Sabtu, 05 November 2011

GIGITAN ULAR ( SNAKE BITE )

A. Pengertian
Gigitan ular merupakan suatu keadaan gawat darurat yang apabila tidak segera ditangani dapat menyebabkan kematian. Resiko infeksi gigitan lebih besar dari luka biasa karena toksik/ racun mengakibatkan infeksi yang lebih parah.
Tidak semua ular berbisa tetapi karena hidup pasien tergantung ketepatan diagnosa maka pada keadaan yang meragukan ambil sikap menganggap semua gigitan ular berbisa. Pada kasus gigitan ular 11 % kemungkinan meninggal karena racun ular bersifat hematotoksik, neurotoksik, dan hitaminik.

B. Etiologi
Vulnus morsum dapat disebabkan beberapa hal:
a. Luka karena gigitan manusia (human bite)
b. Luka karena gigitan ular (snake bite)
c. Luka karena gigitan seranga (insect bite)
d. Luka karena gigitan anjing atau kucing (pets bite)
e. Luka karena gigigtan binatang buas

C. Gejala dan tanda gigitan ular berbisa
• Bekas gigitan yang khas yaitu 2 luka tusuk dengan jarak tertentu disertai luka bekas gigitan gigi bawah yang lebih dangkal
• Daerah yang digigit dalam waktu 3-5 menit akan membengkak hebat dan terjadi ganggren.
• Darah yang dihancurkan menembus dinding pembuluh lalu berkumpul di jaringan sekitarnya (perdarahan lokal)
• Sakit yang hebat didaerah gigitan
Gejala lanjut yang mungkin terjadi adalah :
• Jantung berdenyut tak teratur, diikuti dengan kelemahan seluruh badan dan berakhir dengan syok
• Sakit kepala hebat, pusing, mengigau, pikiran terganggu sehingga tidak sadar
• Otot tidak terkoordinasi sehingga tidak dapat mengambil atau memindahkan benda kecil (lumpuh dan kejang)
• Terjadinya perdarahan dala usus dan ginjal, sehingga terjadi melena dan hematuria
• Sesak napas karena terjadi kelumpuhan pernapasan
• Mual, muntah, dan mencret

D. Patofisiologi
Seseorang yang terkena gigitan manusia ataupun hewan akan mengalami beberapa manisfestasi klinis. Beberapa mengalami kerusakan lapisan lender dan reaksi alergi. Pada reaksi alergi yang disebabkan oleh gigitan serangga terjadi pelepasan histamin yang dapat menyebabkan bronkospasme saluran nafas sehinga terjadi sesak nafas. Sedangkan pada luka gigitan yang terkoyak menyebabkan diskontiunitis jaringan. Jika luka terbuka dan kotor, resiko infeksi menjadi sangat memungkinkan.
Untuk luka - luka tertentu biasanya disertai nyeri dan rasa sakit atau sakit karena putusnya jaringan dan kemungkinan timbulnya tanda - tanda infeksi. Pada luka gigitan hewan berbisa atau beracun, atau beberapa efek yang mungkin terjadi, tergantung pada jenis hewan yang mengigit



E. Pathway

Vektor atau hewan
penggigit

Menggigit Manusia

Kerusakan/ diskuntinuitas sekresi protein atau racun kerusakan lapisan lendir
jaringan

pelapisan histamin poisoning
perlukaan/sinus saluran nafas bronkospasme

sist. Integumen sesak napas
luka terbuka

kontaminasi



perdarahan

lokal efek general efek sistemik efek

kebocoran vaskuler mual muntah koagulopati

syock hipovolemik intake kurang perdarahan susah
berhenti






F. Penatalaksanaan Medik
Tujuan pengobatan gigitan ular adalah memperlambat masuknya racun ke aliran darah, membuang toksin, menetralkan toksin yang sudah masuk, dan menjaga volume darah.
Sikap Waktu menghadapi Orang yang Digigit Ular
1. Baringkan klien dan usahakan ia tetap tenang. Anggota badan yang digigit ular jangan digerak - gerakkan.
2. Pasanglah tornikuet 5 – 10 cm roksimal dari tempat gigitan pada tungkai atau lengan. Tornikuet harus diikat erat - erat agar darah vena tidak dapat kembali ke jantung, tetapi darah arteri tetap dapat masuk ke daerah itu. Tekanan di pasang di antara tekanan sistole dan diastole. Tornikuet harus dilepaskan setiap 20 menit selama 30 detik, agar darah segar dapat masuk ke daerah itu.
3. Cuci luka gigitan dengan air dan sabun atau water steril tetapi jangan digosok -gosok. Buatlah sayatan silang tepat pada tempat masuk taring ular itu, panjang sayatan kira - kira 1 cm dan dalamnya 0.5 cm. Siramlah dengan water steril sambil menekan daerah sekitar luka dan siram dengan larutan perhidrol untuk untuk mengeluarkan bisa dan darah yang sudah terkontaminasi racun ular. Bila menemui penderita ditempat kejadian dapat segera menghisp darahnya dengan mulut.
4. Beri secepatnya Serum Anti Bisa Ular ( SABU ). Caranya, 5 ml Serum Anti Bisa Ular Polivalen disuntikkan subkutan di sekitar gigtan dan 15 ml intramuskuler.
5. Tutup luka dengan kasa untuk menghindari kontaminasi dari udara luar
G. Pengkajian
1. Identitas pasien
( nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, tempat tinggal )
2. Prinsip kegawatdaruratan
A. Kaji jalan napas pasien, pada beberapa binatang yang mensekresikan protein tinggi, seperti serangga berpotensi menimbulkan bronkospasme yang dapat membuat klien sesak napas.
B. Kaji pola napas, apakah ada perubahan pola napas akibat pasien mengalami nyeri yang sangat akibat gigitan tersebut. Kaji pula kecukupan oksigennya, awasi perubahan sirkulasi perifer.
C. Kaji penurunan sirkulasi akibat kemungkinan adanya perdarahan.
D. Kaji bagian tubuh yang mendapat gigitan dan seberapa besar potensi untuk mengalami disability
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
 Kapan terjadi gigitan
 Bagian tubuh mana yang tergigit
 Jenis binatang yang menggigit
 Tindakan apa saja yang telah di lakukan untuk pertolongan pertama
b. Riwayat kesehatan dahulu
 Apakah klien pernah mengalami luka gigitan sebelumnya
 Jika ada, kapan dan apa jenisnya serta pengobatanya
c. Riwayat kesehatan keluarga
 Apakah keluarga ada penyakit keturunan seperti DM,hipertensi
 Apakah ada riwatay alergi keturunan terhadap gigitan hewan tertentu
4. Pemeriksaan Fisik
a. Kaji jenis luka, luas dan keparahannya. Apakah terdapat perdarahan, luka robek,atau luka beracun
b. Untuk luka gigitan serangga ,kaji adanya bronskospasme, gatal - gatal, benjolan atau bintik - bintik pada kulit sekitar.tanyakan juga adanya reaksi alergi keturunan.
c. Untuk luka gigitan ular tentukan letak atau daerah gigitan dan efek yang di timbulkannya.
• Locak efek seperti bengkak, melepuh,perdarahan, memar sampai nekrosis jaringan. Yang harus diwaspadai adalah adanya kemungkinan syock hipovolemik sekunder yang diakibatkan oleh perpindahan cairan vaskuler ke jaringan akibat pengaruh bisa ular tersebut.
• General efek menghasilkan efek sistemik efek sistemik yang non-spesifik, seperti : nyeri kepala,mula,muntah,nyeri perut,diare,sampai pasien menjadi kolaps.
• Spesifik sistemik efek, dapat berupa perdarahan terus menerus,gangguan pernapasan, nyeri otot.
d. Untuk gigitan binatang buas seperti anjing,harimau,singa, dan hewan- hewan yang memiliki gigi taring serta berpotensi menjadi vector atau perantara bakteri perlu dikaji adanya tanda- tanda infeksi, rabies, atau tetanus.
5. Head to toe
 Kesadaran, keadaan umum,dan tanda- tanda vital ( TD, nadi,suhu,RR).
 Mata : ada tidaknya ikterik, anemis atau kemerahan
 Mulut : ada tidaknya tanda keracunan, mukosa kering,keluar busa.
 Leher: ada tidaknya kaku kuduk, pembesaran kelenjar thyroid.
 Dada :
Inspeksi : kesimetrisan , gerakan dada, ada tidaknya retraksi dada.
Palpasi : ada tidaknya nyeri tekan
Perkusi : ada tidaknya perubahan suara
Auskultasi : ada tidaknya suara tambahan
 Integument : kulit lembab atau kering, turgor kulit ( kaji tanda- tanda dehidrasi )
H. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan diskontinyuitas jaringan (trauma jaringan akibat gigitan atau koyakan)
2. Resiko tinggi infeksi menyeluruh berhubungan dengan proses penyebaran racun
3. Resiko defisit cairan dan elektrolit berhubungan dengan perdarahan perubahan sirkulasi sekunder koagulopaty.
I. INTERVENSI
1. Diagnosa 1 : gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan diskontinyuitas jaringan ( trauma jaringan akibat gigitan atau koyakan )
Intervensi :
 Kaji jenis luka dan efek yang timbul
 Kaji skala, frekuensi,likasi ( PQRST ).
P : yang menyebabkan nyeri bertambah atau berkurang
Q ; kualitas nyeri
R : region , lokasi dan peyebaran nyeri
T : waktu atau frekuensi nyeri.
 Lakukan penekanan untuk mencegah penyebaran bisa atau racun
 Jaga luka agar tetap bersih, bersihkan juga luka sangat kotor.
 Lakukan perawatan luka
 Anjurkan klien napas dalam dan relaksasi
 Kolaborasi pemberian analgesic sesui indikasi

2. Dx keperawatan : Resiko tinggi Infeksi menyeluruh berhubungan dengan proses penyebaran racun
Tujuan : Infeksi yang lebih parah tidak terjadi
Kriteria hasil : Tanda tanda infeksi tidak muncul, TTV dalam batas normal
Intervensi :
1. Pantau tanda tanda vital dan keadaan umum klien
R/ perubahab TTV dapat mengindikasikan terjadinya keracunan
2. Hindarkan kontak luka dengan asam, yodium, dan benda panas
R/ dapat mempercepat sirkulasi racun
Kolaborasi :
3. Berikan injeksi anastetik pada sekitar luka bukan pada luka
R/ menurunkan nyeri saat dilakukan insisi,injeksi pada luka dapat mempercepat jalanya racun
4. Kolaborasi untuk dilakukan insisi pada area gigitan
R/ untuk memperlebar luka sehingga memberikan kesempatan pada racun untuk keluar bila dilakukan pengisapan maupun setelah dilakukan injeksi anti bisa
5. Hisap luka dengan Breast pum / semprit atau hisapan mulut
R/ bisa ular tidak berbahaya bila tertelan
6. Berikan injeksi SABU (serum anti bisa ular) 2,5 cc pada area sekitar luka dan 2,5 cc pada intra muskular
R/ Injeksi pada area sekitar luka dimaksudkan untuk mengikat racun agar tidak menyebar, injeksi pada im dimaksudkan agar racun yang terlanjur tersebar pada aliran darah dapat segera diikat dan di ekskresikan melalui ginjal.
7. Untuk anak kecil berikan 2-3 x dari dosis orang dewasa
R/anak kecil luas permukaan tubuhnya lebih kecil sehingga racun mudah menyabar
8. Beri ATS 1500-3000 unit
R/ antisipasi masuknya bakteri saat terjadi gigitan
9. Anjurkan kontrol setelah tiga hari
R/ gigitan ular bisa kambuh setelah tiga hari gigitan
3.Diagnosa 3 : Resiko deficit cairan dan elektrolit berhubungan dengan perdarahan , perubahan sirkulasi sekunder koagulopaty.
Intervensi :
 Kaji perdarahan jika ada, antisipasi jika terjadi koagulopaty
 Awasi tanda- tanda kekurangan cairan ( dehidrasi )
 Monitor tanda- tanda vital ( tekanan darah, nadi, suhu, dan RR )
 Anjurkan pasien banyak minum air putih atau cairan elektrolit seperti air kelapa
 Kolaborasi pemasangan IV line, guyur
 Tingkatkan rehidrasi, pantau TTV dan tanda – tanda syock.
























DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansyoer Dkk. 2000. Kapita Selecta Kedokteran. Ed 2, Jakarta : Media Aesculapius
Doengoes, Marillyn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Ed 2 Jakarta : EGC
Oswari E. 2000. Bedah Dan Perawatannya. FKUI ; Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar