BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fenomena Diabetes Melitus berhubungan erat dengan meningkatnya kadar glukosa darah dan bertambahnya resiko komplikasi gawat darurat bila tidak dikelola dengan baik ( Soegondo, 2000 ). Komplikasi dapat timbul oleh karena ketidak patuhan pasien dalam menjalankan program terapi sebagai berikut : pengaturan diet, olah raga dan penggunaan obat - obatan (Putra,2001). Berbagai penelitian telah menunjukan ketidak patuhan pasien DM terhadap perawatan diri sendiri ( Efendi Z,2001). Hal ini erat juga kaitannya dengan hasil lab GDS pada pasien tersebut.
Jumlah penderita DM di dunia dan Indonesia diperkirakan akan meningkat, jumlah pasien DM di dunia dari tahun 1994 ada 110,4 juta, 1998 kurang lebih 150 juta, tahun 2000= 175,4 juta (1 ½ kali tahun 1994),tahun 2010=279,3 juta ( kurang lebih 2 kali 1994) dan tahun 2020 = 300 juta atau kurang lebih 3 kali tahun 1994. Di Indonesia atas dasar angka prevalensi kurang lebih 1,5 %, diperkirakan jumlah penderita DM pada tahun 1994 adalah 2,5 juta, 1998= 3,5 juta, tahun 2010 = 5 juta dan 2020 = 6,5 juta . Data sumber ini diambil dari Departemen kesehatan, DKK atau apa kalau bisa dimasukkan?
Disamping peningkatan prevalensi DM, penderita memerlukan perawatan yang komplek dan perawatan yang lama. Kepatuhan berobat merupakan harapan dari setiap penderita DM. Berarti setiap penderita DM sanggup melaksanakan instruksi–instruksi ataupun anjuran dokternya agar penyakit DM nya dapat dikontrol dengan baik (Haznam,1999). Pada umumnya penderita DM patuh berobat kepada dokter selama ia masih menderita gejala/ yang subyektif dan mengganggu hidup rutinnya sehari-hari. Begitu ia bebas dari keluhan – keluhan tersebut maka kepatuhannya untuk berobat berkurang.
Dari data atau fenomena diatas ada beberapa hal penting untuk menerapkan pola dan penerapan yang baik sehingga penulis tertarik untuk mengangkat masalah keperawatan tersebut untuk diseminarkan.
A. Tujuan
1. Umum
Mahasiswa mampu memahami tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan Diabetes Mellitus
2. Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar keperawatan asuhan keperawatan pada pasien Diabetes Mellitus.
b. Mahasiswa mampu menjelaskan pengkajian keperawatan pada pasien dengan Diabetes Mellitus
c. Mahasiswa mampu menjelaskan analisa data keperawatan pada pasien dengan Diabetes Mellitus
d. Mahasiswa mampu menjelaskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan Diabetes Mellitus
e. Mahasiswa mampu menjelaskan intervensi keperawatan pada pasien dengan Diabetes Mellitus
f. Mahasiswa mampu menjelaskan implementasi keperawatan pada pasien dengan Diabetes Mellitus
g. Mahasiswa mampu menjelaskan evaluasi keperawatan pada pasien dengan Diabetes Mellitus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Diabetes Mellitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah. (Mansjoer Arif Et al 2005).
Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetik dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat. (Rice and Wilson, 1992 ).
Diabetes mellitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemi (Smeltzer and Bare,1996).
Diabetes mellitus dalam penyakit metabolik yang kebanyakan herediter dengan tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan atau tidak adanya gejala klinik akut maupun kronik, sebagai akibat dari kurangnya insulin efektif maupun insulin absolut dalam tubuh, dimana gangguan primer terletak pada metabolisme karbohidrat, yang biasanya disertai juga gangguan metabolisme protein dan lemak.
Gangren adalah proses atau keadaan yang ditandai dengan adanya jaringan mati atau nekrosis, namun secara mikrobiologis adalah proses nekrosis yang disebabkan oleh infeksi. (Askandar, 2001 ).
Gangren Kaki Diabetik adalah luka pada kaki yang merah kehitam-hitaman dan berbau busuk akibat sumbatan yang terjadi di pembuluh darah sedang atau besar di tungkai. ( Askandar, 2001).
B. Etiologi
Etiologi secara umum tergantung dari tipe Diabetes, yaitu :
1) Diabetes Tipe I ( Insulin Dependent Diabetes Melitus / IDDM )
Diabetes yang tergantung insulin yang ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pancreas disebabkan oleh :
a. Faktor genetik
Penderita DM tidak mewarisi DM tipe 1 itu sendiri tapi mewarisi suatu predisposisi / kecenderungan genetic ke arah terjadinya DM tipe 1.
Ini ditemukan pada individu yang mempunyai tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen transplatasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor Imunologi
Respon abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggap seolah-olah sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan destruksi sel beta.
2) Diabetes Tipe II (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus / NIDDM)
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II belum diketahui. Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Selain itu terdapat faktor-faktor resiko tertentu yang berhubungan yaitu :
a. Usia
Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun
b. Obesitas
c. Riwayat Keluarga
d. Kelompok Etnik
Di Amerika Serikat, golongan hispanik serta penduduk asli Amerika tertentu memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk terjadinya diabetes tipe II dibanding dengan golongan Afro-Amerika
C. Patofisiologi
Dalam keadaan normal, jika terdapat insulin, asupan glukosa/ produksi glukosa yang melebihi kebutuhan kalori akan di simpan sebagai glikogen dalam sel - sel hati dan sel - sel otot. Proses glikogenesis ini mencegah hiperglikemia ( kadar glukosa darah > 110 mg/ dl ). Jika terdapat defisit insulin, empat perubahan metabolik terjadi menimbulkan hiperglikemi. Empat perubahan itu adalah :
1) Transport glukosa yang melintasi membran sel berkurang
2) Glikogenesis berkurang dan tetap terdapat kelebihan glukosa dalam darah
3) Glikolisis meningkat sehingga cadangan glikogen berkurang dan glukosa hati dicurahkan ke dalam darah secara terus menerus melebihi kebutuhan.
4) Glukoneogenesis meningkat dan lebih banyak lagi glukosa hati yang tercurah ke dalam darah dari pemecahan asam amino dan lemak
( Barbara C. Long, 1996 )
Pada DM tipe 1 terdapat ketidakmampuan menghasikan insulin karena sel - sel beta telah dihancurkan oleh proses autoimun. Akibat produksi glukosa tidak terukur oleh hati, maka terjadi hiperglikemia. Jika konsentrasi glukosa dalam darah tinggi, ginjal tidak dapat menyerap semua glukosa, akibatnya glukosa muncul dalam urin ( glukosuria ). Ketika glukosa berlebihan diekskresikan dalam urin disertai pengeluaran cairan dan elektrolit ( diuresis osmotik ). Akibat kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan berkemih ( poli uri ) dan rasa haus ( polidipsi ). Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan, pasien juga mengalami peningkatan selera makan ( polifagi ) akibat penurunan simpanan kalori dan gejala lainnya yang mencakup kelelahan dan kelemahan.
Pada DM tipe 2 terdapat 2 masalah utama yang berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Resistensi insulin ini disertai dengan penurunan reaksi intra sel sehingga insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Pada gangguan sekresi insulin berlebihan, kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat normal atau sedikit meningkat. Namun jika sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan insulin maka kadar glukosa darah meningkat. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat dan progresif maka awitan DM tipe 2 dapat berjalan tanpa terdeteksi. Gejala yang dialami sering bersifat ringan seperti kelelahan, iritabilitas, poliuri, polidipsi, luka pada kulit yang lama sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur ( jika kadar glukosanya sangat tinggi ).
A. Tanda dan Gejala
Keluhan yang khas pada pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada DM umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf. Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua, sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot ( neuropati perifer ) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim.
Menurut Supartondo, gejala - gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan adalah :
1. Katarak
2. Glaukoma
3. Retinopati
4. Gatal seluruh badan
5. Pruritus Vulva
6. Infeksi bakteri kulit
7. Infeksi jamur di kulit
8. Dermatopati
9. Neuropati perifer
10. Neuropati viseral
11. Amiotropi
12. Ulkus Neurotropik
13. Penyakit ginjal
14. Penyakit pembuluh darah perifer
15. Penyakit jantung koroner
16. Hipertensi
Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi, dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau bahkan inkontinensia urin. Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan, akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi disebabkan faktor penurunan fungsi tubuh. Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut.
Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba, apabila pasien mengalami infeksi akut. Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi, kesadaran menurun dengan hiperglikemia, dehidrasi dan ketonemia. Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar, menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut. Biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak.
Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang. Sedangkan gejala kebingungan dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas.
B. Pemeriksaan Penunjang
- Glukosa darah sewaktu
- Kadar glukosa darah puasa
- Tes toleransi glukosa
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl)
Kadar glukosa darah sewaktu: Plasma vena bukan DM : <100, belum pasti DM 100-200, DM>200. Darah kapiler : bukan DM <80, belum pasti DM 80-200, DM>200. Kadar glukosa darah puasa: Plasma vena : Plasma vena bukan DM : <110, belum pasti DM 110-120, DM >126. Darah kapiler pada plasma vena bukan DM : <90, belum pasti DM : 90-110, DM : >110.Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl
A. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi Diabetes Mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe Diabetes untuk mencapai kadar glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan Diabetes Mellitus :
1. Diet
2. Latihan atau terapi aktivitas
3. Pemantauan
4. Terapi ( jika diperlukan )
5. Pendidikan kesehatan
B. Pengkajian
§ Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
§ Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
§ Aktivitas/ Istirahat :
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
§ Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi, AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah
§ Integritas Ego
§ Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), dan diare
§ Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus, penggunaan diuretik.
§ Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia, gangguan penglihatan.
§ Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
§ Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
§ Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
C. Masalah Keperawatan
- Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan
- Kekurangan volume cairan
- Gangguan integritas kulit
- Resiko terjadi injuri
D. Intervensi
- Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan masukan oral, anoreksia, mual, peningkatan metabolisme protein, lemak.
Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil :
§ Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat
§ Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya
Intervensi :
§ Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi.
§ Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien.
§ Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen/ perut kembung, mual, muntahan makanan yang belum sempat dicerna, pertahankan keadaan puasa sesuai dengan indikasi.
§ Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan ( nutrient ) dan elektrolit dengan segera jika pasien sudah dapat mentoleransinya melalui oral.
§ Libatkan keluarga pasien pada pencernaan makan ini sesuai dengan indikasi.
§ Observasi tanda - tanda hipoglikemia seperti perubahan tingkat kesadaran, kulit lembab/ dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala.
§ Kolaborasi melakukan pemeriksaan gula darah.
§ Kolaborasi pemberian pengobatan insulin.
§ Kolaborasi dengan ahli diet.
- Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.
Tujuan : kebutuhan cairan atau hidrasi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil :
Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urin tepat secara individu dan kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensi :
§ Pantau tanda - tanda vital, catat adanya perubahan TD ortostatik
§ Pantau pola nafas seperti adanya pernafasan kusmaul
§ Kaji frekuensi dan kualitas pernafasan, penggunaan otot bantu nafas
§ Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa
§ Pantau masukan dan pengeluaran
§ Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam batas yang dapat ditoleransi jantung
§ Catat hal-hal seperti mual, muntah dan distensi lambung.
§ Observasi adanya kelelahan yang meningkat, edema, peningkatan BB, nadi tidak teratur
§ Kolaborasi : berikan terapi cairan normal salin dengan atau tanpa dextrosa, pantau pemeriksaan laboratorium (Ht, BUN, Na, K)
- Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik (neuropati perifer).
Tujuan : gangguan integritas kulit dapat berkurang atau menunjukkan penyembuhan.
Kriteria Hasil :
Kondisi luka menunjukkan adanya perbaikan jaringan dan tidak terinfeksi
Intervensi :
§ Kaji luka, adanya epitelisasi, perubahan warna, edema, dan discharge, frekuensi ganti balut.
§ Kaji tanda vital
§ Kaji adanya nyeri
§ Lakukan perawatan luka
§ Kolaborasi pemberian insulin dan medikasi.
§ Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.
- Resiko terjadi injuri berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan
Tujuan : pasien tidak mengalami injuri
Kriteria Hasil : pasien dapat memenuhi kebutuhannya tanpa mengalami injuri
Intervensi :
§ Hindarkan lantai yang licin.
§ Gunakan bed yang rendah.
§ Orientasikan klien dengan ruangan.
§ Bantu klien dalam melakukan aktivitas sehari - hari
§ Bantu pasien dalam ambulasi atau perubahan posisi
Asuhan Keperawatan Pada “Tn. I” Dengan Diabetes Mellitus
Di Ruang Mawar RSUD Sunan Kalijaga
Demak
I Identitas
a. Identitas Diri Klien
Nama : Tn. I
Umur : 56 tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki
Alamat : Guntur, Demak
Status perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Petani
Tanggal masuk RS : 16 Juli 2011
Tanggal pengkajian : 20 Juli 2011
Sumber informasi : Status, klien, keluarga
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. M
Alamat : Guntur, Demak
Usia : 48 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah tangga
Hubungan dengan Klien : Istri
A. RIWAYAT KELUARGA
Genogram :
Keterangan :
Pasien adalah ayah dari 5 orang anak, tinggal bersama istri dan anak ketiganya laki – laki. tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama , tapi ada riwayat penyakit keturunan yaitu dari ibu klien.
A. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP
Tipe Tempat Tinggal : Rumah Sederhana PERUMNAS
Jumlah Kamar : 3 Kamar Tidur, I Ruang Tamu sekaligus Ruang Keluarga, 1 Dapur dan Ruang Makan, 1 KM.
Kondisi Tempat Tinggal : Bersih dan tenang
Jumlah Orang yang Tinggal di Rumah : Laki- Laki 2 Orang, Perempuan 1 Orang
II. STATUS KESEHATAN
1. Status Kesehatan saat ini
a. Alasan Masuk Rumah Sakit : Lemas, Pusing
b. Faktor Pencetus : Kelelahan, Kurang makan
c. Keluhan Utama: Lemah, Lemas, Pusing, kesemutan di ekstrimitas bawah
d. Riwayat Penyakit Sekarang : Bertahap
Contohnya seperti ni :
pasien datang dengan keluhan ada benjolan diwajah kiri terasa sakit, timbul sejak hari Rabu 6 – 11 – 2002, benjolan mula-mula kecil kemudian makin lama makin besar dan tak pernah diapa-apakan dengan tangan, sejak 2 hari yang lalu pecah mengeluarkan nanah, panas sejak 5 hari yang lalu. Turun setelah minum obat dan kemudian naik lagi. Mata bengkak sejak 2 hari yang lalu tidak gatal. Pasien berobat kedokter dan minum obat tapi tak ada perubahan. Pasien mual dan muntah setelah minum obat, nafsu makan menurun dan badan terasa lemah, tanggal 17 – 11 – 2002 dilakukan insisi abses pada pipih kiri dengan menggunakan anestesi local.
e. Faktor Yang Memperberat : Tidak ada nafsu makan, kelelahan
f. Pemahaman dan penatalaksanaan masalah kesehatan :
1). Klien sering bertanya tentang penyakitnya
2). Pasien dan keluarga tidak tahu tentang penyakitnya
g. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya : Membeli obat dari warung, mengkonsumsi gula jagung.
h. Diagnose Medik : Diabetus Mellitus Tanggal 17 Juli 2011
2. Status Kesehatan Masa Lalu
a. Penyakit Yang Pernah Dialami : Hipertensi, thypoid
b. Kecelakaan : -
I. Riwayat Penyakit
1) Keluhan utama saat masuk RS
Os mengeluh lemas dan tidak kuat beraktivitas, nyeri di perut dan sakit kepala ringan tapi sering menyerang, hipertensi dan terdapat ulkus pedis digit III sinistra.
2) Riwayat penyakit sekarang
Os adalah penderita DM2NO/Non Obese, ulkus pedis digit III sinistra, susp ISK, neuropati diabetik, tanggal 13 Juli 2011 Os pergi berwisata. Setelah pulang os mengeluh lemas menetap, makan/minum sedikit dan tidak kuat beraktivitas sehari-hari, hipertensi, keluhan menetap, os rencana periksa ke puskesmas tetapi karena bertambah lemas maka os periksa ke UGD RSUD Sunan Kalijaga.
3) Riwayat penyakit dahulu
Klien pernah menderita Thypoid sekitar 8 tahun yang lalu, dan Klien menderita DM sudah sejak 6 tahun yang lalu, dengan kontrol diit ketat.
4) Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium darah lengkap
b. Laboratorium urine
c. Pemeriksaan Mikrobiologi : darah, pus, urine midstream
d. Pemeriksaan GDR
e. Analisa Gas Darah
f. EKG
Tindakan yang telah dilakukan
· Terapi pemasangan DC
· Pemasangan infus NaCl 0,9% lini
· Diit RPRGRK 1700 kal
· RIL 3x16 Unit (sesuaikan dengan GDR)
· Metronidazole 3x500mg
· Radin 2x1 tab
· CaCO3 3x1
· Asam folat 3x1
· Aspilet 2 x 80 gr
· Aprovel 1 x 300 gr
· Tensivask 1 x 10 mg
1) Pengkajian Saat Ini
a. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Klien menyatakan sudah familiar dengan penyakitnya karena sudah sejak 6 tahun yang lalu klien menderita DM. Keluarga mengatakan klien patuh terhadap program terapi, misalnya diit ketat, dan mengkonsumsi obat oral.
b. Pola nutrisi/metabolik
Intake makanan : klien selalu berusaha menghabiskan diit dari RS, terlebih apabila klien menjalani terapi insulin, seringkali makanan dari RS habis kadang hanya tersisa 1 atau 2 sendok makan saja
Intake minuman : klien berusaha minum banyak, minum air putih kira-kira 1 liter/hari (5 gelas), karena klien dianjurkan minum banyak untuk membantu kerja ginjalnya.
c. Pola eliminasi
Buang air besar
Klien dapat BAB rutin 2-3 hari sekali, proses BAB lancar, konsistensi feces lunak, warna kuning dan bau khas
Buang air kecil
Sejak MRS klien dipasang DC, produksi urin (+), warna kuning, jumlah urin sekitar 2000cc/24 jam
d. Pola aktivitas dan latihan
Kemampuan Perawatan Diri | 0 | 1 | 2 | 3 | 4 |
Makan/minum | | | | | x |
Mandi | | | | | x |
Toileting | | | | | x |
Berpakaian | | | | | x |
Mobilitas di TT | | x | | | |
Berpindah | | | | | x |
Ambulasi/ROM | | x | | | |
0 : mandiri, 1: alat bantu, 2 : dibantu orang lain, 3 : dibantu orang lain dan alat, 4 : tergantung total
Oksigenasi : ventilasi spontan, sesak nafas (-), klien mengeluh lemas.
e. Pola tidur dan istirahat
Klien mengatakan istirahat tidur tidak ada masalah, klien dapat tidur seperti biasanya (5-7 jam/hari), klien dapat tidur siang dan sewaktu-waktu.
f. Pola perceptual
Klien masih dapat melihat dengan jelas, masih dapat mendengar dengan jelas, masih dapat membedakan rasa manis, asin, pahit dan asam, kedua tangan masih dapat membedakan rasa panas, dingin, tajam dan tumpul, kedua kaki mengalami penurunan sensasi raba. Jari kaki kiri tidak terasa saat disentuh mulai dari ujung jari sampai lutut.
g. Pola persepsi diri
Klien tampak tabah dan pasrah, klien menyatakan sudah lama menderita DM ( 6 tahun ) dan keadaannya sekarang mulai memburuk karena sudah tua.
h. Pola Seksualitas dan Reproduksi
Klien menikah dengan Ny. M dan memiliki 5 orang anak, dan semenjak dirawat di RS, pola seksualitas klien pun terganggu.
i. Pola peran dan hubungan
Komunikasi secara langsung, komunikasi klien nampak baik, tidak emosional. Hubungan dengan keluarga nampak sangat dekat, terlihat dengan anak-anak yang bergiliran menunggui dan merawat klien di RS.
j. Pola manajemen koping stress
Stress terbesar yang dirasakan klien adalah kondisi sakitnya saat ini, klien merasa sangat lemah dan tidak mampu berbuat apa-apa, duduk pun tidak mampu.
k. Sistem nilai dan keyakinan
Klien menyatakan beragama Islam, sebelum terbaring di RS klien menjalankan sholat, namun setelah tubuhnya lemas klien tidak lagi menjalankan sholat.
1) Pemeriksaan Fisik
(Cephalokaudal)
Keluhan utama yang dirasakan saat ini :
Tubuh terasa lemah
Pemeriksaan Fisik:
BP : 160/90 mmHg
Pulse : 98 x/mnt
RR : 24 x/mnt
T : 37,7 C
BB/TB : 53 kg/ 159 cm (1 bln yll)
Kepala
· Mata : Konjungtiva anemis (-), Sklera ikterik (-), sekret (-), penglihatan jelas
· Telinga : nyeri (-), sekret (-), masih dapat mendengar suara dengan jelas
· Mulut : bibir kering pecah-pecah, gusi anemis, karies (+)
Leher : Peningkatan JVP (-)
Thorak :
· Jantung : S1-2 murni, bising (-)
· Paru : sonor, vesikuler, RBK +/+, kusmaul (-)
Abdomen : supel, nyeri tekan (-), peristaltik (+), H/L tidak teraba
Inguinal : tidak ada benjolan
Ekstremitas :
i. Tangan : tangan kanan dbn, tangan kiri : jempol kiri menebal, bengkak, terdapat benjolan di bawahnya
ii. Kaki :
Tungkai dan kaki | Kiri | Kanan |
Luka Otot Sendi Gerakan Kekuatan Suhu raba Edema | (+) ulkus mengering sulit dinilai udem (+), nyeri (-) intoleransi 3 dingin (+) parestesi di dorsum pedis dan lesi preulkus dan ada ulkus yang mengering | (+) ulkus mengering sulit dinilai udem (+), nyeri (-) intolerasnsi 3 dingin (+) ada lesi preulkus dan ulkus mengering |
2) Program Terapi
- Pemasangan infus NaCl 0,9% lini
- Diit RPRGRK 1700 kal
- RI sesuai GDR
- Inj Fosmicyn 2 gr/48 jam
- Inj Ceftazidin 1 gr/24 jam
- Furosemid 1-0-0
- CaCo3 3x1
- Asam folat 3x1
- Aspilet 2x80gr
- Aprovel 1x300gr
- Tensivask 0-0-1
- Ranitidin 2x1 tab
- Sistenol k/p
- Flukonazole 1x50 mg
Hasil Pemeriksaan Penunjang dan Laboratorium
AGD (3 Nov 2004) :
● PH : 7,4
● PCO2 : 19,3 mmHg (menurun)
● PO2 : 107,8 mmHg (meningkat)
● HCO3 : 11,5 mmol/l (menurun)
Urine : (4 Nov 2004)
· Warna : kuning jernih
· PH : 6,5
· BJ : 1,015
· Protein : +3
· Glukosa: +1
Darah (6 Nov 2004) :
· WBC : 11,29. 103/mm3 (meningkat)
· HGB : 8,6 g/dL (menurun)
· HCT : 24,7 % (menurun)
· MCV : 66,8 fL (menurun)
· MCH : 23,2 pg (menurun)
· MCHC : 34,8 g/dL
(7 Nov 2004)
· GDR : 283 mg/dL (meningkat)
· SGOT : 28,8 (meningkat)
· SGPT : 17,7
· BUN : 61,5 mg/dL (meningkat)
· Creat : 5,56 mg/dL (meningkat)
· TP : 4,69 g/dL (menurun)
· Alb : 1,73 g/dL (menurun)
· Osm : 271,5 mOs/kg (menurun)
· Na : 116 mmol/L (menurun)
· K : 2,19 mmol/L (menurun)
Mikrobiologi :
1. Darah : jenis kuman : Stapilococcus aureus
2. Pus : jenis jamur : Candida albicans
3. Urine midstream : jenis jamur : Candida albicans (angka kuman 107 cfu/ml)
VII. ANALISA DATA
NO | TGL/JAM | SYMPTOM | ETIOLOGI | PROBLEM |
1. 2. 3. 4. | 21 Juli 2011 21 Juli 2011 21 Juli 2011 21 Juli 2011 | DS : pasien mengatakan tidak bisa memenuhi kebutuhan sendiriDO : BAB dibantu keluarga dg kondisi diatas tempat tidur.DS : Pasien mengatakan kedua tangan dan kaki terasa bengkak. DO : Edema (+) pada kedua tangan · dan kaki · Albumin darah 2.4 gr/dl DS:Pasien mengatakan nyeri pada daerah ekstremitas dan punggung. DO:Pasien tampak meringis menahan nyeri. P : Nyeri saat tangan dan kaki digerakkan. Q :Nyeri seperti tertusuk-tusuk. R : Di kaki, tangan. S : Skala nyeri 8 T: Saat digerakkan Bising usus : 38x/ menit | Kelemahan fisik.Mekanisme pengaturan melemah Penurunan masukan oral, mual, anoreksia, | Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari.Kelebihan volume cairan Nyeri Resiko tinggi gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan |
NO | TGL/JAM | DIAGNOSA | PRIORITAS |
1. 2. 3. 4. | 21 Juli 2011 21 Juli 2011 21 Juli 2011 21 Juli 2011 | Kelebihan volume cairan berhubungan dengan mekanisme pengaturan melemah Nyeri berhubungan dengan proses perjalanan penyakit dan agen injury[M5] Gangguan pemenuhan kebutuhan b/d kelemahan fisik Resiko tinggi gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d Penurunan masukan oral, mual, anoreksia | Aktual Aktual Aktual Potensial |
RENCANA KEPERAWATAN
NO DP | TGL/JAM | TUJUAN DAN KRITERIA HASIL | INTERVENSI |
1. 2. 3. 4. | 21 Juli 2011 22 Juli 2011 23 Juli 2011 23 Juli 2011 | Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan kondisi cairan dalam tubuh tercukupi. Selama 1 x 24 jam perawatan di RS akan tercapai. Kriteria Hasil: Fluid Balance : 1. VS dbn 2. Balance cairan 24 jam nol 3. BB stabil 4. Hidrasi kulit baik 5. Membran mukosa lembab Selama 1x24 jam dilakukan perawatan di RS nyeri pasien berkurang Dengan krtiteria hasil : 1.Pasien mengatakan nyeri berkurang. 2. Skala nyeri 0-1 3. wajah pasien tampak rileks. Selama dilakukan perawatan 1 x 24 jam pasien mampu memenuhi kebutuhannya sendiri. Dengan kriteria hasil : 1.TTV dbn. 2.Pasien mampu melakukan aktivitas secara mandiri. Selama 1x24jm dilakukan perawatan, kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi. Dengan kriteria hasil: 1. Pasien dapat mencerna jumlah kalori dan nutrien yang tepat. 2.Berat badan stabil | Fluid Management : 1.Monitor BB tiaphari 2.Pertahankan catatan intake dan output cairan selama 24 jam, balance cairan 3.Monitor status hidrasi (membran mukosa, turgor kulit nadi, tekanan darah orthostatik 4.Monitor VS 5.Monitor nilai elektrolit albumin, osmolaritas. 1.Kaji skala nyeri 2.Kompres hangat pada daerah nyeri. 3.Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi 4.Kolaborsi medis pemberian analgesik. 1. Kaji TTV 2.Ajarkan pasien untuk melakukan ROM . 3.Monitor dan catat kemampuan mentoleransi aktivitas. 4.Kolaborasi dengan fisioterapi. 1.Timbang berat badan setiap hari. 2.Auskultasi bising usus dan nyeri abdomen. 3. Berikan insulin 1 unit sering pump 4.Observasi tanda-tanda hipoglikemi. 5.Kolaborasi pemeriksaan gula darah. 6.Kolaborasi dengan ahli gizi. |
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
NO DP | TGL/JAM | IMPLEMENTASI | EVALUASI | TTD NAMA |
1. 2 . 3. 4. | 22 Juli 2011 22 Juli 2011 23 Juli 2011 23 Juli 2011 | 1.Menimbang berat badan pasien, BB 60kg. 2.Memonitor TTV: TD: 170/108 mmHg HR: 120 x/menit RR: 15x/menit 2.Menghitung Balance cairan BC: + 500 cc 3. memonitor tanda hidrasi, mukosa sembab, piting edema + pada ektremitas atas dan bawah 4. kolaborasi analis untuk pemeriksaan elektrolit, albumin dan osmolaritas. 1.Mengkaji sekala nyeri pasien.skala nyeri 5 2.Melakukan kompres hangat di daerah nyeri 3.Mengajarkan teknik distraksi dan relaksasi. 4. Memberikan obat analgesik. Tramadol 1 ampul IV. 1. Mengukur TTV 2.Melatih ROM aktif. Mengajar kan pasien untuk menekuk kedua siku dan tungkai secara bergantian selama 2 menit. 3. Mencatat semua aktivitas pasien 4. mengadakan kolaborasi ahli fisioterapi 1.Menimbang BB pasien. BB 60 kg. 2.Mendengarkan bising usus + tak ada nyeri abdomen. 3.Memberian insulin 1 unit sering pump 4. Mengobservasi tanda - tanda hipoglikemi. Tak ditemukan tanda hipoglikemi 5.Melakukan kolaborasi analis pemeriksaan GDS hasil 200. 6.Melakukan kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan diet pasien | S : Pasien mengatakan bengkak terasa berkurang. O : TD = 170/108 mmHg HR : 120 x/menit RR: 15x/menit BC : + 500 cc A: masalah teratasi sebagian P: Lanjutkan intervensi.1, 2, 3,4 intervensi 5 hentikan sementara. Modifikasi intervensi 6. Kolaborasi medis pemberian albumin. S: Pasien mengatakan nyeri berkurang. O: skala nyeri : 5 A : Masalah teratasi sebagian. P: Lanjutkan intervensi.1,2,3,4 S : Pasien mengatakan masih lemah. O : Tampak pasien belum mampu menekuk siku maupun lutut A : Masalah belum teratasi. P : Lanjutkan intervensi.1,2,3,4 S : Pasiemn mengatakan nafsu makan berkurang. O : bising usus : 25x/menit. BB : 60kg GDS : 200 A : Masalah teratasi sebagian. P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4 Intervensi 5,6 sementara dihentikan . | |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar