LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DHF
C1L2/ Bangsal Anak Di RSDK Semarang
A KONSEP DASAR
1. Definisi
Penyakit dengue adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus (arthopodborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes ( aedes albopictus dan aedes aegypti ).( Ngastiyah.1997. perawatan anak sakit. Jakarta:penerbit info medika ).
Pengertian lain adalah infeksi akut yang ditandai dengan demam mendadak dan terjadi perdarahan baik di kulit maupun bagian tubuh yang lain. Masa inkubasinya adalah 3-13 hari, rata-rata 5-8 hari.
DHF terutama menyerang anak, remaja dan dewasa dan seringkali menyebabkan kematian bagi penderita.
2. Etiologi
DHF disebabkan oleh penularan virus yang dibawa oleh virus yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegepty betina.
Cara penularannya adalah apabila anak yang sakit DHF di dalam darahnya mengandung virus. Bila anak digigit nyamuk aedes aegepty maka bibit penyakit itu terhisap masuk dalam tubuh nyamuk. Dan bila nyamuk tersebut menggigit anak lain (anak sehat) maka anak itu akan dapat tertular penyakit ini.
3. Klasifikasi
Berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara klinis dibagi menjadi 4 (WHO, 1986), yaitu :
1. Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan uji torniquet (+), trombositopenia dan hemokonsentrasi.
2. Derajat II
Derajat I dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau di tempat lain.
3. Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan darah rendah (hipotensi), gelisah, sianosis sekitar mulut, hidung dan ujung jari (tanda-tanda dini renjatan).
4. Derajat IV
Renjatan berat (DSS) dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.
4. Tanda dan Gejala
1. Demam
Terjadi pada hari ke 3-5, mendadak, artinya bila anak kelihatan sehat, mendadak menderita demam tinggi.
2. Perdarahan spontan
Petekie merupakan perdarahan kulit spontan yang paling sering dijumpai, maka petekie yang dibuat dengan melalui tes torniket
3. Hepatomegali
Separuh dari kasus DHF disertai hepatomegali yang semula tak teraba, tiba-tiba membengkak. Gejala lain yang mengikuti hepatomegali adalah nyeri perut di daerah ulu hati dan hipokondrium kanan.
4. Demam menggigil
Pada stadium lanjut terjadi muntah darah dan mimisan.
5. Patofisiologi
Virus dengue akan masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan kemudian akan bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus antibody, dalam sirkulasi akan mengaktifkan sistem komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berbeda untuk melepas histamin dan mediator kuat sebagai fektor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu.
Terjadinya trombositopenia, menurunya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi (promtrombin, faktor V, VII, IX, X dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab trjadinya perdarahan hebat, terutama peredaran saluran gastrointestinal pada DHF.
Yang menentukan beratnya penyakit yaitu meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi,trombositopenia dan diatesis hemoragik. Renjatan terjadi secara akut.
Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah. Dengan hilangnya plasma klien mengalami hypovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoksia jaringan, anoksia metabolik dan kematian.
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Lab yang dilakukan antara lain, pemeriksaan darah dan urine serta pemeriksaan serologi. Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai:
] Ig G dengue positif
] Trombositopenia
] Hemoglobin meningkat > 20%
] Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat)
] Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan: hipoproteinemia, hiponatremia, hipokloremia.
7. Penatalaksanaan
1 Tirah baring
1 Diet makan lunak
1 Minum banyak (2 - 2,5 liter/24 jam) dapat berupa susu, teh manis, sirup dan beri penderita oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi penderita DHF.
1 Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernapasan). Jika kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.
1 Periksa Hb, Ht dan Trombosit setiap hari.
1 Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminofen, eukinin, dan dipiron (kolaborasi dengan dokter).
1 Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
1 Pemberian antibiotika bila terdapat kekhawatiran infeksi sekunder (kolaborasi dengan dokter).
1 monitor tanda-tanda dini renjatan meliputi keadaan umum, perubahan tanda-tanda vital, hasil-hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.
1 Bila timbul kejang dapat diberikan diazepam (kolaborasi dengan dokter).
B ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Y Kaji riwayat keperawatan
Y Kaji adanya peningkatan suhu tubuh, tanda – tanda perdarahan, mual muntah, tidak nafsu makan, nyeri ulu hati, nyeri otot dan sendi, tanda – tanda renjatan ( denyut nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin dan lembab terutama pada ekstremitas, sianosis, gelisah)
2. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler, perdarahan, muntah, dan demam.
2. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perdarahan
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, tidak ada nafsu makan.
4. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus.
5. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi anak
6. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan obat-obatan pasien selama sakit berhubungan dengan kurangnya informasi.
3. Perencanaan Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler, perdarahan, muntah, dan demam.
Tujuan: Anak menunjukan tanda – tanda terpenuhinya kebutuhan cairan.
KH: menunjukkan keseimbangan dan haluaran, integritas klit baik
Intervensi:
1. Mengobservasi tanda – tanda vital paling sedikit setiap empat jam
2. Memonitor tanda –tanda vital meningkatnya kekurangan cairan: turgor tidak elastis, ubun – ubun cekung, produksi urin menurun
3. Mengobservasi dan mencatat intake dan output
4. Memberikan hidrasi yang adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh
5. Memonitor nilai laboratorium: elektrolit darah, Bj urin, serum albumin,
6. Memberikan hidrasi yang adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh
7. Mempertahankan intake dan output yang adekuat
8. Memonitor dan mencatat berat badan
9. Memonitor pemberian cairan melalui intra vena setiap jam
10. Mengurangi kehilangan cairan yang tidak terlihat (insensible water loss/ IWL)
2. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perdarahan
Tujuan: Anak menunjukan tanda – tanda perfusi jaringan perifer yang adekuat
KH: tidak terjadi dekubitus,
Intervensi:
1. Mengkaji dan mencatat tanda – tanda vital ( kualitas dan frekuensi denyut nadi, tekanan darah, capillary refill)
2. Mengkaji dan mencatat sirkulasi pada ekstremitas ( suhu, kelembaban, dan warna)
3. Menilai kemungkinan terjadinya kematian jaringan pada ekstremitas seperti dingin, nyeri, pembengkakan kaki
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, tidak ada nafsu makan.
Tujuan: Anak menunjukan tanda – tanda kebutuhan nutrisi yang adekuat
KH: tidak terjadi penurunan berat badan
Intervensi:
1. Ijinkan anak untuk memakan makanan yang dapat ditoleransi anak, rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera anak meningkat
2. Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi
3. Menganjurkan pada orang tua untuk memberikan makanan dengan tehnik porsi kecil tapi sering
4. Menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama dan dengan skala yang sama
5. Mempertahankan kebersihan mulut pasien
6. Menjelaskan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan penyakit
4. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus.
Tujuan: Anak menunjukan batas – batas vital yang adekuat
KH: Suhu tubuh normal, pasien bebas dari demam
Intervensi:
1. Ukur tanda – tanda vital; suhu
2. Ajarkan keluarga dalam pengukuran suhu
3. Lakukan “tepid sponge” ( seka ) dengan air biasa
4. Mingkatkan intake cairan
5. Berikan terapi untuk menurunkan suhu
5. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi anak
Tujuan: Keluarga menunjukan koping yang adaptif
KH: keluarga tidak cemas
Intervensi:
1. Mengkaji perasaan dan persepsi orang tua atau anggota keluarga terhadap situasi yang penuh stress
2. Ijinkan orang tua dan keluarga untuk memberikan respon secara panjang lebar dan identifikasi factor yang paling mencemaskan keluarga
3. Identifikasi koping yang biasa digunakan dan seberapa besar keberhasilannya dalam mengatasi keadaan
4. Tanyakan kepada keluarga apa yang dapat dilakukan untuk membuat anak/ keluarga menjadi lebih baik dan jika memungkinkan memberikan apa yang diminta keluarga
5. Memenuhi kebutuhan dasar anak: jika anak sangat tergantung dalam aktivitas sehari – hari, ijinkan hal ini terjadi dalam waktu yang tidak terlalu lama kemudian secara bertahap meningkatkan kemandirian anak dalam memenuhi kebutuhan dasarnya
6. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan obat-obatan pasien selama sakit berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan: Pengetahuan Pasien / keluarga meningkat
KH: Pengetahuan pasien / keluarga tentang proses penyakit, diet, perawatan dan obat-obatan bagi penderita DHF meningkat dan pasien / keluarga mampu menceritakan kembali.
Intervensi:
1. Mengkaji tingkat pengetahuan pasien / keluarga tentang penyakit DHF.
2. Mengkaji latar belakang pendidikan pasien / keluarga.
3. Menjelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan obat-obatan pada pasien dengan bahasa dan kata-kata yang mudah dimengerti (dipahami).
4. Menjelaskan semua prosedur yang akan dilakukan dan manfaatnya bagi pasien.
5. Memberikan kesempatan pada pasien / keluarga untuk menanyakan hal-hal yang ingin diketahui sehubungan dengan penyakit yang dialami pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 1999. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC.
Effendi, Christantie. 1995. Ensiklopedia Demam Berdarah. Edisi Revisi. Jakarta : Insan Utama.
Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi IV. Jakarta : EGC.
Nelson. 1997. Ilmu Kesehatan Anak. Edisi XII. Jakarta : EGC.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: Penerbit EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar