Senin, 21 November 2011

(STROKE HEMORSIC)

LAPORAN PENDAHULUAN
CEDERA SEEBRO VASKULER ISTRONE
(STROKE HEMORSIC)


I.        Pengertian

·         Stroke adalah : Kehilangan fungsi otak yang di akibatkan oleh berhentinya suplay darah kebagian otak (Ematzer, 2001).
·         Stroke adalah : sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresif cepat, berupa defisit neurologis lokal atau global, yang berlangsung 24 jam/lebih/langsung menimbulkan kematian dan semata-mata disebabkan oleh gangguan pendarahan.
·         Stroke adalah : disfungsi neutologis oleh gangguan aliran darah yang timbul secara mendadak dengan tanda dan gejala sesuai dengan daerah lokal pada otak yang terganggu (WHO, 1981)
·         Stroke merupakan malu gangguan neutologi lokal yang dapat timbul sekunder dari suatu proses palologi pada pembuluh darah sereval (price, 1995).

Klasifikasi
a.       Menurut palologi analori
1.      Stroke hemoragil
Pendarahan serebral (subaraenoid karena pecahnya pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu, biasanya terjadi saat aktivitas atau saat aktif namun biasa juga saat istirahat, keadaan pasien biasanya menurun.
2.      Stroke Hemoragsic.
Dapat berupa skema kembali dan frombosis, serebral, biasanya terjadi setelah lama beristirahat, baru bangun tidur/ di pagi hari dan menimbulkan hipoksia-edema sekunder.

b.       Menurut perjalanan Penyakit I stadium
1.       TIA (Trans Iscemia attach).
Gangguan neumlogis setempat yang terjadi selama beberapa menit sampai beberapa jam saja dan gejala yang timbul akan hilang dengan spontan dan sempurna dalam waktu kurang dari satu jam.
2.        RIND.
Stroke yang proses terjadinya 24-72 jam.
3.       Stroke Involusi
Stroke yang terjadi masih harus berkembang dimana gangguan neurologis
4.       Stroke Komplit.
Dimana gangguan neurologi yang timbul sudah menetap/ permanen sesuai dengan istilahnya stroke komplit dapat diawali oleh serangan TIA berulang.

II.    Etilogi

a.       Trombosis serebrol
(terjadi pada pembuluh darah yang mengalami aklusi sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan edemo dari kongesti disekitarnya) keadaan yang dapat menyebabkan trombosis otak :
1.       artherosklerosis/ arteriosklerosis. 
Mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan/ elastisitas dinding pembuluh darah.
2.       hypercogulasi pada polysitemia.
Darah bertanbah kental peningkatan vikositas/ hemotokrit meningkat dapat melembabkan aliran darah serebrol.
3.       artesis (radang pada arteri)
b.       Emboli serebrol.
Penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah, lemak dan udara keadaan yang dapat menimbulkan embali :
1.       katup-katup jantung yang rusak.
2.       myokerd infork
3.       fibrilosi
4.       Endokirditis.
c.       Hoemorhogic
Pendarahan introkonial / introserebrol termasuk pendarahan dalam ruang suborochnoid/ ke dalam jaringan otot sendiri. Pendarahan ini terjadi karena ortherosklerosis dan hipertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah kedalam porenkin otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan otak  yang berdekatan sehingga otak akan membengkak jaringan otak tertekan, sehingga terjadi infark otak, adema.
d.      Hipoksia sistemik,
1.       Hipertensi yang parah.
2.       Cordiac pulamanary arrest.
3.       Cordiac output turun akibat oritmia
e.       Hipoksia setempat.
1.       Sposme arteri serebrol yang disertai penadarahan sub arochinoid.
2.       Vasokuntriksi arteri otak disertai sakit kepala migren.

III.  Manifetasi Klinis

Gejala neurologis yang timbul tergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokasinya, manifestasi klinis stroke akut dapat berupa:
a.       kelumpuhan wajah/ anggota badan (biasanya hemiporesis) yang timbul mendadak.
b.       Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan (gangguan hemi sensorik).
c.       Perubahan mendadak status mental (konfusi, cleririum, letergi, stupor, atau koma)
d.      Arosia (bicara tidak lancar, kurangnya ucapan, atau kesulitan memahami ucapan)
e.       Disortia (bicara pelo/ cedol)
f.        Gangguan penglihatan (hemianopia/ monokuler) atau clipopio.
g.       Atoksia (trunkai anggota badan)
h.       Vertigo, mual dan muntah /nyeri kepala.

IV.  Patofisiologi

Infork serebrol adalah berkurangnya supali darah ke area tertentu diotak, luasnya infork bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besar pembuluh darah dan adekutnya sirkulasi kulaterol terhadap area yang disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat. Supalai darah ke otak dapat berubah (makin lambat/ cepat) pada gangguan lokal (trombus embali, pendarahan dan sposme voskuler) atau oleh, trombus dapat berasal dari lokasi orterosklerotik atau darah dapat beku pada area yang stenosis dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi. Trombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbaru sebagai emboli dalam aliran darah trombus mengakibatkan :
a.       iskemia jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan.
b.       Edoma dong kangesti disekitar area.
Area edrno ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar dari pada area infork itu sendiri. Edrno dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang sesudah beberapa hari. Dengan berkurangnya ederno pasien mulai menunjukkan perbaikan CVA karena karena trombosis biasanya tidak fatal, jika tidak tejadi pendarahan masikukluasi pada pembuluh darah serebrol oleh embolis menyebabkan edermo dan nekrosis diikuti trombosis. Jika terjadi septik infeksi akan meluas pada dinding pembuluh darah maka akan terjadi obses/ ensefolitis atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat menyebabkan dilatasi oneurisme pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan pendapatan serebrol, jika aneurisme pecah/ ruptur pendarahan pada otot lebih disebabkan oleh ruptur orteroklerotik dan hipertensi pembuluh darah. Pendarahan intro serebrol yang sangat luas akan menyebabkan kematian. Jika sirkulasi serebrol terhambat dapat berkembang anoksia serebrol. Perubahan disebabkan oleh anoreksia serebrol dapat direvorsible untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan ireversibal bila anoksia lebih dari 10 menit. Perubahan anoksia serebrol terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi salah satunya cordiac arrest.

V.     Pemerikasaan Penunjang

a.       Runtgent kepala dan medula spinolis.
b.       Elektro encepholoysri
c.       Punksi  lumbol
d.      Angiografi
e.       CT scan (computeruzed tumografi sconning)
f.        MRI (magnetic resonance imaging)

VI.  Penatalaksanaan

a.       Penata laksanaan medis.
1.       Pemberian diuretik untuk menurunkan edermo serebrol yang mencapai tingkat maksimem 3 sampai 5 hari setelah inferk serebrol.
2.       anti keagulan untuk mencegah terjadinya atau memberatnya trombosis atau embalisis dari tempat lain dalam sistem kordiovoskuler.
3.       modikasi anti trombosit dapat diserapkan karena trombosit memaikan peran sangat penting dalam pembentukan thrombius dan embolisasi.
b.       Penatalaksanaan stroke hemorogic
1.       Singkirkan kemungkinan koogulapati pastikan hasil masa protombin dan masa tromboplatin persial adalah normal jika masa protrombin memanjang, berikan plasma beku segar ( kkp) 4-8 unit intro vena 14 jam dan vik k 15 mg IV bolus, kemudian 3x1 15 mg subkulan sampai masa protrombin normal. Koreksi anti koogulasi dengan prolomin sulfat 10-50 mg lambat bulus ( 1 mg mengoreksi 100 unit heporin )
2.       Kendalikan hiportensi : berlawanan dengan hifark serebri akut pendekatan pengendalian tekanan darah yang lebih agresif dilakukan pada pasien dengan pendarahan introserebrol akut, kareana tekanan yang tinggi dapat menyebabkan perburukan edemo peri hematoma serta meningkatkan kemungkinan pendarahan ulang. Tekana darah sistolik > 180 mmHg haus diturunkan sampai 150-180 mmHg dengan labetolol (n 20 mg introvena dalam 2 menit ulangi 40-80 mg introvena dalam interval 10 menit sampai tekan yang diinginkan, kemudian infus 2 mg atau menit ( 12 menit atau jam ) dan ditrilasi atau penghambat ACE ( misalnya : koproplit 12,5-25 mg , 2-3 kali 1 hari )
3.       Pertimbangkan konsultasi bedah syarat bila : pendarahan serebelum diameter lebih dari 3 cm/volum  > 50 ml, untuk dikompresi atau pemasangan pintasan ventrikulo peritonial bila ada hidrosekolus abstraktif akut.
4.       Pertimbangan angiografi untuk menyingkirkan aneurisme atau malkorasi arteria venosa. Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada pasien usia muda ( < 50 tahun ) yang non hipertensi.
5.       Berikan monitol 20 % ( 1 kg / kg BB, introvena dalam 20-30 menit ). Untuk pasien dengan koma tanda-tanda tekanan introkonial yang meninggi atau ancaman herniasi.\
6.       Pertimbangkan kornitain ( 10-2- mg/kg BB inbtrovena, kecepatan maksimal 50 m/ menit , atrau pororl ) pada pasien pendarahan luas dan derajat kesadaran menurun. Umumnya anti konvulson hanya diberikan bila ada aktivitas kejang, namun terapai profilaksis beralasan jika kondisi pasien cukup kritis dan membutuhkan intubasi tetrapi tekanan introkronial menigkat atau pembadahan.
7.       Pertimbangan terapi hipervolemik dan nipodipn untuk mencegah vaso spasme bila secara klinis, fungsi lambol Ist scen menunjukan pendarahan subarochnoid akut primer.
8.       Pendarahan intro serebrol
-          obati penyebabnya
-          turunkan tekan intro kronial yang meninggi
-          berikan neuro prolektor
-          tindakan bedah dengan pertimbangan usia dan skala GCS ( > 4 0 ) hanya dilakukan pada pasien dengan :
1.       Pendarahan serebelum dengan diameter > 3 cm ( kronia tomi dekompresi ).
2.       Hidrosokolus akut akibat penarahan intro ventrikel / serebelum ( vp shunting ).
3.       Pendarahan labar diatas 60 cc dengan tanda-tanda peningkatan Titik acak dan ancaman herniasi.
9.      Tik yang meningggi pada pasien stroke dapat diturunkan dengan salah satu cara/gabungan berikut ini :
1.      Monitol balus, 1gr/kg BB dalam 20-30 menit kemudian dilanutkan dengan dosis 0,25-0,5 gr/kg BB/6 jam sampai maksimal 48 jam : target asmolaritas = 300-320 mosmol/liter.
2.      Oliseral 50% oral 0,25-19/kg/4-6 jam atau gliserol 10% 14,10 ml/kg BB dalam 3-4 jam (untuk ademo serebri ringan sedang).
3.      Kurosemia 1 mg/kg BB 14.
4.      Inlubosi dan hiperventilasi terkontrol (dengan oksigen diperbarik sampai PCO2 = 29-35 mmHg.
5.      Stesolit tidak diberikan secara rutin dan masih kontroversial.
6.      Tindakan kronia tomi dekompresif.
10.  Pendarahan subarahnoid
1.      Nimodipin dapat diberikan untuk mencegah vesospasme pada pendarahan subarahnoid primer akut.
2.      Tindakan operasi dapat dilakukan pada pendarahan subarahnoid staclium I dan II akibat pecahnya aneurisme sekunder berry (cliping) dan adanya komplikasi hidrosekdus abastruktik (VP shunting).

VII.          Potway

Asuhan Keperawatan
A.    Pengkajian
1.      Anomnesa
a.       Identitas klien
b.      Riwayat kesehatan sekarang
Sesak nafas, pusing, penurunan kesadaran dan lain-lain.
c.       Riwayat hidup kesehatan dahulu
-          Riwayat hipertensi
-          Riwayat OM
-          Riwayat operasi
d.      Primey survey
1.      Air way
-          Akumulasi sekarat
-          Bronko kontriksi
2.      Breating
-          Pergerakan dada
-          Frekuensi, irama, jenis pernafasan
-          Suara nafas
3.      Cirkulation
-          Nadi
-          Tensi
-          Akrol
-          CRT
-          Mukosa bibir
e.       Secondary survey
Mata          : kojungtiva, sklero
Leher         : JVP, bising arteri corotis
Paru           : -     Bentuk dada
-          Pergerakan dada
-          Asimetris dada
-          Pernafasan, frekuensi irama
-          Suara nafas vosikuler
-          Suara tambahan : ronchi, wheezing
Jantung      : -     Tekanan darah
-          Nadi : frekuensi, irama, kekuatan
-          Suara jantung: Bj1, Bj2, Gallep
Abdomen  : -     Bising, lingkar perut
Ekstremitas : Temperatur,  kelembaban,  edomo, sionosis, luka, hesi dan lain-lain
f.       Pemeriksaan tersier
1.        Aggiografi serebrol : membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik
2.        Skon CT : memperlihatkan adanya edemo, hemotomo, iskemi dan adanya infark
3.        Fungsi lambal : menunjukkan adanya tekanan normal dan biasanya ada trombosis, embali serebrol dan TIA.
4.        MRI : menunjukkan daerah yang mengalami infark, hemorogik, molfarmasi arteric vena.
5.        Ultrasonografi doppler : mengidentifikasi penyakit arteriovena
6.        EEG : mengidentifikasi masalah didasarka pada gabungan tak dan mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
7.        Sinor-sinor tengkorak : menggambarkan perubahan kelenjar lempeng daerah yang berlawanan dari mosso yang meluas.

Diagnosa yang mungkin timbul :
1.      Gangguan perfusi jaringan otak b/d menurunnya suplai darah serebrol
2.      Gangguan mobilitas fisik b/d parastesio
3.      Gangguan komunikasi verbol/tulis b/d gangguan sirkulasi serebrol
4.      Gangguan harga diri b/d gangguan reflek menelon
5.      Gangguan perawatan diri b/d gangguan neuromuskuler




Rencana keperawatan
1.      Gangguan perfusi jaringan otak b/d menurunnya suplai darah serebrol sekunder adanya alolusi otak, pendarahan, vesospasme dan edemo otak.
Tujuan       : setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan jaringan adekuat
KH            : -    Mempertahankan/meningkatkan tingkat
kesadaran, koknitik dan fungsi motorik sensorik,
-          Menunjukkan kestabilan  TTV dan tidak adanya peningkatan TIK.
-          Menunjukkan berkurangnya kerusakan/defisit.
Intervensi :
a.       Posisi kepala ditinggikan 30-450 dengan posisi netral (hanya tempat tidurnya saja yang ditinggikan)
b.      Pertahankan istirahat ditempat tidur, beri lingkungan yang nyaman.
c.       Batasi pengunjung
d.      Beri oksigen sesuai indikasi
e.       Berikan obat sesuai indikasi
f.       Pantau tanda-tanda vital
g.      Cegah terjadinya mengejang saat defekosi, dan pernapasan yang memaksa (batuk terus-menerus).

2.      Gangguan mobilitas fisik b/d, klaciod, paralisis sekunder rusaknya sistem motorik.
Tujuan       : setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan klien dapat beraktivitas dalam batas yang dapat ditolerir.
  KH          :  -     Mempertahankan posisi dan fungsi optimal
  dengan tidak adanya kontraktir dan kootalroap.
-          Mempertahankan kekuatan dan fungsi area yang sakit serta kompensasi bagian tubuh yang lain.
-          Menunjukkan perilaku aktivitas yang lain baik.
-          Mempertahankan integritas kulit.
Intervensi :
a.       Kubah posisi tiap 2 jam (telentang, miring)
b.      Lakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif pada semua ekstremitas.
c.       Tempatkan bantal dibawah aksila sampai lengan bawah.
d.      Letakkan gulungan padat pada telapak tangan dengan jari-jari menggenggam.
e.       Observasi sisi yang sakit seperti warna, edemo atau tendo lain seperti perubahan sirkulasi.
f.       Konsul dengan ahli terapi fisik, latihan dengan alat bantu dan ambulasi pasien.

3.      Gangguan komunikasi berbal/tulis b/d gangguan sirkulasi serebrol (gangguan neuro maskuler, kehilangan kontrol tonus otot kamal atau oral, kehilangan memori dan kelemanan secara umum.
Tujuan       : setelah dilakukan tindakan keperawatan
berbaikan sirkulasi serebrol.
KH            : -    Pasien dapat menunjukkan pengertian terhadap
masalah komunikasi
-          Mampu mengekspresikan perasaannya.
-          Mampu menggunakan bahsa isyarat..
Intervensi :
a.       Mintalah pasien untuk mengikuti perintah sederhana (seperti: buka mata dan lain-lain).
b.      Perdengarkan bunyi yang sederhana.
c.       Kaji tipe disfungsi, misalnya : pasien tidak mengerti tentang kota-kota/masalah berbicara/tidak mengerti bahasa sendiri.
d.      Ucapkan langsung kepada pasien berbicara pelan dan tenang.
e.       Berbicara dengan nada normal hindari ucapan yang terlalu cepat.
f.       Menganjurkan untuk berkomunikasi pada pasien.
g.      Konsul ke ahli therapi bicara.
4.      Gangguan harga diri b/d perubahan biofisik, psikososial, perseptual kognitif.
Tujuan       : setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan harga diri pasien meningkat
KH            : -     Pasien mampu mengungkapkan/berkomunikasi dengan
orang lain.
-          Pasien tidak menunjukkan peubahan dalam konsep diri.
Intervensi :
a.       Anjurkan pasien untuk mengekspresikan perasaannya.
b.      Akui pernyataan perasaan tentang pengingkaran terhadap tubuh, tetap pada kenyataan yang ada tentang realita bahwa pasien masih bisa menggunakan bagian tubuh yang tidak sakit.
c.       Bantu dan dorong kebiasaan berpakaian dan berdandan yang baik.
d.      Kaji luasnya gangguan persepsi dan hubungan dengan derajat ketidakmampuannya.
e.       Bantu dukung terhadap perilaku/usaha klien dalam peningkatan minat/partisipasi klien.
f.       Konsultasi pada neuropsikologis.

5.      Resiko gangguan nutrisi b/d gangguan reflek menelan.
Tujuan       :   setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan kebutuhan nutrisi dalam tubuh terpenuhi
KH            : -    Mempertahankan berat badan yang diinginkan
-          Menunjukkan metode makan tepat untuk situasi individual..
Intervensi :
a.       Berikan makan melalui selang.
b.      Tingkatkan upaya untuk dapat melakukan proses menelan yang efektif.
c.       Berikan makanan berlahan pada lingkungan yang tenang.
d.      Letakkan makanan pada bagian mulut yang tidak terganggu.
e.       Stimulasi bibir untuk menutup dan membuka mulut secara manual dengan menelan ringan diatas bibir
f.       Berikan cairan melalui introvena.
6.      Gangguan perawatan diri b/d gangguan neorumuskuler
Tujuan       :   setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan perawatan diri pasien adekuat.
KH            : -    Melakukan aktivitas perawatan diri dalam
tingkat kemampuan diri pasien.
-          Meminta bantuan pada orang lain sesuai kebutuhan.
-          Mampu memenuhi kebutuhan perawatan diri sendiri..
Intervensi :
a.       Bantu pemenuhan kebutuhan kebersihan diri pasien sesuai kebutuhan misal : mandi, gosok gigi, ganti baju, dan lain-lain.
b.      Berikan alat bantu sesuai indikasi, misalkan : tinggikan tempat tidur.
c.       Kaji derajat ketidakmampuan pasien.
d.      Konsultasi dengan ahli terapi akupasi.



























DAFTAR PUSTAKA



Doengur ME (2000) Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3 Jakarta. ECC.

Mansyoer A (2000) Kapita Kedokteran, edisi 3, Jakarta Media .

Price SA (1995) Polologis Konsep Klinis Proses Penyakit, Jakarta : EGC.

Smeltzer I (2001) Buku Agar Keperawatan Bedah Brunen Dan Suddarty, Jakarta: ECG.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar