Jumat, 20 April 2012

Askep TB paru

BAB I
KONSEP PENYAKIT KOCH PULMONAL
(TUBERKULOSIS PARU)


A.    Pengertian
Tuberculosis paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis dengan gejala bervariasi (Mansjoer,1999)
Tuberculosis paru adalah merupakan infeksi kronik yang disebabkan oleh pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi (isselbacker,1999).
      Jadi tubercolusis paru atau koch pulmonal adalah penyakit infeksi kronik yang disebabkan mycobacterium tuberculosis dan pembentukan granuloma pada daerah yang terinfeksi dengan gejala yang bervariasi.

B.    Etiologi
Mycobacterium tuberculosis yang berbentuk batang dan mempunyai sifat asam (Price.1995).

C.    Patofisiologi
Basil tuberculosa mula-mula memasuki paru atau tempat lain pada individu yang sehat kemudian menimbulkan respon peradangan non spesifik dengan sedikit atau sama sekali tanpa gejala.
Basil yang menyebabkan peradangan tersebut kemudian berada dalam ruang alveolus dan dapat juga meningkatkan metabolisme tubuh sehingga akan terjadi peningkatan kebutuhan terhadap energi. Setelah itu klien akan mengalami gejala batuk, malaise, anoreksia dan mual. Di samping basil tuberculosis membengkitkan peradangan, basil tersebut dapat menjadi aktif dalam bentuk droplet muda yang tersebar diudara saat klien batuk maupun bicara.
Alveoli yang terserang akan mengalami atau timbul gejala pneumonia. Kemudian bakteri terus difagosit atau berkembang biak di dalam sel basil menjadi infeksi lesi primer kemudian difagosit oleh makrofag. Nekrosis bagian sentral dibawah kelenjar limfe regional. Lesi mamberikan gambaran yang relatif padat dan seperti kayu/perkejuan.
Hal ini akan menyebabkan penumpukan sekresi dalam paru, lesi primer dan kelenjar limfe mengalami fibrosis lalu menjadi jaringan parut dan mengalami pengapuran. Fibrosis pada paru tersebut menjadikan berkurangnya jumlah jaringan paru fungsional, pengembangan paru kurang maksimal dan jumlah oksigen yang masuk berkurang.
      Apabila daya tahan tubuh kuat maka komplek primer dapat sembuh dengan sendirinya, namun bila daya tahan tubuh lemah maka akan timbul fokus reinfeksi endogen yang menyebabkan kembalinya efektifitas lesi. Basil dalam lesi kembali di fagosit oleh makrofag dibawa kekelenjar limfe dan saluran darah menimbulkan penyebaran yang luas yang bisa menyebabkan tuberculosis milien (Price,1999).

D.    Manifestasi klinik
Gejala umum TB paru adalah:
1.       Batuk lebihdari 4 minggu
2.       Malaise
3.       Gejala flu
4.       Demam derajat rendah
5.       Batuk darah (haemomtu)
(Mansjoer, 1999).
Banyak asimtomatis dan baru terdeteksi dengan adanya kelainan radiologi dada pada pemeriksaan rutin atau adanya tes Tuberculin/mantouk tes positif (waspadji,1995).
Gejala terbanyak adalah:
1.       Demam
Menyerupai demam influensa, tapi kadang mencapai 40 0C di pengaruhi oleh upaya daya tahan tubuh dan berat ringannya infeksi kuman.


2.       Batuk
Terjadi karena adanya iritasi pada bronkus, tetapi mungkin terjadi setelah penyakit berkembang dalam jaringan.
3.       Sesak napas
Di temukan pada penyakit yang sudah lanjut, inflamasi sudah 1/2 bagian paru.
4.       Malaise
Yang sering terjadi adalah: Anoreksia, badan makin kurus, sakit kapala, berkeringat pada malam hari tanpa ada kegiatan.

E.    Pengkajian fokus dan pemeriksaan penunjang
Untuk menegakkan diagnosa pada penyakit paru dilaksanakan pemeriksaan penunjang sebagai berikut.
1.       Laboratorium ; biasanya ditemukan
a.          Anemia
b.         Inkositasis ringan dengan predominasi limpositosis
c.          LED meningkat terutama pada masa akut, dapat kembali normal pada tahap penyembuhan
2.       Foto thorax  PA dengan atau tanpa lateral
Karakteristiknya
a.          Bayangan lesi terletak pada lapang paru atas segmen apikal lobus bawah
b.         Bayangan berawan (patchy) atau bercak (noduler)
c.          Adanya kavitas tunggal atau ganda
d.         Kelainan bilateral terutama dilapangan atas paru
e.          Adanya kalsifikasi
f.          Bayangan milier
3.       Pemeriksaan sputum BTA (Bakteri Tahan Asam)
Pada anak sering tidak dijumpai adanya basil TBC pada pemeriksaan BTA
4.       Tes mantouk/Tuberculin
a.          Sangat penting untuk mendiagnosisTuberculosis pada anak.
b.         Hasil positif pada orang dewasa kurang bermakna.
c.          Positif menunjukkan reaksi immunitas selluler yang timbul setelah 4-6 minggu infeksi pertama

F.    
Basil tuberkel
 
Patways keperawatan









 

























BAB II
KONSEP KEBUTUHAN DASAR
OKSIGENASI

A.    Pengertian
1.       Oksigenasi adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel-sel tubuh.
2.       Oksigenasi adalah pembuatan suplemen oksigen melalui kanule atau sungkup oksigen biasanya dipakai bila PO2 kurang dari 60 mmHg diberikan untuk memenuhi kebutuhan O2 tubuh yang tak bisa dicapai dengan respirasi normal.
3.       Respirasi adalah proses keluar masuknya udara keparu-paru dan terjadi pertukaran gas.
Yang berperan dalam proses respirasi adalah paru-paru dan dinding dada (rangka, otot, pernapasan, diagfragma, isi abdomen dan dinding abdomen).

B.    Review Anatomi dan fisiologi sistem pernapasan.
Tujuan utama respirasi adalah untuk menyediakan oksigen bagi sel-sel tubuh membawa karbondioksida darinya. Agar respirasi dapat berlangsung harus ada satu jalan untuk membawa oksigen tubuh dan sistem serkulasi yang mengantarkannya pada sel-sel tubuh serta mengeluarkan CO2 dari sel-sel tersebut. Transpor O2 berlangsung melalui sistem pernapasan atas dan bawah. Saluran pernapasan atas terdiri dari:
1.       Hidung dan nasofaring
2.       Mulut dan urofaring
3.       Laring
Saluran pernapsan bawah dibentuk oleh:
1.       Trakhea
2.       Saluran utama broncus
3.       Bronchiolus duktus alveolus yang kemudian berakhir dialveoli
Paru-paru sendiri terdiri dari beberapa lobus, paru-paru kanan terdiri dari tiga lobus yaitu atas, tengah dan bawah. Paru-paru kiri terdiri dari dua lobus yaitu atas dan bawah.
Ada 3 macam proses yang terjadi saat respirasi yaitu:
1.       Ventilasi meliputi pergerakan keluar masuknya udara melalui cabang-cabang Trakheobronkial sehinggga oksigen sampai pada alveoli dan O2 dibuang.
2.       Perfusi adalah istilah untuk aliran darah pada kapiler paru-paru disebut juga sebagai transpor O2
3.       Difusi adalah pergerakan gas CO2 dan O2 melentasi membaran alveolar kapiler yang alirannya dimulai dari daerah dengan konsentrasi yang lebih besar ke daerah dengan konsentrasi yang lebih kecil, menimbulkan keseimbangan alveolar.
Udara yang dihirup dibersihkan dari semua partikel yang berdiameter lebih dari 2 nm sebelum mencapai alveoli. Pembersihan terdapat partikel-partikel, seperti debu dan bakteri memungkinkan sterilisasi pada alveolus. Benda-banda asing disaring melalui mekanisme sel-sel globet pada lapisan epitel saluran pernapasan yang menghasilkan sejumlah substansi mukepolisakarida yang tebal yakni mukus yang menyelimuti saluran pernaasan dan menyaring partikel-partikel tersebut. Silia yang ditemukan sepanjang percabangan saluran pernapasan seperti bronki akan mendorong mukus dan benda-benda asing menuju faring yang kemudian akan dikeluarkan dengan batuk dan bersin.

C.    Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigen antara lain:
1.       Faktor fisiologi
a.          Menurunnya kemampuan mengikat O2 seperti pada anemi
b.         Menurunnya konsentrasi O2 yang di inspirasikan seperti pada obstruksi saluran pernapsan bagian atas.
c.          Hipovolemi sehingga TD menurun yang menyebabkan terganggunya O2
d.         Mengingkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil, luka dan lain-lain.
e.          Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan, obesitas, muskulus skeletal yang abnormal, penyakit kronis seerti TBC.
2.       Faktor perkembangan
a.          Bayi prematur disebabkan kurang pembentukan surfaktan
b.         Bayi dan todler adanya resiko saluran pernapasan akut
c.          Anak usia sekolah resiko ispa dan merokok
3.       Faktor perilaku, Nutrisi, exercise, merokok, substanse abuse(alkohol dan obat-obatan), kecemasan.
4.       Lingkungan : tempat kerja (polusi), suhu lingkungan, ketinggian tempat dari permukaan laut.
Perubahan perubahan fungsi jantung yang mempengaruhi kebutuhan oksigen:
1.       Gangguan konduksi
Gangguan konduksi seperti disritmia (takikardi/bradicardi)


2.       Perubahan cardiac output
Menurunnya cardiac output seperti pada pasien decom menimbulkan hipoksia jaringan.
3.       Kerusakan fungsi katub seperti pada stenosis, obstrusi, regurgitasi darah yang mengakibatkan ventrikel bekerja lebih keras.
4.       Myocardial iskhemia/infark mengakibatkan insufisiansi suplai darah dari arteri koroner ke miocardium.
Untuk kasus penyakit obstruksi paru pemberian oksigen atau oksigenasi harus diperhatikan dan pemberiannya tak boleh lebih dari 2 l/mnt, karena dapat menekan stimulus pernapasan.
Perubahan-perubahan fungsi pernapasan yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi:
1.       Hiperventilasi
a.          Merupakan upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah CO2 dalam paru-paru agar pernapasan lebih cepat dan dalam.
b.         Dapat disebabkan karena ; kecemasan, infeksi/sepsis, keracunan obat-obatan dan ketidakseimbangan asam basa seperti pada asidosis metabolik
c.          Tanda dan gejala ; takikardi, napas pendek, nyeri dada, menurunnya konsentrasi, disorientasi
2.       Hipoventilasi
Terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan O2 atau mengeluarkan CO2 dengan cukup. Biasanya terjadi pada keadaan atelektasis (kolap paru), tanda dan gejalanya adalah nyeri kepala, penurunan kesadaran, disorientasi, kardiak disritmia, ketidak seimbangan elektrolit, kejang dan kardiak ares.
3.       Hipoksia
Tidak adekuatnya kebutuhan O2 seluler akibat defisiensi O2 yang di inspirasi atau meningkatnya penggunaan O2 pada tingkat seluler. Dapat disebabkan oleh : Menurunnya hemoglobin, berkurangnya konsentrasi O2 (dipuncak gunung) ketidak mampuan jaringan mengikat O2, menurunnya disfungsi O2 dari alveoli kedalam darah. Sepertti pada pneumonia, menurunnya perfusi jaringan dan kurangnya atau gangguan ventilasi.
Tanda-tanda hipoksia adalah: kelelahan, kecemasan, menurunnya kemampuan konsentrasi, nadi meningkat, pernapasan cepat dan dalam, sianosis, sesak napas dan clubbing.

D.    Pengkajian
1.       Riwayat keperawatan
a.          Masalah pernapasan yang pernah dialami
1).     Pernah mengalami perubahan pola pernapasan
2).     Pernah mengalami batuk
3).     Pernah mengalami nyeri dada
4).     Aktivitas apa saja yang menyebabkan terjadinya gejala-gejala diatas
b.         Riwayat penyakit pernapasan
Apakah sering mengalami ISPA, alergi, batuk, asma, TBC, dan lain-lain
c.          Riwayat kardiovaskuler
Pernah mengalami pemyakit jantung atau peredaran darah
d.         Gaya hidup
Merokok, keluarga perokok, lingkungan kerja dengan perokok
2.       Pemeriksaan fisik
a.          Mata
1).     Konjungtiva pucat (karena anemi)
2).     Konjungtiva sianosis (karena hipoksia)
3).     Konjungtiva terdapat pethechia (karena emboli lemak/endokarditis)
b.         Kulit
1).     Sianosis periver (vasokonstriksi dan menurunnya aliran periver)
2).     Sianosis secara umum (hipoksemia)
3).     Penurunan turgor (dehidrasi)
4).     Edema
5).     Edema periorbital
c.          Jari dan kuku
1).     Sianosis
2).     Clubbing finger
d.         Mulut dan bibir
1).     Membran mukosa sianosis
2).     Bernapas menggunakan mulut
e.          Hidung
Pernapasan dengan cubing hidung
f.          Vena leher
Adanya distensi/bendungan
g.         Dada
1).     Retraksi otot bantu pernapasan (karena peningkatan aktivitas pernapasan, dispnea/obstruksi jalan pernapasan)
2).     Pergerakan tidak simetris antara dada kiri dan dada kanan)
3).     Tachil premitus (getaran pada dada karena udara/suara melewati saluran/rongga pernapasan)
4).     Suara napas normal (vesikuler, bronkovesikuler,bronkhial)
5).     Suara napas tidak normal (crecherlrales, ronchi, wheezing, friction rubepleural friction)
6).     Bunyi perkusi (resonan, hyperesonan, dullness)
h.         Pola pernapasan
1).     Eupnea (pernapasan normal)
2).     Tacypnea (pernapasan cepat)
3).     Bradypnea (pernapasan lambat)
3.       Pemeriksaaan penunjang
a.          Tes untuk menentukan keadekuatan sistem konduksi jantung.
EKG dan Exerise stress tes
b.         Tes untuk menentukan kontraksi miokardium aliran darah.
1).     Echocardiographi
2).     Angiografi
c.          Tes untuk mengukur ventilasi dan oksigenasi.
1).     Tes fungsi paru dengan spirometer
2).     Tes astrup
3).     Oksimetri
4).     Pemeriksaan darah lengkap
d.         Melihat struktur sistem pernapasan
1).     X-ray Thoraks
2).     Bronkhoskopi
3).     CT Scan paru
e.          Menentukan sel abnormal/infeksi sistem pernapasan.
1).     Kultur apus tenggorokan
2).     Sitologi
3).     Spesimen Sputum (BTA)

E.    Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul berkaitan dengan konsep kebutuhan dasar oksigenasi.
1.       Tak efektifnya bersihan jalan napas
Yaitu keadaan dimana klien tidak mampu membersihkan sekret/slem sehingga menimbulkan obstruksi saluran pernapasan.
a.          Kemungkinan berhubungan dengan
1).     Menurunnya energi dan kelelahan
2).     Infeksi trakheobronkial
3).     Gangguan kognitif dan persepsi
4).     Trauma
5).     Bedah thorak
b.         Kemungkinan data yang ada
1).     Suara napas tidak normal
2).     Perubahan jumlah pernapasan
3).     Batuk produktif
4).     Sianosis
5).     Demam
6).     Kesulitan bernapas (dispnea)
c.          Kemungkinan masalah klinik
1).     ARDS, cystic febrosis
2).     Pneumonia, injuri dada
3).     Ca paru, Gangguan neuromuskuler
4).     COPD
d.         Tujuan yang di harapkan
1).     Saluran pernapasan pasien menjadi bersih
2).     Pasien dapat mengeluarkan sekret
3).     Suara napas dan keadaan kulit menjadi normal
2.       Tak efektifnya pola napas.
Adalah keadaan dimana pola inhalasi dan ekshalasi pasien tidak mampu karena adanya gangguan fungsi paru.
a.          Kemungkinan berhubungan dengan
1).     Obstruksi trakhel
2).     Perdarahan aktif
3).     Menurunnya ekspansi paru
4).     Infeksi paru
5).     Depresi pusat pernapasan
6).     Kelemahan otot pernapasan
b.         Kemungkinan data
                                        1).     Perubahan irama pernapasan dan jumlah pernapasan
                                        2).     Dispnea
                                        3).     Penggunaan otot bantu pernapasan
                                        4).     Suara pernapasan tidak normal
                                        5).     Batuk disertai dahak
                                        6).     Menurunnya kapasitas vital
                                        7).     Kecemasan

c.          Kondisi klinik berhubungan dengan
                                        1).     Penyakit kanker, infeksi pada dada
                                        2).     Penggunaan otot dan keracunan alkohol
                                        3).     Trauma dada
                                        4).     Myasthenia gravis, guillianbarre syndrome
d.         Tujuan yang diharapkan
                                        1).     Pasien dapat mendemonstrasikan pola pernapasan yang efektif
                                        2).     Data obyektif menunjukkan pola pernapasan yang efektif
                                        3).     Pasien merasa lebih nyaman dalam bernapas
3.       Gangguan pertukaran gas
Yaitu suatu kondisi dimana klien mengalami penurunan pengiriman oksigen dan kerbondioksida diantara alveoli peru dan sistem vaskuler.
a.          Kemungkinan penyebab
                                        1).     Penumpikan cairan dalam paru
                                        2).     Gangguan suplai oksigen
                                        3).     Obstruksi saluran pernapasan
                                        4).     Bronko spasme
                                        5).     Atelektasis
                                        6).     Edema paru
                                        7).     Pembedahan paru
b.         Kemungkinan data ditemukan
1).     Sesak napas
2).     Penurunan kesadaran
3).     Nilai AGD tidak normal
4).     Perubahan tanda vital
5).     Sianosis/takhikardi
e.          Kondisi klinik berhubungan dengan
1).     COPD
2).     CHF
3).     Asma
4).     Pneumonia
f.          Tujuan yang diharapkan
1).     Dapat menurunkan tanda dan gejala gangguan pertukaran gas
2).     Pasien dapat menunjukkan peningkatan perubahan pertukaran gas seperti tanda vital, nilai AGD, dan ekspresi wajah rileks

F.     Intervensi dan rasional
Dx 1. Tidak efektifnya bersihan jalan napas
Intervensi
Rasional
1.       Sediakan alat suction dalam kondisi baik
2.       Monitor jumlah, bunyi napas, AGD, efek pengobatan bronkhodilator
3.       Pertahankan intake cairan 3000ml/hari jika tidak ada kontra indikasi
4.       Terapi inhalasi dan latihan pernapasan dalam dan batuk efektif
5.       Bantu oral hygine setiap 4 jam
6.       Mobilisasi pasien setiap 3 jam
7.       Berikan pendidikan kesehatan: efek merokok, alkohol menghindari alergen, latihan bernapas.
1.      Peralatan dalam keadaan siap

2.      Indikasi dasar kepatenan/gangguan saluran pernapasan

3.      Membantu mengencerkan sekret


4.      Mengeluarkan sekret


5.      Memberikan rasa nyaman
6.      Mempertahankan sirkulasi
7.      Mencegah komplikasi paru

Dx 2. Pola pernapasan
Intervensi
Rasional
1.      Berikan oksigen sesuai program
2.      Monitor jumlah pernapasan, penggunaan otot bantu pernapasan, batuk, bunyi paru, tanda vital, warna kulit, AGD.
3.      Laksanakan program pengobatan
4.      Posisi pasien fowler
5.      Bantu dalam terapi inhalasi
6.      Alat-alat emergensi disiapkan dalam koneksi baik
7.      Pendidikan kesehatan: perubahan gaya hidup, menghindari alergen, tehnik bernapasdan tehnik relaksasi
1.      Mempertahankan oksigen arteri
2.      Mengetahui status pernapasan



3.      Meningkatkan pernapasan
4.      Meningkatkan perkembangan paru
5.      Membantu mengeluarkan sekret
6.      Kemungkinan terjadi kesulitan bernapas yang akut
7.      Perlu adaptasi baru dengan kondisi sekarang

Dx 3. Pertukaran gas
Intervensi
Rasional
1.      Monitor/kaji, catat tanda vital,nyeri kesulitan bernapas, hasil laboratorium, reaksi sternal, penggunaan otot bantu pernapasan, penggunaan oksigen, X ray.
2.      Jaga alat emergenci dan pengobatan tetap terhadap tersedia seperti ambu bag, ET, tube, suction, oksegen.
3.      Suction jika ada indikasi
4.      Monitor intake dan out put cairan
5.      Berikan terapi inhalasi
6.      Berikan posisi fowler/semi fowler
7.      Batasi pengunjung
8.      Berikan nutrisi tinggi protein, rendah lemak
9.      Pendidikan kesehatan tentang: napas dalam, latihan bernapas, mobilisasi, kebutuhan istirahat, efek merokok dan alkohol
10.  Jelaskan tentang teknik suction pada keluarga
1.      Data dasar untuk pengkajian lebih lanjut



2.      Persiapan emergensi terjadinya masalah akut pernapasan


3.      Meningkatkan pertukaran gas
4.      Menjaga keseimbangan cairan
5.      Melonggarkan saluran pernapasan
6.      Mengurangi kesulitan bernapas
7.      Mengurangi tingkat kecemasan
8.      Menurunkan kebutuhan energi pencernaan
9.      Membantumenghemat energi



10.  Dapat mengerjakan sendiri di rumah jika memungkinkan
























BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KDM
OKSIGENASI PADA Tn.J DENGAN KP (Koch Pulmonal)
DI RUANG MAWAR RSUD TUGUREJO.

A.    Pengkajian
1.       Data personal
Nama                               :   Tn.Johan
No RM                            :   113235
Jenis kelamin                   :   Laki-laki
Umur                               :   49 tahun
Alamat                            :   Gringsing, Batang, jl.Galar X/20
Status perkawinan           :   Kawin
Agama                             :   Islam
Pekerjaan                         :   Buruh
Diagnosa medik              :   Koch pulmonal
Tindakan medik              :   Oksigenasi
2.       Riwayat kebutuhan oksigen dan karbondioksida
a.          Keluhan utama: mengatakan sesak napas, nyeri pada ulu hati, batuk berdahak, pusing dan dada sakit
b.         Penjelasan tentang keluhan utama: Kurang lebih satu hari sesak napas, batuk tak berhenti-henti, sebelumnya pernah sakit seperti ini kurang lebih 1 tahun yang lalu, dada dan ulu hati sakit karena sering batuk.
c.          Apakah anda pernah mengalami masalah pernapasan dan perubahan bunyi: ya, bunyi whizing dan ronchi
d.         Pernah mengalami sakit pernapasan. TBC kurang lebih 1 bulan, sembuh kurang lebih 1 tahun yang lalu
e.          Obat yang digunakan saat sesak napas dan batuk pilek: lupa karena sudah lama
f.          Batuk berdahak paling sering malam dan pagi hari dengan dahak warna kehijauan kental
g.         Apakah anda merokok: ya, kurang lebih 1 bungkus 1 hari sebelum sakit, setelah sakit mencoba untuk berhenti dan sekarang tidak merokok.
h.         Dalam keluarga hanya saya yang dulunya merokok dan sekarang tidak lagi
i.           Nyeri dirasakan saat batuk dan bernapas seperti diremas.
j.           Pernah mendapat pengobatan pernapasan kurang lebih 1 tahun yang lalu .
k.         Berapa dosis yang anda dapatkan. Minum obat 1 hari sekali ada 4 macam selama 1 bulan tetapi tak tuntas dan sering tak diminum karena setelah diminum terasa mual
3.       Kajian fisik
a.          Penampilan fisik : tampak sakit berat, tampak lemah dan tak berdaya dan terpasang O2 2 lt/mnt
b.         Tingkat kesadaran : Compos mentis
c.          TB: 165 cm, BB: 50 kg
d.         Status gizi cukup
e.          TTV: TD; 130/90mmHg, N;100x/mnt, S; 380C, RR; 30x/mnt
4.       Kondisi sistem
a.          Sistem pernapasan
1).     Hidung normal berlendir
2).     Pharing/laring: normal
3).     Trachea: simetris
4).     Rongga dada/paru-paru
a).       Inspeksi bentuk normal, keadaan napas clubing
b).       Palpasi : fokal fremitus dada kiri, kanan depan kurang bergerak
c).       Perkusi : Suara yang ditimbulkan hipersonor
d).      Auskultasi: Suara napas bronkial, suara tambahan whezing, ronkhi
b.         Sistem integumen
1).     Kebersihan kulit: cukup
2).     Kelainan yang tampak: cianosis ringan
3).     Palpasi: kelembaban: demam teraba hangat dan turgor tak terdetksi
c.          Penunjang laboratorium
1).     Sputum tes (-)
2).     Haematologi:
a) Hb;14,4gr/dl,        c) Leukosit:  9,540                  e) LED: 50m/j
 b) Ht; 45,3%            d) Eritrosit: 5,8300/mm3
5.       Tes diagnostik
a.          Ro thorax
b.         Jantung tak membesar < 50%
c.          Pulmo: gerakan vaskuler kanan, bercak kesuraman(+), kedua lobus atas fibrosis (+).
d.         Diafragma kanan letak rendah sinus tumpul

B.    Pengelompokan data
1.       Data Subyektif:
a.          Pasien mengatakan sesak napas,
b.         Pasien mengatakan kepalanya pusing
c.          Pasien mengatakan nyeri ulu hati dan dada sakit.
2.       Data Obyektif:
a.          Batuk berdahak (+)
b.         Terpasang O2 2 lt/mnt
c.          Nadi100x/mnt
d.         Sianosis ringan
e.          Suara napas tambahan whezing dan ronchi       
                       
C.    Analisa data
No/tgl/Jam
data
problem
etiologi
DX 1
14 juni 2006
08.00







DX 2
14 juni 2006
08.30
DS:
mengatakan sesak napas.
DO:
batuk berdahak, dispnea, penggunaan otot pernapasan, RR 30 x/mnt, suara napas tambahan ronchi dan whezing
DS:
Pasien mengatakan sesak napas dan dada sakit
DO:
Sianosis ringan, TD; 130/90mmHg, N; 100x/mnt, S; 380C, thorak bercak kesuraman kedua lobus atas parenkim
Pola napas tidak efektif








Gangguan pertukaran gas
Obstruksi jalan napas adanya penumpukan sekret






Kerusakan perenkim paru


D.    Diagnosa keperawatan
1.       Tidak efektifnya pola napas berhubungan dengan obstruksi jalan napas adanya penumpukan sekret yang ditandai dengan
DS: Pasien mengatakan sesak napas
DO: Batuk berdahak, pernapasan 30x/mnt, dipsnea, penggunaan otot bantu pernapasan positif dan adanya suara napas tambahan whezing dan ronchi
2.       Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan parenkim paru yang di tandai dengan
DS: Pasien mengatakan sesak napas dan dadanya sakit
DO: Sianosis ringan, Ro thorak bercak kesuraman pada kedua lobus atas dan parenkim paru

E.    Intervensi dan rasional
1.       Tujuan: Setelah dilakukan perawatan kurang lebih 2 x 24 jam pola napas kembali efektif.
2.       Kriteria hasil:
a.          Pasien mendemonstrasikan pola napas efektif
b.         Pasien merasa lebih nyaman dalam bernapas
c.          Data obyektif: klien menunjukkna pola pernapasan yang efektif.

Dx 1. Pola pernapasan
Intervensi
Rasional
1.      Berikan oksigen sesuai program
2.      Monitor jumlah pernapasan, penggunaan otot bantu pernapasan, batuk, bunyi paru, tanda vital, warna kulit, AGD.
3.      Laksanakan program pengobatan
4.      Posisi pasien fowler
5.      Bantu dalam terapi inhalasi
6.      Alat-alat emergensi disiapkan dalam koneksi baik
7.      Pendidikan kesehatan: perubahan gaya hidup,menghindari alergen, tehnik bernapas dan tehnik relaksasi
1.      Mempertahankan oksigen arteri
2.      Mengetahui status pernapasan



3.      Meningkatkan pernapasan
4.      Meningkatkan perkembangan paru
5.      Membantu mengeluarkan sekret
6.      Kemungkinan terjadi kesulitan bernapas yang akut
7.      Perlu adaptasi baru dengan kondisi sekarang

1.       Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawtan kurang lebih 2 x 2 jam gangguan pertukaran gas dapat teratasi.
2.       Kriteria hasil
a.          Sesak napas berkurang atau hilang
b.         Dada sakit berkurang/ hilang
c.          Tanda vital dalam batas normal
Dx 2. Pertukaran gas
Intervensi
Rasional
1.      Monitor/kaji, catat tanda vital,nyeri kesulitan bernapas, hasil laboratorium, reaksi sternal, penggunaan otot bantu pernapasan, penggunaan oksigen, X ray.
2.      Jaga alat emergenci dan pengobatan tetap terhadap tersedia seperti ambu bag, ET, tube, suction, oksegen.
3.      Suction jika ada indikasi
4.      Monitor intake dan out put cairan
5.      Berikan terapi inghalasi
6.      Berikan posisi fowler/semi fowler
7.      Batasi pengunjung
8.      Berikan nutrisi tinggi protein, rendah lemak
9.      Pendidikan kesehatan tentang: napas dalam, latihan bernapas, mobilisasi, kebutuhan istirahat, efek merokok dan alkohol
10.  Jelaskan tentang teknik suction pada keluarga
1.      Data dasar untuk pengkajian lebih lanjut



2.      Persiapan emergensi terjadinya masalah akut pernapasan


3.      Meningkatkan pertukaran gas
4.      Menjaga keseimbangan cairan
5.      Melonggarkan saluran pernapasan
6.      Mengurangi kesulitan bernapas
7.      Mengurangi tingkat kecemasan
8.      Menurunkan kebutuhan energi pencernaan
9.      Membantu menghemat energi



10.  Dapat mengerjakan sendiri di rumah jika memungkinkan

F.     Implementasi dan evaluasi
no/dx
Implementasi
evaluasi
Dx 1.
Jam 08.30
1.      Memberikan oksigen sesuai program
2.      Memonitor jumlah pernapasan, penggunaan otot bantu pernapasan, batuk, bunyi paru, tanda vital, warna kulit, AGD.
3.      Melaksanakan program pengobatan
4.      Memberikan posisi fowler
5.      Menyiapkan alat-alat emergensi dalam koneksi baik
6.      Memberikan pendidikan kesehatan: perubahan gaya hidup, menghindari alergen, tehnik bernapasdan tehnik relaksasi
S: Pasien mengtakan sesak napas berkurang
O: Pernapasan 24 x/mnt, O2 2 lt/mnt
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intevensi
Dx 2
Jam 09.00
1.      Memonitor/kaji, catat tanda vital, nyeri kesulitan bernapas, hasil laboratorium, reaksi sternal, penggunaan otot bantu pernapasan, penggunaan oksigen, X ray.
2.      Menjaga alat emergensi dan pengobatan tetap terhadap tersedia seperti ambu bag, ET, tube, suction, oksegen.
3.      Memberikan posisi fowler/semi fowler
4.      Membatasi pengunjung
5.      Memberikan nutrisi tinggi protein, rendah lemak
6.      Memberikan pendidikan kesehatan tentang: napas dalam, latihan bernapas, mobilisasi, kebutuhan istirahat, efek merokok dan alkohol

S: Pasien mengeluh sesak napas berkurang
O: TD:120/80, N; 80x/mnt
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi













BAB IV
PEMBAHASAN

A.    Pengertian diagnosa yang ditegakkan
1.       Tidak efektifnya pola napas
Kondisi dimana pola inhalasi dan ekshalasi pasien tidak mampu karena adanya gangguan fungsi paru
2.       Gangguan pertukaran gas
Suatu kondisi dimana pasien mengalami penurunan pengiriman oksigen dan karbondioksida diantara alveoli paru dan sistem vaskuler.

B.    Proses terjadinya diagnosa
Dx 1. Tidak efektifnya pola napas mula-mula basil tuberculosis masuk paru menimbulkan respon peradangan dan lesi primer pada alveoli yang mengakibatkan sekresi paru meningkat selanjutnya terjadi penumpukan sekret pada jalan napas yang mengakibatkan obstruksi jalan napas terjadi sesak napas yang menimbulkan pola napas tidak efektif.
Dx 2. Gangguan pertukaran gas berawal dari pemasukan O2 ke paru yang berlebihan juga karena adanya kerusakan parenkim pada paru menyebabkan proses difusi pada alveoli terganggu yang menimbulkan kerusakan atau ganguan pertukaran gas.

C.    Alasan mengapa diagnosa tersebut ditegakkan atau di prioritaskan
Karena pada klien TBC basil tuberculosis menyerang sistem pernapasan dengan produksi sekret yang berlebihan, yang menimbulkan bersihan napas tidak efektif yang selanjutnya mengganggu pola pernapasan dan pertukaran gas dialveoli dengan mengatasi masalah pada sistem pernapasan kemungkinan terjadi gangguan pada sistem lain dapat diminimalkan.


D.    Rencana apa yang ditetapkan untuk mengatasi masalah dan tindakan yang sudah dilakukan, apa alasannya.
NO/DX
IMPLEMENTASI
ALASAN
Dx 1.
1.      Memberikan oksigen sesuai program
2.      Monitor jumlah pernapasan, penggunaan otot bantu pernapasan,batuk, bunyi paru, tanda vital, warna kulit, AGD tidak dilakukan.
3.      Melaksanakan program pengobatan
4.      memposisikan pasien fowler
5.      Saksion dan terapi inhalasi tak dilakukan
6.      Menjaga alat-alat emergensi disiapkan dalam koneksi baik
7.      Memberikan pendidikan kesehatan: perubahan gaya hidup,menghindari alergen, tehnik bernapasdan tehnik relaksasi







2.Keterbatasan sarana dan reagen laboratorium rumah sakit




5. Keterbatasan alat dan dimodifikasi dengan latihan pernapasan dan batuk efektif dan minum hangat
Dx 2.
1.      Memonitor/kaji, catat tanda vital,nyeri kesulitan bernapas, hasil laboratorium, reaksi sternal, penggunaan otot bantu pernapasan, penggunaan oksigen, X ray.
2.      Memonitor tanda dehidrasi
3.      Menjaga alat emergenci dan pengobatan tetap terhadap tersedia seperti ambu bag, ET, tube, suction, oksegen.
4.      Memberikan posisi fowler/semi fowler
5.      Membatasi pengunjung
6.      Memberikan nutrisi tinggi protein, rendah lemak
7.      Memberikan pendidikan kesehatan tentang: napas dalam, latihan bernapas, mobilisasi, kebutuhan istirahat, efek merokok dan alkohol








2.Dapat dimodifikasi dengan melihat tanda dehidrasi (turgor kuli)

Perawat tidak menuliskan apa yang dilakukan dan tidak juga membubuhi tanda tangan dan nama terang, seharusnya tidak begitu. Semua itu bisa dilakukan untuk mengatasi komplain dan tanggung gugat dari klien.
Masalah kebutuhan dasar manusia yang seharusnya muncul
1.       Kebutuhan nutrisi: Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan
2.       Kebutuhan istirahat dan tisur: Gangguan pola tidur
3.       Kebutuhan aktivitas: Intoleransi aktivitas
4.       Kebutuhan personal hygiene: Resiko kurang perawatan diri
a.          Kebutuhan nutrisi: Resiko nutrisi kurang darikebutuhan tubuh tidak ditegakkan karena biasanya pasien kp anoreksia disebabkan adanya sekret di tenggorokan dan mengakibatkan mual dan dengan sendirinya bila sekret sudah berkurang atau hilang maka anoreksia tidak terjadi. Dampak bila kebutuhan nutrisi tidak ditegakkan menjadi diagnosa keperawatan maka dari resiko nutrisi kurang dari kebutuhan akan menjadi nutrisi kurang dari kebutuhan dan akan mengakibatkan masalah lain, Misal: intoleransi aktivitas.
b.         Kebutuhan istirahat dan tidur tidak ditegakkan karena dengan penanganan kebersihan jalan napas, pola napas kembali normal dan kebutuhan istirahat tidur takterjadi gangguan.
c.          Kebutuhan aktivitas tidak ditegakkan karena saat sakit klien tak terlalu banyak beraktivitas kalau hanya perawatan diri klien masih dapat melakukannya sendiri karena pola napas sudah kembali normal.