BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Efusi Pleura adalah penumpukan cairan di dalam rongga pleura yang merupakan proses penyakit primer yang jarang terjadi, namun biasanya efusi pleura adalah penyakit sekunder akibat dari penyakit-penyakit lain (Baughman, 2000). Beberapa tanda dan gejala dari efusi pleura disebabkan penyakit yang mendasari. Di Indonesia tuberkulosis adalah penyebab utama dari efusi pleura (Amin, 1989). Ukuran efusi akan menentukan gejala keparahannya, efusi luas menunjukkan tanda dan gejala : sesak nafas, bunyi pekak atau datar pada saat perkusi di atas area yang berisi cairan, bunyi nafas minimal atau tak terdengar dan pergeseran trakheal menjauhi tempat yang sakit. Efusi ringan dispneu bisa tidak terjadi (Baughman, 2000). Apabila cairan efusi sudah terlalu banyak maka perlu segera cairan di keluarkan, tetapi hal ini juga akan mengakibatkan anemia dan mungkin pula shock vaskuler (Danusantoso, 2000).
Prognosis pada pada penderita efusi pleura umumnya adalah baik, sebagian besar penderita efusi pleura bisa sembuh. Pada efusi pleura yang ditakutkan adalah terjadinya infeksi sekunder dan juga terjadinya pleuritis karena dengan demikian kemunduran faal paru akan lebih parah lagi (Danusantoso, 2000). Sehingga diperlukan penanganan yang tepat. Peran perawat disini adalah untuk menjaga agar infeksi sekunder tidak terjadi.
Angka kejadian efusi pleura di rumah sakit umum Dr. Soetomo menduduki tempat ketiga pada tahun 1984 dari sepuluh penyakit terbanyak yang di rawat. Distribusi seks untuk efusi pleura pada umumnya wanita lebih banyak dari pria, sebaliknya yang disebabkan oleh TB paru pria lebih banyak dari wanita. Umur terbanyak untuk efusi peura karena TB adalah 21–30 tahun (30,26 %) (Amin, 1989).
Karena penyakit efusi pleura insidensi terbanyak pada usia 21-30 tahun, maka penilitian pada kasus efusi pleura pada anak jarang dilakukan. Salah satu contoh di ruang C1L2 (ruang anak) rumah sakit Dr. Kariadi Semarang selama bulan Januari – Agustus 2005 jumlah pasien anak dengan efusi pleura adalah sebanyak satu orang.
Asuhan keperawatan anak dengan efusi pleura mencakup dua hal penting yaitu asuhan keperawatan pada anak dan asuhan keperawatan pada pasien efusi pleura. Sehingga tidak hanya penyakit efusi pleura saja yang diobati tetapi perawat juga harus melakukan pengkajian pada tumbuh kembang anak agar resiko terhadap gangguan tumbuh kembang dapat terhindarkan.
Data di RS Dr. Kariadi bahwa pasien efusi pleura pada anak terdapat satu orang penderita. Pasien tersebut dari keluarga dengan sosial ekonomi dan tingkat pendidikan yang rendah sehingga resiko terhadap ketidakefektifan penatalaksanaan aturan pengobatan bisa terjadi. Sehingga peran perawat disini adalah memberikan informasi terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan penyakit efusi pleura.
Untuk itu penulis ingin lebih memahami bagaimana perawatan dan pengelolaan pasien anak dengan efusi pleura.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan laporan ini adalah :
1. Tujuan Umum :
Penulis mampu memahami asuhan keperawatan anak dengan efusi pleura secara benar.
2. Tujuan Khusus :
a. Membahas konsep dasar dari penyakit efusi pleura, meliputi pengertian, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan.
b. Mengidentifikasi masalah – masalah yang timbul pada pada pasien anak dengan efusi pleura serta mengetahui faktor penghambat dan pendukung dalam pemberian asuhan keperawatan.
c. Membahas cara perawatan dan penatalaksanaan pada asuhan keperawatan dalam mengelola pasien dengan efusi pleura.
d. Membahas upaya lain atau alternatif pemecahan masalah dalam asuhan keperawatan pasien dengan efusi pleura.
e. Meningkatkan kemampuan dalam memberikan pendidikan kesehatan untuk keluarga tentang perawatan anak dengan efusi pleura.
C. Sistematika Penulisan
Sistematika yang digunakan penulis dalam laporan ini adalah :
BAB I PENDAHULUAN
Pada pendahuluan ini berisi tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II KONSEP DASAR
Kosep dasar disini menjelaskan tentang pengertian, penyebab atau etiologi, patofisiologi atau pathway, manifestasi klinik, pemeriksaan penunjang, piƱatalaksanaan, konsep pertumbuhan dan perkembangan serta hospitalisasi, diagnosa keperawatan dan fokus intervensi.
BAB III RESUME KEPERAWATAN
Resume keperawata ini berisi tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan efusi pleura yang dilakukan secara nyata oleh penulis di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Kariadi Semarang yang meliputi pengkajian, identitas pasien, riwayat keperawatan, analisa data ( daftar masalah), diagnosa keperawatan, rencana tindakan sesuai dengan diagnosa keperawatan yang ditegakkan, pelaksanaan tindaka keperawatan dan catatan perkembangan.
BAB IV PEMBAHASAN
Membahas masalah yang muncul dalam bab III atau resume keperawatan dan dianalisa sesuai dengan konsep teori yang dikemukakan pada bab II serta pembahasan juga menyangkut masalah keperawatan yang ada tetapi tidak diangkat oleh peserta ujian dan faktor yang mendukung dan menghambat dalam pemecahan masalah tersebut.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Merupakan bagian akhir dari laporan yang berisi kesimpulan dan saran tentang isi laporan.
EFUSI PLEURA
PENDAHULUAN
Pleura adalah suatu lapisan ganda jaringan tipis yang terdiri dari : sel-sel mesotelial, jaringan ikat, pembuluh-pembuluh darah kapiler, dan pembuluh-pembuluh getah bening. Seluruh jaringan tesebut memisahkan paru-paru dari dinding dada dan mediastinum.
Pleura mempunyai bentuk anatomi yang kompleks serta resiko kelainan patologi yang besar. Hal ini terlihat pada rongga pleura yang sewaktu-waktu dapat terkena keadaan patologis yang serius seperti efusi karena infeksi, neoplasma, hemothoraks, kilothoraks, empyema dan adanya udara karena pneumothoraks.
PENGERTIAN
Merupakan istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan pada rongga pleura.
ETIOLOGI
Efusi pleura bukanlah suatu disease entity tapi merupakan gejala penyakit, diantaranya :
- Pleuritis karena virus dan mikoplasma
- Pleuritis karena bakteri piogenik
- Pleuritis tuberkulosa
- Pleuritis karena jamur
- Efusi pleura karena kelainan intra abdominal ( cirosis hepatis, syndrom Meig, dialisis peritoneal )
- Efusi pleura karena penyakit kolagen ( lupus eritematosus, artritis rheumatoid, skleroderma ).
- Efusi pleura karena gangguan sirkulasi ( gangguan kardiovaskuler, emboli pulmonal, hipoalbuminemia ).
- Efusi pleura karena neoplasma ( mesotelioma, karsinoma bronkhus, neoplasma metastatik, lymfoma maligna ).
- Efusi pleura karena sebab lain ( trauma, uremia, miksedema, limfodema, demam familial mediteranian, reaksi hipersensitif terhadap obat, sydrom dressler, sarkoidosis ).
PATOFISIOLOGI
Pleura terdiri dari dua lapisan yang berbeda yakni pleura visceralis dan pleura parietalis. Kedua lapisan pleura ini bersatu pada hilus paru. Dalam keadaan normal seharusnya tidak ada rongga kosong antara kedua pleura tersebut, karena biasanya disana hanya terdapat sedikit ( 10 – 20 cc ) cairan yang merupakan lapisan tipis serosa dan selalu bergerak secara teratur. Cairan yang sedikit ini merupakan pelumas antara kedua pleura, sehingga mereka mudah bergeser satu sama lainnya. Dalam keadaan patologis rongga antara kedua pleura ini dapat terisi dengan beberapa liter cairan atau udara.
Diketahui bahwa cairan masuk kedalam rongga melalui pleura parietal dan selanjutnya keluar lagi dalam jumlah yang sama melalui membran pleura visceralis lewat sistem limfatik dan vaskuler. Pergerakan cairan dari pleura parietal ke pleura visceral dapat terjadi karena adanya perbedaan tekanan hidrostatik dan tekanan koloid osmotik. Cairan kebanyakan di absorpsi oleh sistem limfatik dan hanya sebagian kecil yang diabsorpsi oleh sistem kapiler pulmonal. Hal yang memudahkan penyerapan cairan pada pleura visceralis adalah terdapatnya banyak mikrofili di sekitar sel-sel mesothelial.
Efusi pleura sebagai komplikasi dari TB paru terjadi melalui fokus sub pleura yang robek atau melalui aliran getah bening. Sebab lain dapat juga dari robeknya perkejuan ke arah saluran getah bening yang menuju rongga pleura, iga, atau kolumna vertebralis. Dapat juga secara hematogen dan menimbulkan efusi pleura bilateral. Cairan efusi biasanya serous, kadang-kadang hemoragik. Jumlah leukosit antara 500 – 2000 / cc. Cairan efusi sangat sedikit mengandung kuman tuberkulosis. Timbulnya cairan efusi bukanlah karena adanya bakteri tuberkulosis, tapi karena reaksi hipersensitifitas terhadap tuberkulo protein. Pada dinding pleura dapat ditemukan adanya granuloma.
TANDA DAN GEJALA
Manifestasi klinik efusi pleura akan tergantung dari jumlah cairan yang ada serta tingkat kompresi paru. Jika jumlah efusinya sedikit (misalnya < 250 ml), mungkin belum menimbulkan manifestasi klinik dan hanya dapat dideteksi dengan X-ray foto thorakks. Dengan membesarnya efusi akan terjadi restriksi ekspansi paru dan pasien mungkin mengalami :
- Dispneu bervariasi
- Nyeri pleuritik biasanya mendahului efusi sekunder akibat penyakit pleura
- Trakea bergeser menjauhi sisi yang mengalami efusi
- Ruang interkostal menonjol (efusi yang berat)
- Pergerakan dada berkurang dan terhambat pada bagian yang terkena
- Perkusi meredup di atas efusi pleura
- Egofoni di atas paru-paru yang tertekan dekat efusi
- Suara nafas berkurang di atas efusi pleura
- Fremitus vokal dan raba berkurang
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Diagnosis kadang-kadang dapat ditegakkan secara anamnesis dan pemeriksaan fisik saja. Tapi kadang-kadang perlu pemeriksaan tambahan seperti sinar tembus dada. Untuk diagnosis yang pasti perlu dilakukan tindakan thorakosentesis dan pada beberapa kasus dilakukan biopsi pleura.
Pemeriksaan diagnostic pada radiologic permulaan didapati menghilangnya sudut kostofrenik. Bila cairan lebih 300 ml, akan tampak cairan dengan permukaan melengkung. Dan terjadi pergeseran dimediatinum.
PENATALAKSANAAN MEDIS
Thorako centesis
Jarum ditusukkan ke rongga interkostal sekitar permukaan atas dari iga bawah, diantara linea aksilaris anterior dan posterior, pada sela iga ke-8. Didapati cairan yang mungkin serosa (serotorak), berdarah (hemotoraks), pus (piotoraks), atau kilus (kilotoraks). Bila cairan serosa mungkin berupa transudat (hasil bendungan) atau eksudat (hasil radang). Untuk mengetahui tampilan, sitologi, kejernihan, warna, berat jenis. Cairan yang dialirkan tidak lebih dari 100 ml atau kurang jika pasien menunjukkan tanda-tanda respiratori disstres.
Torakosentesis dilakukan untuk membuang cairan, untuk mendapatkan spesimen guna keperluan analisis dan untuk menghilangkan dispneu.
Water seal drainage (WSD)
PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN EFUSI PLEURA
Diagnosa keperawatan dan masalah-masalah kolaboratif
Tujuan umum perawatan pasien dengan efusi pleura adalah untuk mempertahankan suhu tubuh normal, mengurangi kelelahan, dan membantu pola pernafasan efektif.
1. Hiperthermia sehubungan dengan infeksi pleura sekunder efusi pleura.
Kriteria evaluasi : temperatur pasien normal, tidak ada tekanan rongga pleura, cairan serosa pada rongga pleura < 20 ml.
Tindakan/intervensi :
Cek ulang hasil cairan pleura (warna, grafittasi spesifik, protein, sel leukosit, sel eritrosit, glukosa dan LDH), rontgent dada, ultra sonografi, atau CT Scan.
Tinggikan kepala dari tempat tidur untuk mempermudah pasien bernafas.
Berikan dorongan kepada pasien untuk makan tinggi protein dan tinggi karbohidrat.
Monitor suhu setiap 2 jam atau bila perlu untuk mengevaluasi adanya infeksi.
Melaksanakan pemberian infus cairan untuk mempertahankan kecukupan cairan dan volume sirkulasi sesuai instruksi medis.
Memberikan antibiotik sesuai instruksi medis.
Memberikan antipiretik sesuai instruksi medis.
2. Kelelahan sehubungan dengan dispnea atau nyeri pleura
Kriteria evaluasi : pasien mampu mempertahankan kegiatan sehari-hari tanpa lelah.
Tindakan/intervensi :
Monitor/awasi ketahanan aktivitas pasien, tekanan darah dalam batas normal, respirasi rate 12 – 20 BPM, dan heart rate > 20 BPM dari rata-rata normal pasien.
Evaluasi keadaan yang menambah rasa lelah pasien.
Beri waktu istirahat sebelum dan sesudah kegiatan.
Beri obat analgetik sebelum meningkatkan kegiatan fisik untuk mengurangi rasa nyeri pleuritik.
Perintahkan pasien untuk melaporkan perasaan lelah yang tidak biasa.
3. Kecemasan sehubungan dengan respiratori disstres, kelelahan, atau nyeri.
Kriteria evaluasi : secara verbal pasien mengungkapkan hilangnya rasa cemas dan memperlihatkan posisi rileks.
Tindakan/intervensi :
Motivasi pasien untuk mengenali rasa cemas dan kapan terjadinya.
Evaluasi perilaku koping pasien dan keluarga serta cara mengtasi secara efektif pada penyakitnya sekarang.
Monitor respon perilaku pasien terhdap masuknya selang dada.
Ajarkan strategi untuk mengurangi kecemasan: meditasi, dan relaksasi progresif.
Ajarkan pasien tentang tujuan prosedur infasif dan dorong pasien mengikuti prosedur.
4. Pola pernafasan tidak efektif sehubungan dengan penurunan ekspansi paru sekunder karena peningkatan cairan pleura.
Kriteria evaluasi : pasien mempertahankan pola pernafasan efektif, ditandai dengan RR < 30 BPM, HR < 100 BPM, tidak ada tachipnea atau dispnea, gerak dada simetris, tidak ada nyeri dada, selang dada dan aliran stabil, ekspansi paru penuh dan tidak ada suara nafas yang adventisius.
Tindakan/intervensi :
Cek ulang hasil gas darah arteri dan rontgen dada.
Batasi aktifitas fisik, tidur bed rest selama pasien mengalami nyeri dada.
Laporkan penemuan klinik yang menunjukkan pola pernafasan tidak efektif sekunder karena penmpukan cairan di rongga pleura: nafas pendek, dispnea, sianosis, distensi vena jugularis, pengurangan atau tidak adanya suara nafas, pleural friktion rub, kenaikan suhu, dan batuk.
Anjurkan pasien menggunakan spirometri insentif untuk membantu ekspansi paeru dan mencegah atelektasis.
Sangga dada pasien saat batuk untuk mengurangi nyeri
Berikan infus cairan intra vena untuk mempertahankan kecukupan cairan sesuai intruksi medis
Berikan oksigen 2 – 4 liter / menit melalui nasal kateter atau masker untuk mempertahankan tekanan oksigen arteri partial ( PaO2 ) >70 mm Hg sesuai intruksi medis.
Berikan antibiotik jika terjadi infeksi sesuai intruksi medis
Berikan antipiretik jika pasien demam sesuai intruksi medis
Ajarkan pasien batuk dan nafas dalam setiap 2 – 4 jam
Minta pasien untuk menujukkan latihan renge of motion pada seluruh ekstremitas setiap 2 – 4 jam
Perencanaan pulang
Perawat harus memberitahu pasien tentang hal-hal yang penting secara verbal / tertulis sebagai berikut :
1. Tanda dan gejala yang perlu diperhatikan : kesulitan bernafas, nyeri dada, peningkatan suhu, atau batuk menetap.
2. Dosis pengobatan, jadwal, petunjuk dan efek samping pengobatan
3. Perlunya mentaati seluruh anjuran setelah keluar dari Rumah Sakit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar