BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesahatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal (DepKes RI, 1999). Untuk mewujudkan harapan tersebut dilakukan berbagai upaya program diantaranya adalah pemberdayaan dan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat terhadap seluruh kelompok masyarakat sesuai dengan siklus kehidupan manusia yang dimulai saat di kandungan sampai pada tahap usia lanjut.
Berdasarkan analisis masalah kesehatan penyakit menular di kota Depok didapatkan data bahwa penyakit hipertensi mengalami peningkatan kasus setiap tahunnya. Prevalensi penyakit hipertensi berdasarkan hasil penelitian Badan Litbankes Depkes RI dengan sampel satu kelurahan diperoleh angka kejadian hipertensi adalah 25,6% (Dinkes Depok, 2005). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Meilianingsih (2004) didapatkan bahwa dari 98 usia lanjut di Kelurahan Kemiri Muka 54,3% usia lanjut menderita penyakit hipertensi. Langkah awal yang dilakukan pada agregat usia lanjut di Kelurahan Depok adalah melakukan penapisan terhadap usia lanjut terkait dengan penyakit hipertensi. Berdasarkan angket yang telah disebarkan dari 155 kuesioner, usia lanjut yang menderita penyakit hipertensi sebanyak 55 orang atau 35,5 %.
Hipertensi merupakan penyakit kegagalan pembuluh darah dalam mengatur kelenturan sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan dalam pembuluh darah, dan hal ini terjadi pada usia lanjut karena adanya proses degenerasi. Selain dari adanya proses degenerasi hipertensi pada umumnya disebabkan oleh karena adanya gaya hidup yang kurang sehat seperti stress, merokok, kurang berolah raga, pola makan yang kurang baik (Ikram, http://www.infokes.com, diperoleh tanggal 7 Oktober 2006).
Lanjut usia yang menderita penyakit hipertensi mempunya risiko terhadap terjadinya komplikasi seperti stroke, gagal ginjal serta penyakit jantung koroner. Oleh sebab itu, diperlukan upaya untuk menangani penyakit hipertensi tersebut agar dapat meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh penyakit tersebut. Upaya yang dapat dilakukan adalah upaya promotif dan preventif yaitu olah raga, manajemen stress, diet makanan, dan pengobatan. Perawat komunitas dapat melakukan salah satu upaya untuk meningkatkan kesehatan usia lanjut dengan hipertensi dan memandirikan keluarga dan masyarakat dalam memelihara kesehatannya melalui pendidikan kesehatan dan memberikan ketrampilan kepada keluarga mengenai diet makanan yang dapat mengendalikan hipertensi yang disebut DASH atau Dietary Approach to Stop Hipertention. Penanganan masalah hipertensi melalui DASH ini diperlukan kerjasama dengan lanjut usia dan keluarga serta masyarakat agar mampu secara mandiri dalam mencegah dan mengatasi penyakit tersebut.
Pelaksanaan program terhadap upaya pemberdayaan dan memandirikan masyarakat dilaksanakan secara multidisiplin, lintas sektor, dan lintas program. Namun demikian sebelum dilaksanakannya suatu program tertentu diperlukan sumber informasi yang
berasal dari masyarakat, sehingga dapat diketahui kebutuhan dari masyarakat setempat. Pelaksanaan penanganan masalah kesehatan pada usia lanjut dengan hipertensi di Kelurahan Depok akan dilakukan bersama-sama dengan masyarakat setempat secara bertahap.
Berdasarkan permasalahan di atas, maka perlu dilakukan pertemuan dengan berbagai pihak secara lintas sector dan lintas program, untuk mengidentifikasi masalah maupun menyusun rencana penyelesaian berdasarkan masalah yang telah teridentifikasi.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tercapainya kesepakatan tentang program kerja penyelesaian masalah untuk usia lanjut dengan hipertensi di Kelurahan Depok Kecamatan Pancoran Mas.
2. Tujuan Khusus
a. Terlaksananya desiminasi hasil pengkajian terhadap usia lanjut dengan hipertensi di Kelurahan Depok Kecamatan Pancoran Mas.
b. Tersusunnya program kerja penyelesaian masalah untuk usia lanjut dengan hipertensi di Kelurahan Depok Kecamatan Pancoran Mas.
c. Terbentuknya kerjasama dengan masyarakat Kelurahan Depok Kecamatan Pancoran Mas.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA AGREGAT USIA LANJUT DENGAN HIPERTENSI
Asuhan keperawatan komunitas pada agregat usia lanjut dengan hipertensi yang dilakukan di Kelurahan Depok menggunakan pendekatan proses keperawatan dengan mengunakan framework atau model konseptual keperawatan yang berfokus terhadap analisis kemandirian untuk usia lanjut dengan hipertensi adalah model konseptual self care. Model konseptual tersebut mempunyai pandangan bahwa keperawatan diperlukan untuk mempertahankan kebutuhan perawatan diri bagi individu, keluarga dan masyarakat yang tidak mampu melakukannya.
Perawat membantu klien untuk mempertahankan kebutuhan perawatan diri dengan memberikan bimbingan, pengarahan, dan ketrampilan secara individual maupun kelompok sehingga usia lanjut yang menderita hipertensi mampu mandiri secara bertahap dalam mengelola penyakitnya. Perawat komunitas mempunyai kontribusi yang besar dalam meningkatkan status kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat (Anderson, 2000).
Penyakit hipertensi merupakan penyakit kronis memerlukan penanganan yang terus menerus dan berkesinambungan, maka perawat dalam melakukan upaya promosi kesehatan dapat menggunakan model Health Belief Model. Model ini digunakan untuk memprediksi perilaku kesehatan preventif dan untuk menjelaskan perilaku peran orang sakit terutama pada penyakit kronis, seperti hipertensi, diabetes mellitus, penyakit ginjal, penyakit paru dan paraplegia (Bastable, 1997). Kedua konsep model telah dilakukan secara terintegrasi sehingga dapat dijelaskan sebagai berikut :
A. Pengkajian
Berdasarkan hasil pengisian angket penapisan pada usia lanjut didapatkan hasil sebagai berikut :
Grafik 1. Distribusi Tekanan Darah Usia Lanjut di Kelurahan Depok
Bulan Nopember Tahun 2006
Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa dari 155 orang usia lanjut yang mengalami hipertensi sebanyak 55 orang, dan sebagian besar mempunyai tekanan darah yang normal yaitu sebanyak 70 orang
Grafik 2. Distribusi Keluhan Usia Lanjut dengan Hipertensi di Kelurahan Depok Bulan Nopember Tahun 2006
Selanjutnya dari 55 usia lanjut yang mengalami hipertensi dapat disajikan data sebagai berikut :
1. Data Demografi
a. Umur
Tabel 1. Distribusi Umur Usia Lanjut dengan Hipertensi di Kelurahan Depok Bulan Nopember Tahun 2006
Variabel | Mean Median | SD | Min-Mak |
Umur | 67,22 66 | 8,6 | 56 - 90 |
Hasil analisis didapatkan bahwa rata-rata umur usia lanjut dengan hipertensi adalah 67,22 tahun, median 66 tahun dengan standar deviasi 8,6 tahun
b. Jenis kelamin
Diagram 1. Distribusi Jenis Kelamin Usia Lanjut dengan Hipertensi di Kelurahan Depok Bulan Nopember Ttahun 2006
Berdasarkan diagram di atas dapat diketahui bahwa jenis kelamin usia lanjut yang menderita hipertensi adalah wanita yaitu 80% sisanya adalah laki-laki sebanyak 20%
c. Agama
Diagram 2. Distribusi Agama Usia Lanjut dengan Hipertensi di Kelurahan Depok Bulan Nopember Tahun 2006
Mayoritas agama yang dianut usia lanjut adalah agama Islam yaitu 92,7%
d. Suku
Grafik 3. Distribusi Suku Usia Lanjut dengan Hipertensi di Kelurahan Depok Bulan Nopember Tahun 2006
Suku bangsa dari usia lanjut dengan hipertensi adalah suku Betawi yaitu 75% dan Jawa 16%, sisanya adalah suku Sunda dan Batak.
e. Status perkawinan
Tabel 2. Distribusi Status Perkawinan Usia Lanjut dengan Hipertensi di Kelurahan Depok Bulan
Nopember Tahun 2006
Status perkawinan responden | Jumlah | Persentase |
Kawin Janda Duda | 39 14 2 | 70,9 25,5 3,6 |
Jumlah | 55 | 100 |
Tujuh puluh satu persen usia lanjut berstatus kawin, janda 25 % dan duda 3,6%.
f. Pendidikan
Diagram 3. Distribusi Pendidikan Usia Lanjut dengan Hipertensi di Kelurahan Depok Bulan Nopember Tahun 2006
Diagram di atas menunjukkan bahwa mayoritas pendidikan usia lanjut dengan hipertensi adalah tidak sekolah sebanyak 36,4%, SD 40%, sedangkan pendidikan SMP dan SLTA berturut-turut sebanyak 10,9% dan 12,7 %.
g. Pekerjaan
Tabel 2. Distribusi Pekerjaan Usia Lanjut dengan Hipertensi di Kelurahan Depok Bulan Nopember Tahun 2006
Pekerjaan responden | Jumlah | Persentase |
Tidak bekerja Pensiunan Swasta | 40 11 4 | 72,7 20 7,3 |
Jumlah | 55 | 100 |
Sebagian besar responden adalah tidak bekerja dan mendapatkan pensiunan yaitu masing-masing sebesar 72,7% dan 20%.
2. Data Kesehatan Usia lanjut, meliputi :
a. Penyakit yang pernah diderita usia lanjut :
Tabel 3. Distribusi Penyakit yang diderita Usia Lanjut dengan Hipertensi di Kelurahan Depok Bulan Nopember
Tahun 2006
Penyakit yang diderita responden | Jumlah | Persentase |
Hipertensi Hipertensi+ penyakit lain | 39 16 | 70,9 29,1 |
Jumah | 55 | 100 |
Tampak pada tabel di atas bahwa usia lanjut yang menderita hipertensi dan penyakit lain adalah 29,1% diantaranya adalah penyakit rematik, DM dan stroke. Sedangkan 70,9% usia lanjut menderita hipertensi tanpa diikuti dengan keluhan yang lain.
b. Pengobatan yang dilakukan untuk mengatasi penyakit :
1) Obat yang diminum
Tabel 4. Distribusi obat hipertensi yang di minum Usia Lanjut dengan Hipertensi di Kelurahan Depok
Bulan NopemberTahun 2006
Adakah obat hipertensi yang di minum | Jumlah | Persentase |
Tidak Ya | 20 35 | 36,4 63,6 |
Jumah | 55 | 100 |
Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa 63,6% usia lanjut yang mengalami hipertensi menyatakan ada obat hipertensi yang harus di minum, selebihnya menyatakan tidak ada obat hipertensi yang di minum yaitu 36,4%.
2) Keteraturan berobat
Tabel 5. Distribusi Keteraturan Minum Obat pada Usia Lanjut dengan Hipertensi di Kelurahan Depok
Bulan NopemberTahun 2006
Keteraturan minum obat | Jumlah | Persentase |
Tidak Ya | 35 20 | 63,6 36,4 |
Jumah | 55 | 100 |
Selanjutnya didapatkan data pula bahwa 63,6% usia lanjut juga tidak teratur minum obat, berdasarkan wawancara pada beberapa usia lanjut dengan hipertensi menyatakan bahwa obat di minum bila tekanan darahnya pada saat pemeriksaan tinggi, selanjutnya jika obat habis sudah tidak minum lagi.
3) Pengobatan alternatif
Tabel 6. Distribusi Penggunaan Pengobatan Alternatif pada Usia Lanjut dengan Hipertensi di Kelurahan Depok
Bulan NopemberTahun 2006
Pengobatan alternatif | Jumlah | Persentase |
Tidak Ya | 37 18 | 67,3 32,7 |
Jumah | 55 | 100 |
Enam puluh tujuh persen usia lanjut menyatakan tidak menggunakan pengobatan alternatif, sedangkan 32,7% menggunakan pengobatan alternatif seperti merebus daun salam, membuat jus mentimun.
c. Kebiasaan sehari-hari yang dilakukan responden meliputi :
1) Minum kopi :
Tabel 7. Distribusi Kebiasaan Minum Kopi pada Usia Lanjut dengan Hipertensi di Kelurahan Depok
Bulan NopemberTahun 2006
Minum kopi | Jumlah | Persentase |
Tidak Kadang-kadang Ya | 40 11 4 | 72,7 20 7,3 |
Jumah | 55 | 100 |
Dari tabel 7, diketahui bahwa sebagian besar usia lanjut dengan hipertensi 72,7% menyatakan tidak minum kopi, namun ada beberapa (20%) yang kadang-kadang masih minum kopi, dan 7,3% masih minum kopi.
2) Minum teh
Tabel 8. Distribusi Kebiasaan Minum Teh pada Usia Lanjut dengan Hipertensi di Kelurahan Depok Bulan NopemberTahun 2006
Minum teh | Jumlah | Persentase |
Tidak Kadang-kadang Ya | 25 21 9 | 45,5 38,2 16,4 |
Jumah | 55 | 100 |
Dari tabel 7, diketahui bahwa sebagian besar usia lanjut dengan hipertensi 45,5% menyatakan tidak minum teh, 38,2% kadang-kadang minum teh, dan 16,4% yang rutin minum teh.
3) Minuman kaleng
Tabel 9. Distribusi Kebiasaan Minum Minuman Kaleng pada Usia Lanjut dengan Hipertensi di Kelurahan Depok
Bulan NopemberTahun 2006
Minuman kaleng | Jumlah | Persentase |
Tidak Kadang-kadang Ya | 53 2 0 | 96,4 3,6 0 |
Jumah | 55 | 100 |
Kebiasaan minum minuman kaleng seperti cola, mizone dan sebagainya 96,4% usia lanjut menyatakan tidak pernah minum, sedangkan 3,6% kadang-kadang masih minum.
4) Makanan tinggi lemak
Tabel 10. Distribusi Kebiasaan Makan Makanan Tinggi Lemak pada Usia Lanjut dengan Hipertensi di Kelurahan Depok
Bulan NopemberTahun 2006
Makanan tinggi lemak | Jumlah | Persentase |
Tidak Kadang-kadang Ya | 25 22 8 | 45,5 40 14,5 |
Jumah | 55 | 100 |
Berdasarkan tabel di atas usia lanjut yang mengalami hipertensi 45,5 % menyatakan sudah tidak makan makanan yang mengandung lemak, sedangkan 40% menyatakan masih makan makanan yang tinggi lemak walaupun kadang-kadang, dan 14,5% menyatakan masih makan makanan yang mengandung lemak seperti makanan bersantan, jerohan, lauk yang digoreng setiap hari.
5) Makanan asin
Tabel 11. Distribusi Kebiasaan Makan Makanan Asin pada Usia Lanjut dengan Hipertensi di Kelurahan Depok
Bulan NopemberTahun 2006
Makanan asin | Jumlah | Persentase |
Tidak Kadang-kadang Ya | 30 21 4 | 54,5 38,2 7,3 |
Jumah | 55 | 100 |
Lebih dari 50% usia lanjut sudah tidak makan makanan yang asin, seperti ikan asin, sosis dan sebagainya, namun 38,2 % kadang-kadang masih mengkonsumsi makanan yang asin dan sebagian kecil suka makanan yang asin atau gurih.
6) Kebiasaan olah raga
Tabel 11. Distribusi Kebiasaan Melakukan Olah Raga pada Usia Lanjut dengan Hipertensi di Kelurahan Depok
Bulan NopemberTahun 2006
Melakukan olah raga | Jumlah | Persentase |
Tidak Kadang-kadang Ya | 30 12 13 | 54,5 21,8 23,6 |
Jumah | 55 | 100 |
Usia lanjut dengan hipertensi, sesuai tabel di atas, 54,5% tidak melakukan olah raga, sedangkan 21,8% kadang-kadang mengikuti senam di wilayahnya, dan yang melakukan olah raga 23,6%
d. Penyelesaian masalah
1) Keterlibatan usia lanjut dalam menyelesaikan masalah
Diagram 4. Distribusi Keterlibatan Usia Lanjut dalam Menyelesaikan Masalah di Kelurahan Depok
Bulan Nopember Tahun 2006
Sesuai data di atas dapat diketahui bahwa setengah (50,9%) usia lanjut sudah tidak terlibat menyelesaikan masalah di dalam keluarganya, 27,3% masih terlibat dan yang kadang-kadang terlibat 21,8%.
2) Usia lanjut mengungkapkan masalah kepada keluarga
Diagram 5. Distribusi Pengungkapkan masalah pada Usia Lanjut dengan Hipertensi di Kelurahan Depok
Bulan Nopember Tahun 2006
Berdasarkan diagram 5 dapat dilihat bahwa 36,4% usia lanjut mengungkapkan permasalahannya kepada keluarga, 40 % kadang-kadang mengungkapkan dan yang tidak adalah 23,6%.
3) Cara mengatasi stress usia lanjut
Tabel 12. Distribusi Cara Mengatasi Stress pada Usia Lanjut dengan Hipertensi di Kelurahan Depok
Bulan Nopember Tahun 2006
Cara mengatasi stress | Jumlah | Persentase |
Diam Diungkapkan | 23 32 | 41,8 58,2 |
Jumah | 55 | 100 |
Cara mengatasi masalah pada usia lanjut 58,2% diungkapkan secara langsung sedangkan, 41,8% usia lanjut diam atau dibiarkan saja.
e. Halangan yang dirasakan untuk tindakan pencegahan
Tabel 13. Distribusi Halangan yang Dirasakan untuk Tindakan Pencegahan pada Usia Lanjut dengan Hipertensi di Kelurahan Depok
Bulan Nopember Tahun 2006
Halangan | Jumlah | Persentase |
Tidak Ya | 32 23 | 58,2 41,8 |
Jumah | 55 | 100 |
Dari tabel 13, usia lanjut menyatakan bahwa untuk tindakan pencegahan terhadap penyakit hipertensi dirasakan tidak ada halangan sebesar 58,2% dan yang menyatakan ada halangan adalah 41,8 %. Halangan yang dirasakan sebagian besar adalah untuk olah raga, mengurangi asin, kontrol tekanan darah secara teratur dan pengobatan.
f. Pengetahuan tentang penyakit hipertensi
Grafik 4. Distribusi Pengetahuan tentang Penyakit Hipertensi pada
Usia Lanjut dengan Hipertensi di Kelurahan Depok
Bulan Nopember Tahun 2006
Dari grafik 4, dapat dilihat bahwa pengetahuan usia lanjut mengenai penyakit hipertensi sebagian besar masih kurang yaitu 50,9%, cukup 25,5% dan baik 23,6%.
g. Pernah mendapakan penyuluhan /informasi tentang penyakit hipertensi
Tabel 14. Distribusi Informasi tentang Penyakit Hipertensi pada Usia Lanjut dengan Hipertensi di Kelurahan Depok
Bulan NopemberTahun 2006
Informasi | Jumlah | Persentase |
Tidak Ya | 30 25 | 54,5 45,5 |
Jumah | 55 | 100 |
Pada tabel 14, diketahui bahwa 54,5 % usia lanjut tidak pernah mendapatkan informasi tentang penyakit hipertensi, dan 45,5% pernah mendapatkan informasi saat melakukan pemeriksaan.
h. Status fungsional
Grafik 5. Distribusi Status Fungsional / Kemandirian pada Usia Lanjut dengan Hipertensi di Kelurahan Depok
Bulan Nopember Tahun 2006
Status fungsional atau tingkat kemandirian usia lanjut dengan hipertensi 78,2% adalah masih mandiri dalam memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari, sedangkan yang kurang mandiri atau memerlukan pengawasan untuk melakukan aktivitas instrumental adalah 12,7%, dan yang tidak mandiri dalam memenuhi kebutuhan dasar dan instrumental adalah 9%.
B. Analisis Data
Berdasarkan data yang telah dipaparkan, maka dapat dilakukan analisis data untuk mengetahui mengenai masalah yang ditemukan pada komunitas usia lanjut dengan hipertensi. Hasil analisis dapat dijelaskan sebagai berikut :
No | Data | Masalah |
1 | · pengetahuan usia lanjut mengenai penyakit hipertensi sebagian besar masih kurang yaitu 50,9%, cukup 25,5% dan baik 23,6%. · 40% menyatakan masih makan makanan yang tinggi lemak walaupun kadang-kadang, dan 14,5% menyatakan masih makan makanan yang mengandung lemak seperti makanan bersantan, jerohan, lauk yang digoreng setiap hari. · 63,6% usia lanjut juga tidak teratur minum obat, berdasarkan wawancara pada beberapa usia lanjut dengan hipertensi menyatakan bahwa obat di minum bila tekanan darahnya pada saat pemeriksaan tinggi, selanjutnya jika obat habis sudah tidak minum lagi. · 38,2 % kadang-kadang masih mengkonsumsi makanan yang asin dan sebagian kecil suka makanan yang asin atau gurih. · 54,5% tidak melakukan olah raga, sedangkan 21,8% kadang-kadang mengikuti senam di wilayahnya · 41,8 % usia lanjut merasakan ada halangan untuk melakukan pencegahan untuk olah raga, mengurangi asin, kontrol tekanan darah secara teratur dan pengobatan. | Risiko peningkatan gangguan perfusi cerebrovaskuler Ketidakpatuhan dalam melakukan diet makanan Ketidakpatuhan dalam pengobatan Ketidakpatuhan dalam melakukan olahraga |
2 | · 27,3% masih terlibat dan yang kadang-kadang terlibat 21,8%. · 40 % kadang-kadang mengungkapkan permasalahan dan yang tidak adalah 23,6%. · 41,8% usia lanjut apabila ada masalah adalah diam atau dibiarkan saja. | Resiko ketidakefektifan koping |
3 | · Status fungsional atau tingkat kemandirian usia lanjut dengan hipertensi 78,2% adalah masih mandiri dalam memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari. · 45,5% pernah mendapatkan informasi tentang penyakit hipertensi saat melakukan pemeriksaan fasilitas pelayanan kesehatan baik di posbindu, puskesmas atau di RS. · tindakan pencegahan terhadap penyakit hipertensi dirasakan tidak ada halangan sebesar 58,2%. | Potensial peningkatan kesehatan pada usia lanjut dengan hipertensi |
C. Rumusan Diagnosa Keperawatan Komunitas
1) Resiko peningkatan gangguan perfusi cerebrovaskuler pada usia lanjut dengan hipertensi di wilayah Kelurahan Depok berhubungan dengan ketidakpatuhan usia lanjut dalam pengelolaan penyakit hipertensi ditandai dengan pengetahuan usia lanjut mengenai penyakit hipertensi sebagian besar masih kurang yaitu 50,9%, dan cukup 25,5%, 40% menyatakan masih makan makanan yang tinggi lemak walaupun kadang-kadang, dan 14,5% menyatakan masih makan makanan yang mengandung lemak seperti makanan bersantan, jerohan, lauk yang digoreng setiap hari. 63,6% usia lanjut juga tidak teratur minum obat, berdasarkan wawancara pada beberapa usia lanjut dengan hipertensi menyatakan bahwa obat di minum bila tekanan darahnya pada saat pemeriksaan tinggi, selanjutnya jika obat habis sudah tidak minum lagi. 38,2 % kadang-kadang masih mengkonsumsi makanan yang asin dan sebagian kecil suka makanan yang asin atau gurih. 54,5% tidak melakukan olah raga, sedangkan 21,8% kadang-kadang mengikuti senam di wilayahnya. 41,8 % usia lanjut merasakan ada halangan untuk melakukan pencegahan untuk olah raga, mengurangi asin, kontrol tekanan darah secara teratur dan pengobatan.
2) Resiko ketidakefektifan koping pada usia lanjut dengan hipertensi di wilayah Kelurahan Depok berhubungan dengan kurangnya pengetahuan pengelolaan stress ditandai dengan 40 % kadang-kadang mengungkapkan permasalahan dan yang tidak adalah 23,6%. 41,8% usia lanjut apabila ada masalah adalah diam atau dibiarkan saja.
3) Potensial peningkatan kesehatan pada usia lanjut dengan hipertensi di wilayah Kelurahan Depok berhubungan dengan dukungan sosial ditandai dengan status fungsional atau tingkat kemandirian usia lanjut dengan hipertensi 78,2% adalah mandiri, 45,5% pernah mendapatkan informasi tentang penyakit hipertensi saat melakukan pemeriksaan fasilitas pelayanan kesehatan baik di posbindu, puskesmas atau di RS, tindakan pencegahan terhadap penyakit hipertensi dirasakan tidak ada halangan sebesar 58,2%.
D. Perencanaan
1. Prioritas masalah
Langkah awal dalam melakukan perencanaan adalah memprioritaskan diagnosa keperawatan dengan menggunakan ranking dari semua diagnosa yang telah ditemukan. Tujuan dari prioritas masalah adalah untuk mengetahui diagnosa keperawatan komunitas yang mana yang akan diselesaikan terlebih dahulu bersama agregat usia lanjut dengan hipertensi.
Prioritas untuk diagnosa komunitas pada agregrat usia lanjut dengan hipertensi di wilayah Kelurahan Depok adalah sebagai berikut :
Diagnosa keperawatan pada agregrat usia lanjut dengan hipertensi | Pentingnya penyelesaian masalah 1 : rendah 2 : sedang 3 : tinggi | Perubahan positif untuk penyelesaian di komunitas 0 : tidak ada 1 : rendah 2 : sedang 3 : tinggi | Penyelesaian untuk Peningkatan kualitas hidup 0 : tidak ada 1 : rendah 2 : sedang 3 : tinggi | Total score |
Risiko peningkatan gangguan perfusi cerebrovaskuler pada usia lanjut dengan hipertensi | 3 | 2 | 3 | 8 |
Risiko ketidakefektifan koping pada usia lanjut dengan hipertensi | 2 | 2 | 2 | 5 |
Potensial peningkatan kesehatan pada usia lanjut dengan hipertensi | 1 | 1 | 1 | 3 |
Kesimpulan : masalah komunitas yang menjadi prioritas adalah risiko peningkatan gangguan perfusi cerebrovaskuler pada usia lanjut dengan hipertensi dan yang akan dilakukan implementasi berupa pendidikan kesehatan dan ketrampilan untuk mengatasi permasalahan pada kelompok usia lanjut, kelompok berisiko, dan keluarga, maka risiko terjadinya peningkatan gangguan perfusi cerebrovaskuler pada usia lanjut dengan hipertensi di wilayah Kelurahan Depok dapat dicegah.
- Rencana Tindakan
No | Diagnosa keperawatan | Tujuan | Rencana tindakan | Evaluasi | ||||
Umum | Khusus | Strategi | Intervensi | Kriteria | Standar | Evaluator | ||
1 | Resiko peningkatan gangguan perfusi cerebrovaskuler pada usia lanjut dengan hipertensi di wilayah Kelurahan Depok berhubungan dengan ketidakpatuhan usia lanjut dalam pengelolaan penyakit hipertensi | Tidak terjadi peningkatan kasus gangguan cerebrovaskuler di wilayah kelurahan Depok | Usia lanjut dengan hipertensi dapat mengelola penyakitnya dengan mengenal 4 pilar pengelolaan hipertensi yaitu diet, OR, pengelolaan stress, dan pengobatan Usia lanjut dapat melaksanakan minimal 3 pilar utama pengelolaan hipertensi yaitu diet, olah raga, dan pengelolaan stress Peningkatan pengetahuan bagi kader kesehatan tentang pengelolaan hipertensi | Koordinasi : Kader Kelompok Usia lanjut Kelompok risiko Promosi kesehatan Pelatihan kader Kerjasama secara lintas program dan sektor | Menjalin kerjasama dengan kader kesehatan dan kelompok usia lanjutan di wilayah kelurahan Depok Melakukan pendidikan secara langsung kepada usia lanjut dengan hipertensi maupun dengan kelompok risiko terjadinya hipertensi Menyelenggarakan pelatihan kader kesehatan sebagai upaya transfer ilmu untuk mencegah risiko gangguan cerebrovaskuler Menjalin kerjasama dengan Puskesmas dan dinas kesehatan serta kelurahan | Terlaksananya kerjasama dengan kader dan Kelompok usia lanjut dengan hipertensi Kelompok usia lanjut dengan hipertensi dapat mengikuti kegiatan Terlaksananya pelatihan kader Terlaksananya kerjasama | Pertemuan dengan kelompok usia lanjut dengan hipertensi Usia lanjut dapat mengenal dan melaksanakan pengelolaan hipertensi Pengetahuan kader meningkat mengenai pengelolaan hipertensi | Residen |
2 | Risiko ketidakefektifan koping pada usia lanjut dengan hipertensi di wilayah Kelurahan Depok berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang pengelolaan stress | Usia lanjut dengan hipertensi mampu mengelola stress dengan benar | Usia lanjut dengan hipertensi dapat mengenal cara mengendalikan stress dan cara mengurangi situasi penyebab stress | Promosi kesehatan | Pendidikan kesehatan tentang pengelolaan terhadap stress | Usia lanjut dengan hipertensi dapat mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan | Usia lanjut dengan hipertensi dapat mengenal dan cara mengurangi situasi penyebab stress | Residen |
No | Masalah /diagnosis | Tujuan | Rencana kegiatan | Sumberdaya | |||
Penanggungjawab | Waktu pelaksanaan | Alokasi dana | Tempat pelaksanaan | ||||
1 | Resiko peningkatan gangguan perfusi cerebrovaskuler pada usia lanjut dengan hipertensi di wilayah Kelurahan Depok berhubungan dengan ketidakpatuhan usia lanjut dalam pengelolaan penyakit hipertensi | Tidak terjadi peningkatan kasus gangguan cerebrovaskuler di wilayah kelurahan Depok | Promosi kesehatan Pelatihan kader | Residen | Nopember Desember Februari / semester 2 | Swadana | Wilayah RW |
2 | Risiko ketidakefektifan koping pada usia lanjut dengan hipertensi di wilayah Kelurahan Depok berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang pengelolaan stress | Usia lanjut dengan hipertensi mampu mengelola stress dengan benar | Promosi kesehatan | Residen | Desember | Swadana | Wilayah RW |
BAB III
PEMBAHASAN
Masalah hipertensi pada usia lanjut di Kelurahan Depok salah satunya disebabkan oleh proses degeneratif yang menyebabkan elastisitas pembuluh darah menurun, sehingga menimbulkan peningkatan resistensi pada pembuluh darah dan akhirnya terjadi peningkatan tekanan darah. Namun proses degeneratif tersebut bukan satu-satunya penyebab terjadinya hipertensi pada usia lanjut. Perilaku kurang sehat juga sebagai factor pendukung terjadinya hipertensi seperti stress, merokok, kurang berolah raga, pola makan yang kurang baik (Ikram, http://www.infokes.com, diperoleh tanggal 7 Oktober 2006).
Perilaku seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu pengetahuan, keyakinan atau persepsi terhadap penyakit hipertensi, sumber daya yang terlibat dan mendukung upaya pencegahan penyakit hipertensi yaitu masyarakat, keluarga dan petugas kesehatan. Menurut Notoatmodjo (2005), perubahan perilaku dapat dilakukan dengan memberikan informasi yang berulang-ulang dan adanya dukungan sosial tokoh masyarakat. Dengan demikian dapat digambarkan permasalahan usia lanjut dengan hipertensi sebagai berikut :
Pemanfaatan pelayanan Ketergantungan
kesehatan
Komplikasi
Keyakinan Hipertensi dukungan masyarakat
Pengetahuan kurang keluarga
Persepsi yang salah peningkatan kegiatan Posbindu
Pola hidup kurang sehat :
- makanan tingi lemak
- makanan mengandung garam
- stress
- OR tidak teratur
Proses menua
Rumusan diagnosis keperawatan pada usia lanjut dengan hipertensi di wilayah Kelurahan Depok adalah : 1) Risiko peningkatan gangguan perfusi cerebrovaskuler pada usia lanjut dengan hipertensi, 2). Risiko ketidakefektifan koping pada usia lanjut dengan hipertensi. Oleh karena itu untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan berbagai upaya agar risiko komplikasi dapat dicegah, dan usia lanjut dapat mengendalkan penyakit hipertensinya. Upaya yang akan dilakukan adalah pendidikan kesehatan dan pemberian ketrampilan terkait dengan upaya pencegahan atau pngendalian penyakit hipertensi seperti yang telah direncanakan. Hal ini telah mendapatkan kesepakatan dari masyarakat sehingga pelaksanaan dari rencana tersebut diperlukan koordinasi lebih lanjut.
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan minilokakarya yang diadakan pada tangal 15 Nopember 2006, maka dapat diambil suatu simpulan sebagai berikut :
1. Telah dicapai kesepakatan terhadap intervensi yang akan dilakukan terhadap usia lanjut dengan hipertensi berdasarkan program kerja yang direncanakan.
2. Adanya dukungan positif dari lintas program untuk pelaksanaan program kerja tersebut.
Saran yang diberikan adalah dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan perlu berfokus pada PHBS
No. | Kegiatan | Sasaran | Metode | Waktu | Keterangan |
1 | Pendidikan kesehatan tentang penyakit hipertensi yang meliputi : a. Penyebab b. Komplikasi c. Manajemen stress d. Olah raga e. Diet DASH f. Kepatuhan berobat | 1. Lansia 2. Keluarga 3. Kelompok berisiko | Ceramah Tanya jawab | Nopember Desember Lanjutan semester 2 | Waktu disesuaikan dengan kegiatan Posbindu atau pengajian pada kelompok usia lanjut |
2 | Ketrampilan yang diajarkan pada kelompok lansia : a. Menyusun menu/diet hipertensi b. Mengelola stress c. Senam | a. Lansia b. Keluarga c. Kelompok berisiko | Observasi Demonstrasi Tanya jawab | Nopember Desember Lanjutan semester 2 | Waktu disesuaikan dengan kegiatan Posbindu atau pengajian pada kelompok usia lanjut |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar