Senin, 21 November 2011

DEFORMITAS PADA WAJAH


DEFORMITAS PADA WAJAH *)

Bayi yang lahir dengan kelainan pada bentuk wajah dapat mengubah suasana kelahiran dari suatu peristiwa yang penuh suka cita menjadi suasana yang kaku menegangkan. Kelainan bentuk wajah yang paling umum, labioskisis (bibir sumbing) dan palatoskisis (langit-langit sumbing), terjadi baik secara tunggal ataupun kombinasi keduanya. Labioskisis terjadi kira-kira 1:1000 kelahiran hidup dan lebih banyak pada bayi laki-laki. Palatoskisis terjadi kira-kira 1:25.000, lebih sering pada wanita. Penyebabnya tidak diketahui secara pasti, tampaknya faktor genetik berpengaruh tetapi kadang-kadang terjadi dalam kasus tertentu tidak ditemukan adanya riwayat genetik.

LABIOSKISIS DAN PALATOSKISIS

Orang tua dan keluarga tentu saja sangat ingin melihat dan menimang bayi baru lahir mereka dan harus dipersiapkan dari kekagetan saat melihat kelainan dari bentuk bibir bayinya. Reaksi emosional mereka terhadap kelainan yang demikian nyata biasanya lebih berat dibanding dengan kelainan yang tersembunyi seperti penyakit jantung kongenital. Mereka membutuhkan dorongan semangat dan dukungan seperti instruksi yang jelas tentang bagaimana cara pemberian makanan dan perawatan bayinya. Bayi yang lahir dengan palatoskisis (tanpa disertai labioskisis) tidak menampakkan kelainan penampilan eksternal yang dapat membuat orangtuanya mengalami distres tetapi masalah yang ditimbulkannya lebih serius.
Walaupun labioskisis dan palatoskisis dapat timbul bersama-sama, salah satu kelainan dapat juga timbul sendiri. Pada fase perkembangan embrio, palatum menutup lebih lambat daripada bibir dan kelainan proses penutupannya terjadi oleh sebab yang berbeda.
Labioskisis dan palatoskisis berhubungan dengan kelainan proses penyatuan maksila dan premaksila selama minggu kelima sampai minggu kedelapan kehidupan dalam rahim. Bibir mungkin mengalami takik sederhana yang tampak seperti garis merah tua atau mungkin meluas ke dalam dasar rongga hidung (Gambar 1). Kelainannya mungkin unilateral  (one side of the lift; sesisi) atau bilateral (both sides; dwisisi). Palatoskisis, terjadi pada waktu antara minggu ketujuh dan keduabelas kehamilan, seringkali disertai kelainan bentuk hidung dan kelainan pada sistem geligi misalnya susunan gigi yang buruk, kekurangan atau kelebihan jumlah gigi.
Ketika janin berusia sekitar 8 minggu, atap rongga mulut masih belum menutup; jaringan yang bakal menjadi palatum tersusun dari dua jaringan yang berjalan dari depan ke belakang rongga mulut dan mengarah vertikal ke bawah pada kedua sisi lidah. Susunan tersebut selanjutnya tumbuh dari posisi vertikal ke posisi mendatar, kedua tepi atasnya bertemu dan bersatu pada garis pertengahan. Kemudian, terbentuk tulang di antara kedua jaringan ini yang kemudian membentuk palatum keras.
Normalnya, palatum sudah utuh pada minggu ke-10 usia janin. Tepatnya, apa yang terjadi  pada kelaianan akhir penutupan ini tidak diketahui dengan pasti. Hal ini secara relatif lebih umum terjadi dalam suatu kelompok masyarakat tertentu daripada populasi pada umumnya dan pada beberapa kejadian menunjukkan bahwa faktor lingkungan dan herediter berperan dalam kelainan ini.










Gambar 1.    A. Seorang bayi usia 2 minggu dengan labioskisis unilateral.
                     B. Bayi yang bersangkutan pada usia 14 bulan, memperlihatkan hasil pembedahan.

Manifestasi Klinis dan Diagnosis
Penampilan fisik bayi menguatkan diagnosis labioskisis. Diagnosis palatoskisis ditentukan melalui pemeriksaan tertutup terhadap langit-langit bayi. Untuk memastikan agar palatoskisis tidak terabaikan, pemeriksa harus memasukkan sebuah jari (yang terbungkus sarung tangan) ke dalam rongga mulut bayi baru lahir, meraba langit-langit dan memastikan bahwa langit-langitnya utuh. Bila ditemukan palatoskisis, siapkan konsultasi dengan spesilis klinik dalam bidang bedah pemulihan palatoskisis.  

Penatalaksanaan
Pembedahan, bedah plastik biasanya merupakan upaya pertolongan yang utama pada labioskisis, palatoskisis atau keduanya. Perawatan total melibatkan banyak spesialis, termasuk spesialis anak, perawat, ortodentis, prostodentis, spesialis THT, spesialis terapi wicara dan kadang-kadang psikiater. Pada jangka panjang, secara intensif perawatan multidisipliner dibutuhkan untuk bayi dengan kelainan yang lebih parah.
Para ahli bedah plastik berbeda pandangan dalam hal waktu terbaik untuk memulihkan labioskisis. Beberapa ahli memilih reparasi dini, sebelum bayi meninggalkan rumah sakit, mereka meyakini bahwa hal ini dapat meringankan perasaan penolakan keluarga terhadap bayi tersebut. Ahli yang lain lebih suka menunggu sampai bayi berusia 1 atau 2 bulan, berat badan kira-kira 10 lb ( … kg) dan mencapai berat badan yang stabil. Bayi yang dilahirkan bukan di rumah sakit besar yang mempunyai cukup dokter spesialis, setelah meninggalkan rumah sakit tempat kelahirannya seyogyanya dirujuk ke rumah sakit pusat atau dokter spesialis dalam bidang pemulihan labio dan palatoskisis.
Bila pembedahan dini dipertimbangkan, bayi harus cukup sehat dan mempunyai berat badan rata-rata atau di atas rata-rata. Bayi harus diobservasi secara konstan karena bayi baru lahir mempunyai kesulitan yang lebih banyak dalam hal kelebihan mukus daripada bayi yang lebih tua. Bayi ini harus ditangani oleh ahli bedah plastik yang kompeten dan perawat yang berpengalaman.
Tujuan pemulihan palatoskisis adalah memberikan kepada anak palatum yang utuh di samping kemampuan wicara yang dapat dipahami dan menyenangkan serta mencegah cedera pada pertumbuhan maksila. Saat yang tepat untuk reparasinya bersifat individual, sesuai dengan ukuran, tempat dan derajat kelainan. Ahli bedah mungkin perlu mengerjakannya secara bertahap dalam beberapa tahun untuk memperoleh hasil terbaik. Jangka waktu yang optimal untuk melakukan bedah plastik dalam pemulihan palatoskisis dipertimbangkan antara 6 bulan sampai 5 tahun usia anak. Karena anak tidak bisa membuat bunyi ujaran yang tepat pada saat mulai berbicara,  tidak diinginkan kebiasaan bicara terbentuk yang akan sulit diperbaiki. Jika pembedahan harus ditunda sampai usia lebih dari 3 tahun, bicara dengan memanfaatkan susunan geligi mungkin membantu anak mengembangkan percakapan yang dapat dipahami.


PROSES KEPERAWATAN
PADA BAYI DENGAN LABIOSKISIS DAN PALATOSKISIS


PENGKAJIAN

Satu hal yang menjadi perhatian utama dalam asuhan keperawatan bayi yang menderita labioskisis dengan atau tanpa disertai palatoskisis adalah penanganan terhadap masalah emosional keluarga bayi. Pengkajian terhadap bayi harus meliputi eksplorasi sikap penerimaan keluarga terhadap bayi. Terapkan teknik mendengarkan secara aktif dengan tanggapan reflektif, terima respon emosional keluarga dan tunjukkan sikap menerima bayi secara utuh.
Keluarga pemberi asuhan yang kembali ke rumah sakit dengan bayi untuk mulai menjalani bedah pemulihan palatoskisis telah berpengalaman dalam hal pemberian makanan kepada bayi mereka. Lakukan wawancara yang sistematis dengan pemberi asuhan yang isinya meliputi metode yang telah mereka temukan lebih efektif dalam pemberian makanan kepada bayi tersebut.
Pemeriksaan fisik bayi meliputi suhu badan, denyut nadi apikal dan pernapasan. Dengarkan bunyi napas untuk mendeteksi adanya kongesti paru. Periksa turgor dan warna kulit, catat  berbagai penyimpangan dari keadaan normal. Juga,  lakukan pemeriksaan neurologis, catat kelainan dan penurunan respon yang ada. Dokumentasikan hasil pengkajian dan uraikan secara lengkap kelainan sumbing  yang ada.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Penyusunan diagnosa keperawatan tergantung pada penentuan waktu pembedahan. Jika bayi meninggalkan rumah sakit sebelum pembedahan, diagnosa keperawatan diarahkan kepada perawatan gangguan emosional keluarga dan pemberian makanan pada bayi. Bila pada bayi baru lahir dilakukan bedah pemulihan bibir sebelum meninggalkan rumah sakit, diagnosa keperawatan harus juga meliputi aspek pra bedah. Diagnosa keperawatan didasarkan pada dan merupakan bagian dari rencana pembedahan.
Diagnosa keperawatan pada bayi baru lahir tersebut meliputi:
1.       Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan mengisap sekunder terhadap labioskisis.
2.       Risiko perubahan hubungan orang tua dan bayi berhubungan dengan kemungkinan cacat fisik bayi.
3.       Kecemasan kelurga pemberi asuhan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang pembedahan.
Beberapa diagnosa keperawatan pra dan pasca bedah yang dianjurkan pada bayi yang menjalani bedah pemulihan adalah:
1.       Risiko aspirasi berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran pasca bedah.
2.       Pernapasan tidak efektif berhubungan dengan perubahan anatomis.
3.       Risiko defisit volume cairan berhubungan dengan  status pembatasan asupan  per oral pasca bedah.
4.       Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan pemberian makanan pasca bedah.
5.       Risiko terhadap cedera pada luka bedah berhubungan dengan keinginan bayi mengisap ibu jari, jari-jari dan perubahan anatomis.
6.       Risiko perubahan membran mukosa mulut berhubungan dengan luka bedah.
7.       Risiko terhadap infeksi berhubungan dengan periode pasca bedah.
8.       Nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan.
9.       Risiko terhadap perubahan tumbuh kembang berhubungan dengan hospitalisasi dan pembedahan.
10.   Perilaku mencari bantuan kesehatan berhubungan dengan aspek jangka panjang dari palatoskisis.

IDENTIFIKASI HASIL DAN PERENCANAAN PERAWATAN
PRA BEDAH
Perumusan tujuan dan perencanaan harus dimodifikasi untuk disesuaikan dengan rencana pembedahan. Jika bayi meninggalkan rumah sakit tempat kelahirannya untuk rencana pembedahan satu atau dua bulan kemudian, keperawatan difokuskan untuk mempersiapkan keluarga dalam perawatan bayi di rumah dan membantunya untuk mengatasi masalah emosional mereka. Tujuan utama asuhan keperawatan meliputi mempertahankan nutrisi yang adekuat, meningkatkan hubungan orang tua-bayi, mengurangi penolakan orang tua dan kecemasan terhadap kelainan fisik bayi dan mempersiapkan tindakan pemulihan labioskisis dan atau palatoskisis kelak.

IMPLEMENTASI


Mempertahankan nutrisi yang adekuat:
Status nutrisi bayi merupakan hal penting dalam perencanaan pembedahan karena bayi harus dalam kondisi yang baik sebelum tindakan pembedahan  dapat dijadualkan. Pemberian makanan pada bayi dengan labioskisis sebelum menjalani bedah pemulihan merupakan kegiatan yang penuh tantangan. Prosedur tersebut mungkin memakan waktu dan menjemukan. Kemampuan bayi untuk mengisap tidak adekuat, membuat pemberian makanan menjadi sulit. Pemberian ASI mungkin dapat berhasil karena buah dada ibu dapat menutup celah pada bibir bayi. Jika bayi tidak dapat diberi ASI, ASI mungkin tidak lancar, dapat digunakan susu formula hingga setelah bedah pemulihan menyembuhkan kelainan yang ada. Gunakan beraneka-ragam puting buatan yang mungkin dapat dicoba untuk menemukan metode kerja yang paling baik. Sebuah dot lembut memudahkan aliran susu atau susu formula dapat digunakan dengan baik. Pengunaan dot Lamb yang cukup panjang sehingga dapat menutupi celah pada langit-langit dianjurkan khusus pada palatoskisis. Satu contoh metode yang sederhana dan lebih efektif adalah menggunakan penetes mata atau sebuah tabung spuit yang bersih dengan sebuah balon penetes pada ujung atasnya. Penetes dan spuit digunakan secara hati-hati untuk meneteskan formula ke dalam mulut bayi dengan tetesan yang cukup pelan untuk memungkinkan bayi dapat menelan. Perawat dan keluarga pemberi asuhan dalam pemberian makanan harus waspada terhadap timbulnya tanda-tanda aspirasi.
Apapun metode pemberian makanan yang digunakan, pengalaman tersebut mungkin membuat frustrasi kedua pihak, pemberi makanan dan si bayi. Berikan kesempatan keluarga pemberi asuhan untuk mempraktikkan teknik pemberian makanan di bawah supervisi perawat. Selama proses pembelajaran, berikan kesempatan yang luas bagi mereka untuk menyampaikan pertanyaan hingga mereka merasa mampu merawat bayi tersebut (Lihat Petunjuk Pembelajaran Keluarga untuk Kasus Labio/Palatoskisis).

Petunjuk Pembelajaran

Keluarga Bayi dengan Labio/Palatoskisis


1.      Kemampuan mengisap adalah hal yang penting dalam perkembangan kemampuan wicara.
2.      Rawat bayi dengan tulus melalui bantuan pemberian makanan untuk mencegah lemas karena kelaparan.
3.      Sendawakan bayi secara teratur, karena adanya banyak udara yang tertelan selama pemberian makanan.
4.      Jangan melelahkan bayi. Batas lamanya waktu setiap kali pemberian makanan maksimal 20-30 menit.
5.      Berikan makanan dengan mengalirkannya secara pelan dari arah sisi sendok kecil.

6.      Jangan takut bila makanan mengalir masuk ke dalam celah dan keluar melalui hidung.
7.      Lakukan pemeriksaan pendengaran setiap kali bayi mengalami pilek atau infeksi saluran pernapasan bagian atas.
8.      Bicara secara normal kepada bayi (bukan dengan bahasa bayi). Bicara banyak, ulangi celoteh bayi. Hal ini membantu perkembangan kemampuan wicara.
9.      Coba memahami dengan cepat apa yang diucapkan bayi tanpa mencoba mengoreksinya.
10.  Perawatan mulut adalah sesuatu yang mutlak dilakukan.
11.  Perawatan gigi secara dini adalah hal yang mendasar untuk mengamati pertumbuhan gigi dan mencegah karies. .

Meningkatkan koping keluarga:
Dorong keluarga untuk mengutarakan perasaan mereka tentang kecacatan bayi dan kekecewaan mereka. Beritahukan kepada keluarga bahwa perasaan mereka bisa dimaklumi dan merupakan sesuatu yang wajar. Sambil merawat bayi, tunjukkan perilaku yang secara nyata menunjukkan sikap menerima bayi. Jadilah seorang model untuk menunjukkan bagaimana memperlakukan anak kepada keluarga pemberi asuhan.

Mengurangi kecemasan keluarga:
Berikan informasi tentang pembedahan pemulihan kepada keluarga. Pamflet dapat berguna untuk menunjukkan gambar-gambar sebelum dan sesudah kelainan dikoreksi yang dapat menjawab beberapa pertanyaan mereka. Dorong mereka untuk bertanya dan berikan jaminan bahwa setiap pertanyaannya adalah tepat. Dengan demikian, pada saat bayi secara nyata diizinkan menjalani bedah pemulihan, keluarga telah menerima sedikit informasi, tetapi semua keluarga membutuhkan tambahan dukungan informasi tentang seluruh prosedur. Jelaskan kebiasaan yang rutin dilakukan dalam keperawatan sebelum, selama dan sesudah pembedahan. Menuliskan informasi akan berguna untuk memastikan orang tua memahami informasi yang diberikan. Contoh sederhana yang penting adalah: memperlihatkan kepada mereka tempat dimana mereka bisa menunggu selama pembedahan, informasikan berapa lama pembedahan mesti berlangsung, sampai-kan tentang prosedur kerja unit perawatan pasca anestesi dan kemudian beritahukan tempat dimana ahli bedah akan menunggu untuk menemui mereka dan melaporkan hasil pembedahan.

IDENTIFIKASI HASIL DAN PERENCANAAN KEPERAWATAN

PASCA BEDAH


Tujuan utama asuhak keperawatan pasca bedah pemulihan labioskisis dan palatoskisis meliputi: mencegah infeksi, mencegah aspirasi, memperbaiki pernapasan, mencegah cedera pada luka bedah, mengurangi nyeri dan meningkatkan pengetahuan keluarga pemberi asuhan tentang perawatan jangka panjang anak.

IMPLEMENTASI


Mencegah aspirasi:
Untuk memudahkan drainase mukus dan sekresi, posisikan bayi dalam posisi miring ke samping pada pasca bedah labioskisis dan miring ke samping atau telungkup pada pasca bedah palatoskisis. Amati bayi secara teliti selama masa intensif pasca bedah. Jangan menaruh apapun dalam mulut bayi untuk membersihkan mukus  karena akibatnya dapat berbahaya terhadap luka bedah terutama pada pasca bedah palatoskisis.

Mengubah cara bernapas:
Segera setelah bedah pemulihan palatoskisis, pernapasan bayi akan berubah dari pernapasan mulut ke pernapasan hidung. Perubahan ini mungkin akan membuat bayi frustrasi, tetapi bila posisinya dapat melonggarkan jalan napas dan memudahkan pernapasan, bayi akan dapat menyesuaikan diri dengan cepat.

Mengawasi volume cairan:
Pada periode segera setelah pembedahan, bayi membutuhkan cairan parenteral. Ikuti semua prosedur pencegahan yang biasa dilakukan; periksa cairan yang akan diberikan, kelainan warna dan pembengkakan lokasi pemberian cairan, serta kecepatan tetesan setiap 2 jam. Catat asupan dan haluaran dan gunakan bidai. Pemberian cairan parenteral diteruskan sampai bayi dapat diberi cairan per oral tanpa muntah.

Mempertahankan nutrisi yang adekuat:
Bila bayi tidak mengalami mual yang berlebihan, ahli bedah biasanya mengizinkan pemberian cairan bersih.
Kemampuan mengisap penting untuk mengembangkan kerja otot wicara, sehingga perlu didukung. Jika bayi tidak mengalami labioskisis atau jika sumbing telah dipulihkan lebih dini, kemampuan mengisap mungkin dapat dipelajari lebih mudah sama walaupun umumnya tidak sebaik dibanding dengan bayi yang memiliki palatum yang utuh. Dot yang besar dengan lubang yang memungkinkan air susu mengalir secara bebas membuat pengisapan lebih mudah. Jika sumbing terjadi unilateral (sesisi), dot harus diarahkan untuk menutupi celah tersebut.
Untuk bayi yang menjalani bedah pemulihan palatum, tidak ada dot, sendok ataupun alat pengisap yang diizinkan, cara yang tepat adalah minum melalui gelas atau cangkir. Sebuah cangkir kesukaan anak yang di bawah dari rumah mungkin dapat menenangkan bayi. Tawarkan minuman yang bersih seperti cairan gelatin beraroma, sari apel dan minuman sintetik beraroma buah-buahan. Sari buah-buahan dan minuman berwarna merah tidak boleh diberikan karena hal itu dapat mengacaukan pengamatan terhadap perdarahan yang mungkin terjadi. Biasanya bayi tidak menyukai kaldu. Diet ditingkatkan dari cairan penuh dan biasanya bayi disapih pada diet lunak. Bila diizinkan, berikan makanan seperti bubur sereal bayi, es krim dan gelatin beraroma yang kerapkali disukai anak. Pembedahan mempengaruhi kemajuan diet. Tidak ada benda keras atau tajam yang dapat ditaruh dalam mulut bayi.

Mencegah cedera pasca bedah:
Selanjutnya, keterampilan observasi merupakan hal mendasar. Pembengkakan jaringan mukosa mulut menyebabkan sekresi mukus berlebihan yang kurang dapat diatasi oleh seorang bayi. Dalam jam pertama pasca bedah, jangan pernah meninggalkan bayi sendirian, karena aspirasi mukus lebih cepat dan sering terjadi. Karena tidak ada sesuatupun yang diperbolehkan ditaruh dalam mulut bayi, bayi suka mengisap ibu jari atau jari lainnya, sangat penting membatasi gerak lengan. Mengisap ibu jari, meskipun menyenangkan bagi bayi, dapat menggagalkan pemulihan atau menyebabkan luka tidak sembuh sempurna yang tentu tidak dikehendaki. Dalam hal ini, hasil akhir kebahagian dan kesejahteraan bayi harus didahulukan daripada kesenangan sementara. Hal tersebut membantu perawat membiasakan diri melakukan pembatasan gerak lengan bayi secara teratur tanpa menunggu diperintahkan.
Pembatasan gerak sendi siku harus dilakukan dengan benar dan diperiksa secara teratur. Balut bidai cukup kuat mengelilingi lingkar lengan dan sematkan pada baju atau celana bayi untuk mencegah ikatan melorot ke bawah siku. Lengan bayi dapat bergerak bebas tetapi tidak dapat melipat siku untuk menyentuh wajahnya. Lakukan pembatasan dengan cukup kuat tetapi tidak membatasi kelancaran sirkulasi darah. Pada bayi yang lebih tua mungkin dibutuhkan pembatasan dengan menggunakan pakaian khusus yang disebut jacket restraint. Lakukan setiap usaha untuk mencegah bayi dengan bedah pemulihan labioskisis menagis untuk menghindari peregangan berlebihan dari luka bedah.
Renggangkan bidai setiap 4 jam dengan tetap mengendalikan gerakan bebas lengan bayi sehingga ibu jari atau jari lainnya tidak sampai dihisap ke dalam mulutnya. Hibur bayi dan eksplorasi hal-hal yang dapat menyenangkan baginya. Bicaralah kepada bayi secara berkesinambungan sementara melakukan tindakan keperawatan. Permainan “Ciluk Baa (Peek-a-Boo)” dan permainan bayi lainnya mungkin membantu. Inspeksi dan massase kulit, oleskan lotion dan lakukan range-of-motion exercises. Ganti pembalut bidai bila kotor atau basah.


Mempercepat penyembuhan:
Perawatan ringan pada mulut dengan air hangat atau cairan pembersih dapat dianjurkan setelah pemberian makanan. Hal ini membantu membersihkan area luka bedah dari sisa makanan atau minuman untuk meningkatkan kebersihan dan mengoptimalkan penyembuhan.

 

Perawatan luka bedah pada bibir:

Garis jahitan bibir adalah celah terbuka setelah pembedahan dan harus ditutup dengan seksama, bersih dan kering untuk mencegah infeksi dan kemudian meninggalkan bekas. Suatu busur kawat yang disebut “kancing Logan” atau plester kupu-kupu dapat dipasang melintang pada bibir atas dan direkatkan pada pipi dengan plester perekat untuk mencegah peregangan pada luka jahitan yang diakibatkan oleh tangisan bayi atau pergerakan wajah lainnya (Lihat gambar 2).
Gambar 2.  Penggunaan kancing Logan.

Hati-hati membersihkan luka jahitan setelah pemberian makanan. Pembersihan secara teratur adalah hal yang mendasar sepanjang luka jahitan tetap tidak teregang. Bersihkan luka jahitan perlahan-lahan dengan kapas swab steril dan cairan NaCl fisiologis atau larutan yang ditentukan oleh ahli bedah. Pemberian ointment seperti basitrasin juga mungkin dianjurkan. Ajarkan kepada keluarga cara merawat luka jahitan, karena bayi mungkin akan keluar dari rumah sakit sebelum luka sembuh sempurna. Luka jahitan sembuh dalam 7 sampai 10 setelah pembedahan. Bayi mungkin akan diperbolehkan untuk mengisap minumannya melalui sebuah dot yang lunak.
Setelah menjalani pembedah-an yang efektif dan terampil, perawatan yang seksama, penampilan wajah bayi akan jauh lebih baik. Bekas luka menghilang dengan berjalannya waktu. Keluarga pemberi asuhan perlu mengetahui bahwa bayi mungkin membutuhkan pembedahan ringan untuk memperbaiki sedikit garis bekas kelak, tetapi mereka dapat mengharapkan pemulihan yang optimal tanpa disertai hal-hal yang dapat merisaukan (Gambar 3).
Gambar 3.   Anak yang memerlukan revisi celah kecil yang masih tersisa.


Mencegah infeksi:
Teknik aseptik penting selama perawatan dilakukan pada bayi yang menjalani bedah pemulihan pada bibir dan palatum. Teknik mencuci tangan yang baik merupakan hal yang mendasar. Instruksikan kepada keluarga pemberi asuhan tentang pentingnya pencegahan segala sesuatu yang dapat menimbulkan infeksi saluran pernapasan atas pada bayi. Observasi tanda-tanda otitis media yang bisa timbul dari mukus yang mengalir ke dalam tuba eustachius.

Mengurangi nyeri:
Observasi tanda-tanda nyeri atau ketidaknyamanan akibat pembedahan. Laksanakan pesanan pemberian analgetik yang diperlukan. Mengurangi nyeri tidak hanya memberi kenyamanan kepada bayi tetapi juga dapat mencegah bayi menangis, dimana hal ini penting karena bahaya yang dapat ditimbulkannya pada proses penyembuhan luka bedah.

Meningkatkan rangsang sensoris:
Bayi membutuhkan stimulasi, permainan yang aman di tempat tidur. Perawat dan keluarga harus menggunakan setiap kesempatan untuk memberikan stimulasi sensoris. Berbicara kepada bayi, bersenda gurau, memberikan sentuhan dan tanggap terhadap tangisan bayi, semuanya merupakan intervensi keperawatan yang penting. Berikan kebebasan yang dimungkinkan dalam batas-batas pertimbangan keamanan bayi. Satu pengasuh harus ditunjuk untuk menjamin stabilitas dan konsistensi perawatan. Keluarga pemberi asuhan dan personil kesehatan harus melibatkan anak yang lebih tua dalam percakapan dan membantu meningkatkan rasa percaya diri anak. Bayi mengalami perasaan frustrasi karena tindakan pembatasan sehingga hiburan harus diberikan dengan berbagai cara. Diayun-ayun, bersenda gurau dan berbagai teknik lainnya merupakan bagian penting dari asuhan keperawatan. Anggota keluarga dan pemberi asuhan lainnya adalah pihak yang paling tepat untuk melakukan perawatan yang sarat dengan kasih sayang ini.

Memberikan pendidikan kepada keluarga:
Pusat perawatan labioskisis dan palatoskisis memiliki tim spesialis yang menyediakan pelayanan yang dibutuhkan anak dan keluarganya dalam masa bayi, pra sekolah dan usia sekolah. Jelaskan kepada keluarga pemberi asuhan pelayanan apa yang dapat diberikan oleh spesialis anak, ahli bedah plsatik, ortodontis, ahli terapi wicara, ahli nutrisi, dan perawat kesehatan masyarakat. Para profesional ini dapat memberikan penjelasan dan konsultasi tentang diet anak, latihan wicara, imunisasi dan kesehatan secara umum. Dorong keluarga menghubungi para profesional ini untuk mengatasi masalah dalam bidangnya masing-masing. Tanggaplah atas segala hal yang menunjukkan bahwa pemberi asuhan memerlukan tambahan informasi dan rencanakan persiapan pertemuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar