalam koneksi baik
6. Memberikan pendidikan
kesehatan: perubahan gaya hidup, menghindari alergen, tehnik bernapasdan
tehnik relaksasi
|
S: Pasien mengtakan sesak napas berkurang
O: Pernapasan 24 x/mnt, O2 2 lt/mnt
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intevensi
|
Dx 2
Jam 09.00
|
1. Memonitor/kaji,
catat tanda vital, nyeri kesulitan bernapas, hasil laboratorium, reaksi
sternal, penggunaan otot bantu pernapasan, penggunaan oksigen, X ray.
2. Menjaga alat
emergensi dan pengobatan tetap terhadap tersedia seperti ambu bag, ET, tube,
suction, oksegen.
3. Memberikan posisi
fowler/semi fowler
4. Membatasi
pengunjung
5. Memberikan nutrisi
tinggi protein, rendah lemak
6. Memberikan
pendidikan kesehatan tentang: napas dalam, latihan bernapas, mobilisasi,
kebutuhan istirahat, efek merokok dan alkohol
|
S: Pasien
mengeluh sesak napas berkurang
O: TD:120/80, N; 80x/mnt
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
|
BAB IV
PEMBAHASAN
A.
Pengertian diagnosa yang
ditegakkan
1. Tidak efektifnya pola
napas
Kondisi dimana pola inhalasi dan ekshalasi
pasien tidak mampu karena adanya gangguan fungsi paru
2. Gangguan pertukaran
gas
Suatu kondisi dimana pasien mengalami
penurunan pengiriman oksigen dan karbondioksida diantara alveoli paru dan
sistem vaskuler.
B.
Proses terjadinya diagnosa
Dx 1.
Tidak efektifnya pola napas mula-mula basil tuberculosis masuk paru menimbulkan
respon peradangan dan lesi primer pada alveoli yang mengakibatkan sekresi paru
meningkat selanjutnya terjadi penumpukan sekret pada jalan napas yang
mengakibatkan obstruksi jalan napas terjadi sesak napas yang menimbulkan pola
napas tidak efektif.
Dx 2.
Gangguan pertukaran gas berawal dari pemasukan O2 ke paru yang
berlebihan juga karena adanya kerusakan parenkim pada paru menyebabkan proses
difusi pada alveoli terganggu yang menimbulkan kerusakan atau ganguan
pertukaran gas.
C.
Alasan mengapa diagnosa
tersebut ditegakkan atau di prioritaskan
Karena pada
klien TBC basil tuberculosis menyerang sistem pernapasan dengan produksi sekret
yang berlebihan, yang menimbulkan bersihan napas tidak efektif yang selanjutnya
mengganggu pola pernapasan dan pertukaran gas dialveoli dengan mengatasi
masalah pada sistem pernapasan kemungkinan terjadi gangguan pada sistem lain
dapat diminimalkan.
D. Rencana apa yang
ditetapkan untuk mengatasi masalah dan tindakan yang sudah dilakukan, apa
alasannya.
NO/DX
|
IMPLEMENTASI
|
ALASAN
|
Dx 1.
|
1. Memberikan oksigen
sesuai program
2. Monitor jumlah
pernapasan, penggunaan otot bantu pernapasan,batuk, bunyi paru, tanda vital,
warna kulit, AGD tidak dilakukan.
3. Melaksanakan
program pengobatan
4. memposisikan pasien
fowler
5. Saksion dan terapi
inhalasi tak dilakukan
6. Menjaga alat-alat
emergensi disiapkan dalam koneksi baik
7. Memberikan pendidikan
kesehatan: perubahan gaya hidup,menghindari alergen, tehnik bernapasdan
tehnik relaksasi
|
2.Keterbatasan
sarana dan reagen laboratorium rumah sakit
5. Keterbatasan
alat dan dimodifikasi dengan latihan pernapasan dan batuk efektif dan minum
hangat
|
Dx 2.
|
1. Memonitor/kaji,
catat tanda vital,nyeri kesulitan bernapas, hasil laboratorium, reaksi
sternal, penggunaan otot bantu pernapasan, penggunaan oksigen, X ray.
2. Memonitor tanda
dehidrasi
3. Menjaga alat
emergenci dan pengobatan tetap terhadap tersedia seperti ambu bag, ET, tube,
suction, oksegen.
4. Memberikan posisi
fowler/semi fowler
5. Membatasi
pengunjung
6. Memberikan nutrisi
tinggi protein, rendah lemak
7. Memberikan pendidikan
kesehatan tentang: napas dalam, latihan bernapas, mobilisasi, kebutuhan
istirahat, efek merokok dan alkohol
|
2.Dapat
dimodifikasi dengan melihat tanda dehidrasi (turgor kuli)
|
Perawat
tidak menuliskan apa yang dilakukan dan tidak juga membubuhi tanda tangan dan
nama terang, seharusnya tidak begitu. Semua itu bisa dilakukan untuk mengatasi
komplain dan tanggung gugat dari klien.
Masalah kebutuhan dasar
manusia yang seharusnya muncul
1. Kebutuhan nutrisi:
Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan
2. Kebutuhan istirahat
dan tisur: Gangguan pola tidur
3. Kebutuhan aktivitas:
Intoleransi aktivitas
4. Kebutuhan personal
hygiene: Resiko kurang perawatan diri
a.
Kebutuhan nutrisi: Resiko nutrisi kurang
darikebutuhan tubuh tidak ditegakkan karena biasanya pasien kp anoreksia disebabkan adanya sekret di
tenggorokan dan mengakibatkan mual dan dengan sendirinya bila sekret sudah
berkurang atau hilang maka anoreksia tidak terjadi. Dampak bila kebutuhan
nutrisi tidak ditegakkan menjadi diagnosa keperawatan maka dari resiko nutrisi
kurang dari kebutuhan akan menjadi nutrisi kurang dari kebutuhan dan akan
mengakibatkan masalah lain, Misal: intoleransi aktivitas.
b.
Kebutuhan istirahat dan tidur tidak ditegakkan
karena dengan penanganan kebersihan jalan napas, pola napas kembali normal dan
kebutuhan istirahat tidur takterjadi gangguan.
c.
Kebutuhan aktivitas tidak ditegakkan karena saat
sakit klien tak terlalu banyak beraktivitas kalau hanya perawatan diri klien
masih dapat melakukannya sendiri karena pola napas sudah kembali normal.