Selasa, 06 Desember 2011

EMBRIOLOGI, ANATOMI DAN FISIOLOGI TELINGA

EMBRIOLOGI, ANATOMI DAN
FISIOLOGI TELINGA

Embriologi, anatomi dan fisiologi adalah modal untuk memahatni fungsi, dan tentunya patologi dan pengobatan telinga. Mengaitkan ilmu-ilmu dasar dengan disiplin ini pada akhirnya adalah untuk lebih memahami penatalaksanaan penyakit telinga dan keseimbangan. Fungsi keseimbangan kita adalah lebih mendasar dan lebih penting daripada fungsi pendengaran. Suatu organisme dapat bertahan tanpa pendengaran, tapi tidak dapat bertahan tanpa keseimbangan dengan lingkungannya. Karena itu secara filogenetik, mekanisme keseimbangan sebagai bagian dari orientasi organisme terhadap lingkungan berkembang lebih dahulu dari pendengaran. Telinga mengandung bagian vestibulum dari keseimbangan, namun orientasi kita terhadap lingkungan juga ditentukan oleh kedua mata kita dan alat perasa pada tendon dalam. Jadi telinga adalah organ pendengaran dan keseimbangan.
Secara anatomi telinga dibagi menjadi tiga bagian telinga luar, tengah dan dalam. Telinga tengah dan luar berkembang dari alat brankial. Telinga dalam seluruhnya berasal dari plakoda otika. Dengan demikian suatu bagian dapat mengalami kelainan kongenital sementara bagian lain berkembang normal.

PERKEMBANGAN TELINGA
Telinga Luar
Liang telinga berasal dari celah brankial pertama ektoderm. Membran timpani mewakili membran penutup celah tersebut. Selama satu stadium perkembangannya, liang telinga akhirnya tertutup sama sekali oleh suatu sumbatan jaringan telinga tapi kemudian terbuka kembali, namun demikian kejadian ini mungkin merupakan suatu faktor penyebab dari beberapa kasus atresia atau stenosis bangun ini. Pinna (aurikula) berasal dari pinggir-pinggir celah brankial pertama dan arkus brankialis pertama dan kedua. Aurikula dipersarafi oleh cabang aurikulotemporalis dari saraf mandibularis serta saraf aurikularis mayor dan oksipitalis minor yang merupakan cabang pleksus servikalis.
Telinga Tengah
Rongga telinga tengah berasal dari celah brankial pertama endoderm. Rongga berisi udara ini meluas ke dalam resesus tubotimpanikus yang selanjutnya meluas di sekilar tulang-tulang dan saraf dari telinga tengah dan meluas kurang-lebih ke daerah niastoid. Osikula berasal dari tulang rawan arkus brankialis. Untuk mempermudah pemikiran ini inalcus dapat dianggap berasal dari rawan arkus brankialis perlaina (Kartilago Meckel), sedangkan inkus dan stapes dari rawan arkus brankialis kedua (Kartilago Reichert).Syaraf korda timpani berasal dari arkus kcdua (fasialis) menuju saraf pada arkus pertama (inandibularis-lingualis). Saraf timpanikus (dari Jacobson) berasal dari saraf arkus brankialis ketiga (glosofaringcus) menuju saraf fasialis. Kedua saraf ini terletak dalam rongga telinga tengah. Otot-otot telinga tengah berasal dari otot-otot arkus brankialis. Otot tensor timpani yang melekat pada malcus, berasal dari arkus pertama dan dipersarafi oleh saraf mandibularis (saraf kranial kelima). Otot stapedius berasal dari arkus kedua, dipersarafi oleh suatu cabang saraf ketujuh.

Telinga Dalam
Plakoda otika ektoderm terletak pada permukaan lateral dari kepala embrio. Plakoda ini kemudian tenggelam dan membentuk suatu lekukan olika dan akhirnya terkubur di bawah permukaan sebagai vesikel olika. Letak vesikel dekat dengan otak belakang yang scdang bcrkcmbang dan sekclompok neuron yang dikenal scbagai ganglion akustikofasialis. Ganglion ini penting dalam perkembangan dari saraf fasialis, akuslikus dan veslibularis. Vesikel auditorius membentuk suatu divestikulum yang terletak dekat terhadap tabung saraf yang sedang berkembang dan kelak akan menjadi duktus endolitnfatikus. Vesikel otika kemudian berkerut membentuk suatu utrikulus superior (alas) dan sakulus inferior (bawah). Dari utrikulus kemudian timbul tiga tonjolan mirip gelang. Lapisan membran yang jauh dari perifer gelang diserap, meninggalkan tiga kanalis semisirkularis pada perifer gelang. Sakulus kemudian membentuk duktus koklcaris berbentuk spiral. Secara filogenetik, organ-organ akhir khusus berasal dari neuromast yang tidak terlapisi yang berkembang dalam kanalis semisirkularis untuk membentuk krista, dalam utrikulus dan sakulus untuk membentuk makula, dan dalam koklea untuk membentuk organ Corti. Organ-organ akhir ini kemudian berhubungan dengan neuron-neuron ganglion akustikofasialis. Neuron-neuron inilah yang membentuk ganglia saraf vestibularis dan ganglia spiralis dari saraf koklearis.
Mesenkim di sekitar ganglion otikum memadat untuk membentuk suatu kapsul rawan di sekitar turunan membranosa dari vesikel otika. Kapsul rawan ini diserap pada daerah-daerah tertentu di sekitar apa yang sekarang dikenal sebagai labirin membranosa, menyisakan suatu rongga yang berhubungan dengan rongga yang terisi LCS melalui akuaduktus koklearis, dan membentuk rongga perilinifalik labirin tulang. Labirin membranosa berisi endolimfe. Tulang yang berasal dari kapsula rawan vesike otika adalah jenis tulang khusus yang dikenal sebagai tulang endokondral.

Tulang Temporal
Tulang temporal yang membungkus telinga berasal dari empat bagian terpisah. Bagian liang telinga yang bertulang berasal dari cincin timpani. Prosesus stiloideus berasal dari rawan brankial kedua. Pars skuamosa berkembang dalam rawan, sedangkan pars petrosa berasal dari kapsula kartilaginosa vesikel otika. Terdapat garis-garis sutura di antara bagian-bagian ini yang dapat terlihat pada tulang temporal. Prosesus mastoidcus (seperti payudara) belum terbentuk pada saat lahir dan ini berarti saraf fasialis bayi terletak sangat superfisial. Turunan resesus tubotimpanikus yang terisi udara meluas dari telinga tengah melalui aditus sampai di antrum, yaitu daerah yang terisi udara dalam tulang mastoid. Namun demikian seberapa jauh perluasan pneumatisasi pada bagian prosesus mastoideus yang tersisa sangatlah bervariasi. Sebagian tulang amat buruk pneumatisasinya atau menjadi sklerotik, lainnya dengan pneumatisasi sedang atau diploik, tapi tulang mastoid, Sebagian besar tulang petrosa dan bahkan tulang skuamous temporal umumnya dapat terisi oleh sel-sel udara.


ANATOMI TELINGA
Telinga luar atau pinna (aurikula = daun telinga) merupakan gabungan dari rawan yang diliputi kulit. Bentuk rawan ini unik dan dalam merawat trauma telinga luar, bams diusahakan untuk mempertahankan bangunan ini. Kulit dapat terlepas dari rawan di bawahnya oleh hematom atau pus, dan rawan yang nekrosis dapat menimbulkan deformitas kosmetik pada pinna (telinga kembang kol).
Liang telinga memiliki tulang rawan pada bagian lateral namun bertulang di sebelah mediaj, Seringkali ada penyempitan liang telinga pada perbatasan tulang dan rawan ini. Sendi temporoman dibularis dan kelenjar parotis terletak di depan terhadap liang telinga sementara prosesus mastoideus terletak di belakangnya. Saraf fasialis meninggalkan foramen stilomastoideus dan berjalan ke lateral menuju prosesus stiloideus di posteroinferior liang telinga, dan kemudian berjalan di bawah liang telinga untuk memasuki kelenjar parotis. Rawan liang telinga merupakan salah satu patokan pembedahan yang digunakan untuk mencari saraf fasialis patokan lainnya adalah sutura timpanomastoideus.

Membrana Timpani
Membrana timpani atau gendang telinga adalah suatu bangunan berbentuk kerucut dengan puncaknya, unibo, mengarah ke medial. Membrana timpani umumnya bulat. Penting untuk disadari bahwa bagian dari rongga telinga tengah yaitu epitimpanum yang mengandung korpus maleus dan inkus, meluas melampaui batas atas membrana timpani, dan bahwa ada bagian hipotimpanum yang meluas melampaui batas bawah membrana timpani. Membrana timpani tersusun oleh suatu lapisan epidermis di bagian luar, lapisan fibrosa di bagian tengah di mana tangkai maleus dilekatkan, dan lapisan mukosa bagian dalam. Lapisan fibrosa tidak terdapat di atas prosesus lateralis maleus dan ini menyebabkan bagian membrana timpani yang disebut membrana Shrapnell menjadi lemas (flaksid).



Telinga Tengah
Telinga tengah yang terisi udara dapat dibayangkan sebagai suatu kotak dengan enam sisi. Dinding posteriornya lebih luas daripada dinding anterior sehingga kotak tersebut berbentuk baji. Promon-torium pada dinding medial meluas ke lateral ke arah umbo dari membrana timpani sehingga kotak tersebut lebih sempit pada bagian tengah.
Dinding superior telinga tengah berbatasan dengan lantai fosa krani media. Pada bagian atas dinding posterior terdapat aditus antrum tulang mastoid dan di bawahnya adalah saraf fasialis. Otot stapedius timbul pada daerah saraf fasialis dan tendonnya menembus melalui suatu piramid tulang menuju ke leher stapes. Saraf korda timpani timbul dari saraf fasialis di bawah stapedius dan berjalan ke lateral depan menuju inkus tetapi di medial maleus, untuk keluar dari telinga tengah lewat sutura petrotimpanika. Korda timpani kemudian bergabung dengan saraf lingualis dan menghantarkan serabut-serabut sekretomotorik ke ganglion submandibularis dan serabut-serabut pengecap dari dua pertiga anterior lidah.
Dasar telinga tengah adalah atap bulbus jugularis yang di sebelah superolateral menjadi sinus sig-modeus dan lebih ke tengah menjadi sinus transversus. Keduanya adalah aliran vena utama rongga tengkorak. Cabang aurikularis saraf vagus masuk ke telinga tengah dari dasarnya. Bagian bawah dinding anterior adalah kanalis karotikus. Di atas kanalis ini, muara tuba eustakius dan otot tensor timpani yang menempati daerah superior tuba kemudian membalik, melingkari prosesus kokleariformis dan berinsersi pada leher maleus.
Dinding lateral dari telinga tengah adalah dinding tulang epitimpanum di bagian atas, membrana timpani, dan dinding tulang hipotimpanum di bagian bawah.
Bangunan yang paling menonjol pada dinding medial adalah promontorium yang menutup lingkaran koklea yang pertama. Saraf timpanikus berjalan melintas promontorium ini. Fenestra rotundum terletak di posteroinferior dari promontorium, sedangkan kaki stapes terletak pada fenestra ovalis pada batas posterosuperior promontorium. Kanalis falopi berulang yang dilalui saraf fasialis terletak di atas fenestra ovalis mulai dari prosesus kokleariformis di anterior hingga piramid stapedius di posterior.
Rongga mastoid berbentuk seperti piramid bersisi tiga dengan puncak mengarah ke kaudal. Atap mastoid adalah fosa krani media. Dinding medial adalah dinding lateral fosa krani posterior. Sinus sigmoideus terletak di bawah dura mater pada daerah ini. Pada dinding anterior mastoid terdapat aditus ad antruin. Tonjolan kanalis semisirkularis lateralis menonjol ke dalam antrum. Di bawah ke dua patokan ini berjalan saraf fasialis dalam kanalis tulangnya untuk keluar dari tulang temporal melalui foramen stilomastoideus di ujung anterior krista yang dibentuk oleh insersio otot digastrikus. Dinding lateral mastoid adalah tulang subkutan yang dengan mudah dapat dipalpasi di posterior aurikula.

Tuba Eustakius
Tuba custakius mcnghubungkan rongga telinga tengah dengan nasofaring. Bagian lateral tuba eustakius adalah yang bertulang sementara dua pertiga bagian medial bersifat kartilaginosa. Origo otot tensor timpani terletak di sebelah atas bagian bertulang sementara kanalis karotikus terlclak di bagian bawahnya. Bagian bertulang rawan berjalan melintasi dasar tengkorak untuk masuk ke faring di atas otot konstriktor superior. Bagian ini biasanya tertutup tapi dapat dibuka melalui kontraksi otot levator palatinum dan tensor palatinum yang masing-masing disarafi pleksus faringealis dan saraf mandibularis. Tuba eustakius berfungsi untuk menyeimbangkan tekanan udara pada kedua sisi membran timpani.

Telinga Dalam
Bentuk telinga dalam sedemikian kompleksnya sehingga disebut sebagai labirin. Derivat vesikel otika membentuk suatu rongga tertutup yaitu labirin membran yang terisi endolimfe, satu-satunya cairan ekstrasclular dalam tubuh yang tinggi kalium dan rendah natrium. Labirin membran dikelilingi oleh cairan perilimfe (tinggi natrium, rendah kalium) yang terdapat dalam kapsula otika. Labirin tulang dan membran memiliki bagian vestibular dan bagian koklear. Bagian vestibularis (pa superior) berhubungan dengan keseimbangan, sementara bagian koklearis (pars inferior) merupakan organ pendengaran kita.
Koklea melingkar seperti rumah siput dengan dua dan satu-setengah putaran. Aksis dari spiral tersebut dikenal sebagai modiolus, berisi berkas saraf dan suplai arteri dari arteri vertebral. Serabut saraf kemudian berjalan menerobos suatu lamina tulang yaitu lamina spiralis oseus untuk mencapai sel-sel sensorik organ Corti. Rongga koklea bertulang dibagi menjadi tiga bagian oleh duktus koklearis yang panjangnya 35 mm dan berisi endolimfe. Bagian atas adalah skala vestibu berisi perilimfe dan dipisahkan dari duktus koklearis oleh membrana Reissner yang tipis. Bagian bawah adalah skala timpani juga mengandung perilimfe dan dipisahkan dari duktus koklearis oeh lamina spiralis oseus dan membrana basilaris. Perilimfe pada kedua skala berhubungan pada apeks koklea spiralis tepat setelah ujung buntu duktus koklearis melalui suatu celah yang dikenal sebagai helikotrema. Membrana basilaris scmpit pada basisnya (nada tinggi) dan melebar pada apeks (nada rendah).
Terletak di atas membrana basilaris dari basis ke apcks adalah organ Corti, yang mcngandung organel-organel penting untuk mekanisme saraf perifer pendengaran. Organ Corti terdiri dari satu baris sel rambut dalam (3.000) dan tiga baris sel rambut luar (12.000). Sel-sel ini menggantung lewat lubang-lubang lengan horisontal dari suatu jungkat-jangkit yang dibentuk oleh sel-sel penyokong. Ujung saraf aferen dan aferen menempel pada ujung bawah sel rambut. Pada permukaan sel-sel rambut terdapat stereosilia yang melekat pada suatu selubung di atasnya yang cenderung datar, bersifat gelatinosa dan asclular, dikenal sebagai membrana tektoria. Membrana tektoria disekresi dan disokong oleh suatu panggung yang terlelak di medial disebut sebagai limbus.
Bagian vestibulum telinga dalam dibentuk oleh sakulus, utrikulus dan kanalis scmisirkularis. Utri-kulus dan sakulus mengandung makula yang diliputi oleh sel-sel rambut. Menutupi sel-sel rambut ini adalah sualu lapisan gelatinosa yang ditembus oleh silia, dan pada lapisan ini terdapat pula otolit yang mengandung kalsium dan dengan berat jenis yang lebih besar daripada endolimfe. Karena pengaruh gravitasi, maka gaya dari otolil akan membengkokkan silia sel-sel rambut dan menimbulkan rangsangan pada reseptor.
Sakulus berhubungan dengan ulrikulus melalui suatu duktus senipit yang juga merupakan saluran menuju sakus endolimfatikus. Makula utrikulus terletak pada bidang yang tegak lurus terhadap makula sakulus. Ketiga kanalis semisirkularis bermuara pada utrikulus. Masing-masing kanalis mempunyai suatu ujung yang melebar membentuk ampula dan mengandung sel-sel rambut krista. Sel-sel rambut menonjol pada suatu kupula gelatinosa. Gerakan endolimfe dalam kanalis semisirkularis akan menggerakkan kupula yang selanjutnya akan membengkokkan silia sel-sel rambut krista dan merangsang sel reseptor.

FUNGSI TELINGA
Sampai tingkat tertentu pinna adalah suatu "pengumpul" suara, sementara liang telinga karena bentuk dan dimensinya, dapat sangat memperbesar suara dalam rentang 2 sampai 4 kHz; perbesaran pada frekuensi ini adalah sampai 10 hingga 15 dB. Maka suara dalam rentang frekuensi ini adalah yang paling bcrbahaya jika ditinjau dari sudut trauma akustik. 
Pada telinga tengah tcrdapal inalcus, inkus dan stapes. Tangkai dari maleus terletak dalam membran timpani, scdangkan otot tensor timpani berinscrsi pada Icher maleus. Kaput maleus bersendi dengan permukaan anterior korpus inkus dalam epilimpanum. Inkus memiliki prosesus brevis yang menonjol ke belakang dan prosesus longus yang berjalan ke bawah untuk bersendi dengan kaput stapes.
Sumbu rotasi maleus dan inkus yang alami adalah sepanjang garis yang ditarik dari prosesus brevis inkus hingga daerah leher maleus. Stapes adalah tulang yang berbentuk sanggurdi. Kontraksi otot stapcdius dapat diukur dengan audiomelri hambatan (impedance audiometry), dan teknik ini merupakan alat bantu klinis yang penting. Telinga tengah adalah suatu alat penghilang-hambatan antara udara (lingkungan kita) dan cairan (telinga dalam). Ketika gelombang suara yang dihantarkan udara mencapai cairan, maka 99,9% energinya akan dipantulkan. Jadi hanya 0,1% energi yang diteruskan (kehilangan sekitar30 dB). Telinga tengah dapat mengkompensasi kehilangan tersebut terutama karena luas membrana timpani 17 kali Iebih besar dari luas basis stapes. Rangkaian osikula ikut pula berperan sebesar 1,2/1. Dengan demikian, telinga tengah tidak penting pada makhluk-makhluk air.
Getaran suara dihantarkan lewat liang telinga dan telinga tengah ke telinga dalam melalui stapes, menimbulkan suatu gelombang berjalan di sepanjang membrana basilaris dan organ Cortinya. Puncak gelombang berjalan di sepanjang membrana basilaris yang panjangnya 35 mm tersebut, ditentukan oleh frekuensi gelombang suara. Hal ini berakibat membengkoknya stereosilia oleh kerja pemberat membrana tektoria, dengan demikian menimbulkan depolarisasi sel rambut dan menciptakan potensial pada serabut-serabut saraf pendengaran yang inclekal padanya. Di sinilah gelombang suara mekanis diubah menjadi energi elektrokimia agar dapat ditransmisikan melalui saraf kranialis ke-8. Paling tidak sebagian analisis frekuensi telah terjadi pada lingkar organ Corli. Peristiwa listrik pada organ Corti dapat diukur dan dikenal sebagai mikrofonik koklearis. Peristiwa listrik yang berlangsung dalam neuron juga dapat diukur dan disebut sebagai potensial aksi.
Ligamentum spiralis lerlctak di lateral dinding lulang dari duktus koklearis. Merupakan jangkar lateral dari membrana basilaris dan mengandung stria vaskularis, satu-satunya lapisan epitel bervas-kularisasi dalam tubuh. Dua dari tiga jenis sel pada stria vaskularis kaya mitokondria dan memiliki luas permukaan yang sangat besar dibandingkan dengan volume sel. Maka stria merupakan suatu sistem transpor cairan dan elektrolit yang dirancang secara unik. Diduga memainkan peranan penting dalam pemeliharaan komposisi elektrolit cairan endolimfe (tinggi kalium, rendah natrium) dan sebagai baterei kedua untuk organ Corti. Juga merupakan sumber potensi arus searah (80 milivolt) dari skala media. Darah merupakan sumber nutrisi utama untuk sel-sel tubuh dan alirannya menimbulkan suara bising, stria vaskularis merupakan suatu adaptasi yang unik di mana dapat menyuplai organ Corti dari jarak terentu, dengan demikian memperbaiki rasio sinyal-bising pada organ Corti.
Terdapat sekitar 30.000 neuron aferen yang mensarafi 15.000 sel rambut pada tiap koklea. Masing-masing sel rambut dalam disarafi oleh banyak neuron. Hanya persentase kecil (sekitar 10 persen) neuron aferen yang niensarafi sel rambut luar, akan tctapi terdapat pcrcabangan-percabangan sedemikian rupa sehingga tiap neuron aferen berasal dari banyak sel rambut luar dan liap scl rambut luar dipersarafi oleh banyak neuron aferen.
Juga ada sekitar 500 scrabut saraf efcrcn yang mencapai tiap koklea. Serabut-serabut ini bercabang-cabang pula secara ekstensif sehingga tiap sel rambut luar memiliki banyak ujung saraf eferen. Ujung-ujung saraf eferen dari sel rambut luar tidak seluruhnya berasal dari satu serabut saraf eferen.
Serabut-serabut saraf koklearis berjalan menuju inti koklearis dorsalis dan ventralis. Sebagian besar serabut dari inti melintasi garis tengah dan berjalan naik menuju kolikulus inferior kontralateral, namun sebagian serabut telah berjalan ipsilateral. Penyilangan selanjutnya terjadi pada inti lemniskus lateralis dan kolikulus inferior. Dari kolikulus inferior, jaras pendengaran berlanjut ke korpus genikulatum dan kemudian ke korleks pendengaran pada lobus temporalis. Karena seringnya penyilangan serabut-serabut saraf tersebut, maka lesi sentral jaras pendengaran hampir tidak pernah menyebabkan ketulian unilateral.
Serabut-serabut saraf vestibularis berjalan menuju salah satu dari keempat inti vestibularis, dan dari sana disebarkan secara luas dengan jaras-jaras menuju medula spinalis, serebelum dan bagian-bagian susunan saraf pusat lainnya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar